Pilihan Idealisme vs Idolisme

oleh

 

Oleh Shamsi Ali Al-Kajangi

 

HIDUP itu adalah pilihan. Dan pilihan hidup itu tidak pada kwantitas dan ukuran kasat. Tapi ada pada kwalitas dan nilai. Islam menekankan “ahsan amala”. Pilihan yang baik, berkwalitas dan bernilai.

Realitanya jalan hidup itu memang pilihan-pilihan. Ketentuan juga bukan pada hasil akhir. Tapi bagaimana proses-proses yang anda pilih dalam perjalanan itu. Karenanya hidup bukan sekedar “menang-kalah” dalam kalkulasi manusiawi. Tapi lebih kepada “di mana posisi anda” dalam pilihan benar-baik atau salah-buruk.

Dan yang tak kalah pentingnya pilihan hidup yang aman dan nyaman secara batin adalah yang senyawa dengan idealisme dan hati nurani. Ketika pilihan itu bertentangan dengan idealisme dan hati nurani maka akan terjadi benturan batin. Percayalah, nurani takkan bisa didustai.
Ketidakjujuran yang terjadi dalam pilihan itu akan menimbulkan “benturan” hati nurani (yahiiku fii shodrik) dan melahirkan ketidaktenangan. Karena ketidakjujuran itu akan mengejar hingga masa pertanggung jawaban (youm ad-diin).

Saat ini anda bisa bergembira, tertawa bahkan berjoget ria. Tapi nurani anda akan terbebani dengan pilihan yang melawan semesta. Keresahan dan kegelisahan dan pada masanya penyesalan itu akan tiba. Ingat, ada masa di mana orang-orang beriman yang jujur “menertawakan” ketidakjujuran itu.
Karenanya, pilihan sejati adalah pilihan idealisme, kebenaran dan keadilan. Bukan idolisme (pemberhalaan) figur dan kepentingan. Figur dan kepentingan berakhir seiring perjalanan waktu. Idealisme, kebenaran dan keadilan akan abadi selama hati nurani hidup.
Karena itu dalam menentukan pilihan hidup, selalulah: istafti qalbak (tanya hati nuranimu).

Salam musim salju dari NYC! (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.