Hikmah Bulan Dzulhijjah & Ritual Haji

oleh

USTADZ Arafat memberikan pengajian mingguan secara online dengan ratusan jamaah. Untuk pengajian Senin kemarin mengambil tema Menjemput Bahagia Dzulhijjah dengan Mengenal Sejarah Rasulullah.

Saat membahas soal haji, Ustad Arafat memulai dengan ihram. Mamakai baju, misalnya, itu pakaian dunia, yang suatu saat akan dilepas. Itu simbol, sebagaimana berat, lelah dan kerasnya kita bekerja untuk dunia, suatu saat juga akan dilepas juga untuk menghadap kepada Allah karena sebaik-baiknya pakaian untuk menghadap Allah itu adalah iman dan takwa. Allah hanya memandang pakaian ketakwan, pakaian iman. Suci. Dilambangkan pada warna putih, yang juga lambang kebersihan.

“Semahal apa pun kita pakai batik atau jas, tetap akan kita lepas juga saat menghadap Allah. Itu simbol,” katanya.

Orang yang sedang berhaji juga sama. Dia lepas bajunya. “Ya Allah saya ingin menghadap Engkau, pakaian ini saya lepas ya Allah, dan saya memakai pakaian iman dan ketakwaan. Warna putih yang suci, yang Engkau cintai ya Allah. Itu pakaian ihram. Ada balance antara dunia dan tempat kembali kepada Allah,” katanya.

Setelah melepas baju dan memakai ihram, berhaji juga harus meninggalkan wangi-wangian. Orang yang berihram tidak boleh memakai wangi-wangian. Tidak boleh tampil memakai minyak rambut, harus melepaskan perhiasan perhiasan dunia, termasuk wewangian. “Tampil apa adanya ke hadapan Allah,” katanya.

Lalu Wukuf, jamaah haji datang ke lapangan Arafah. Selama di Padang Arafah tersebut, berdoa kepada Allah. Ini pelajaran. Ketika berhaji, semua diatur oleh Allah. Kapan waktunya, tempatnya di mana. Seperti Wukuf ini.
“Baik dia presiden atau artis, cantik ganteng atau jelek, kulit hitam atau putih, semua tunduk pada Allah. Wukufnya harus di Arafah dan pada waktunya. Tidak boleh di hotel depan Masjidil Haram atau waktu lain,” katanya.

Hal ini menunjukkan kita ini sama di hadapan Allah. Tidak ada perbedaan status atau ras, tidak ada rasa sombong, tinggi jabatannya, tak ada yang merasa lebih alim, lebih sukses, lebih pengalaman dan lain-lain. Raja dan rakyat si kaya dan si miskin sama di hadapan Allah.

“Mirip salat Jumat. Tempatnya sama dan waktunya sama. Kaya miskin pejabat rakyat sholatnya harus di masjid dan waktunya hari Jumat. Semua sama,” katanya.

Selengkapnya, baca di Hajimakbul.com.

No More Posts Available.

No more pages to load.