NGAWI| DutaIndonesia.com – Irfan Jauhari, bukan hanya membanggakan orang tuanya, tapi juga masyarakat Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, bahkan Indonesia. Betapa tidak, Irfan hanya anak seorang petani, tapi salah satu pemain Timnas Indonesia U22 itu turut memboyong emas dalam cabang olahraga sepak bola SEA Games yang digelar di Olympic Stadium, Phnom Penh.
Irfan menyumbang gol kunci untuk kemenangan Indonesia atas Thailand yang berlangsung sangat dramatis lantaran sempat diwarnai aksi keributan.
Saat laga final Selasa malam (16/05/2023) Indonesia mampu menaklukkan Thailand 5 – 2.
Irfan merupakan sulung dari dua bersaudara. Lahir dari keluarga petani, ayahnya bernama Marsidi dan ibunya Sumaihendrayuni tinggal di Gang Belun, Dusun Sidomulyo, Desa Kandangan, Kecamatan/ Kabupaten Ngawi Jawa Timur.
Marsidi menceritakan, awal meniti karir Irfan bermain di klub Persinga Ngawi Junior. “Sejak kecil Irfan memang sudah cinta sama sepak bola. Bahkan, jalan desa dijadikan lapangan buat main sama teman temannya,” kata ayahnya saat ditemui di rumahnya.
Irfan kecil, bersekolah di SDN Kandangan, kemudian melanjutkan sekolah di SMPN 1 Ngawi, dan SMA nya di Terang Bangsa Semarang. Pada bangku SMA inilah Irfan sering ikut semua kompetisi di Jawa Tengah.
“Kalau di level club, Irfan bermain di Persis Solo, Persija Jakarta dan Bali United. Posisinya sebagai penyerang,” ucapnya bangga.
Sederet prestasi individu yang disabet oleh Irfan dipajang di dinding rumah orang tuanya itu. Top Scorer Turnamen Futsal di Ngawi 2016, Pemain Terbaik Piala Gubernur Jawa Tengah 2018, dan Pemain Terbaik Liga 1 U18 tahun 2019.
“Irfan anaknya memang pendiam. Tetapi punya semangat pantang menyerah dan terus bekerja keras,” kata Marsidi.
Sementara itu Kepala Desa Kandangan Parianta, mengatakan masyarakat ikut bangga atas prestasi yang diraih oleh Irfan Jauhari. Sehingga mengangkat nama baik desa dan Kabupaten Ngawi.
“Karena telah memberikan yang terbaik untuk desa, Kabupaten Ngawi, dan tentunya Indonesia. Harapannya dapat menjadi motivasi kami dan anak anak desa. Meski dari desa dan anak seorang petani, tetapi bisa berprestasi di tingkat nasional bahkan internasional,” pungkasanya.
Soal penyambutan kepulangan Irfan, orang tua dan pihak desa mengaku masih berkoordinasi dengan pihak terkait.
Laga yang Dramatis
Laga SEA Games itu sungguh sangat dramatis. Irfan sendiri tampil memukau yang hingga kini masih dikenang warga di desanya.
Bayangkan saja, di menit-menit akhir waktu normal, saat skor 2-1 untuk keunggulan Indonesia, wasit memberi tambahan waktu 7 menit. Setelah waktu tambahan berjalan tepat tujuh menit, wasit ternyata belum juga meniup peluit panjang.
Bayangkan, siapa yang tidak dag dig dug. Ada apa ini?
Mengutip detik.com, saat itu Ofisial Indonesia pun berhamburan merayakan kemenangannya. Tim Indonesia mengira laga sudah tuntas sebab perpanjangan waktu 7 menit sudah berlalu.
Namun, wasit Matar Ali Al Hatmi asal Oman belum menyatakan laga tuntas. Alhasil, pemain dan staf Indonesia diminta jangan berselebrasi dulu sebab laga belum berakhir.
Tak lama setelah wasit meminta laga dilanjutkan, Thailand justru menyamakan skor. Gantian ofisial Gajah Perang yang heboh, dengan berlari ke arah bench Indonesia untuk memberi ledekan sebab laga belum tuntas.
Momen itu membuat Indonesia terpancing keributan. Namun, situasi berhasil dikendalikan pihak keamanan dan laga berlanjut ke 2×15 menit.
Indonesia langsung mendapat gol ketiganya lewat Irfan Jauhari pada menit pertama perpanjangan waktu. Keributan kemudian pecah di pinggir lapangan. Manajer Indonesia, Sumardji, sampai kena pukul akibat insiden itu.
Wasit mengeluarkan dua kartu merah untuk Komang Teguh dari Indonesia dan Thirawooth Sraunson dari Thailand. Gajah Perang hilang kendali setelah tersentak di awal perpanjangan waktu, yang berujung kartu merah untuk Jonathan Khemdee dan Teerasak Poeiphimai.
Namun alhamdulillah akhirnya Timnas Indonesia U-22 pulang dengan membawa medali emas yang penuh emosi dan memenangkan “keributan” di pertandingan. Thailand justru harus pulang dengan kekalahan yang disebabkan kegagalan mengontrol emosinya sendiri.
(nto)