BANYUWANGI | DutaIndonesia.com – Kabupaten Banyuwangi dikenal sebagai daerah yang subur sehingga menjadi lumbung pangan nasional. Karena itu, Bumi Blambangan pun menggelar festival padi. Bahkan, festival padi dikemas memadukan tradisi dengan sentuhan modern sebagai daya tarik wisata.
Kali ini, di masa pandemi covid-19, Banyuwangi kembali menggelar Festival Padi sebagai wujud dukungan untuk mempertahankan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Festival yang digelar di Dusun Rembang, Desa Banjar, Kecamatan Licin itu juga menandai pagelaran festival pertama yang digelar secara tatap muka di masa pandemi COVID-19.
Festival digelar dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Seluruh pengunjung yang datang diwajibkan memakai aplikasi PeduliLindungi, sesuai yang diatur dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri.
Festival padi ini dikemas dengan bagus. Lahan pertanian di area itu pun disulap sedemikian rupa dengan memadukan berbagai tanaman refugia yang ditanam di pematang sawah hingga warna hijau persawahan terasering memesona bila dipandang.
Selain membuat pemandangan yang eksotis, tanaman refugia ini juga berfungsi untuk mengendalikan hama dan serangga yang biasa menyerang tanaman padi.
Suasana semakin meriah dengan adanya atraksi puluhan penari gandrung di pematang sawah. Meski di bawah panasnya terik matahari, mereka tetap menampilkan tarian yang dipadukan dengan ritual adat masyarakat agraris di Banyuwangi, yakni tari Dewi Sri.
Bupati Ipuk Menari
Bahkan, Bupati Ipuk menyempatkan diri turut serta menari bersama para penari di pematang sawah. Dengan lemah gemulai, Ipuk menari layaknya penari gandrung profesional.
“Luar biasa. Saya sangat mengapresiasi jerih payah pemerintah Desa Banjar bersama Dinas Pertanian yang sukses menggelar festival ini,” kata Ipuk, Senin 20 September 2021.
Menurut Ipuk, festival padi ini merupakan bentuk komitmen Banyuwangi sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Setiap tahunnya, Kota Gandrung selalu surplus 300.000 ton beras untuk menyuplai berbagai daerah lain.
”Banyuwangi sudah dikenal sebagai salah satu lumbung padi. Festival Padi ini menanamkan semangat kepada kami, baik pemerintah daerah maupun pemerintah desa untuk mempertahankan LP2B. Dengan dipermak sedikit dan ditambahi jogging track, bisa lebih banyak dikunjungi masyarakat yang ujungnya bermanfaat ekonomi bagi warga setempat,” ujar Ipuk.
Dalam kesempatan itu, Ipuk mengapresiasi Desa Banjar yang telah memiliki peraturan desa yang mengatur pemanfaatan lahan efektif di areal pertanian maupun perkebunan.
Berdasarkan perdes setempat, kawasan pertanian di desa yang bisa digunakan untuk lahan efektif (bangunan tertutup) hanya 1 persen dari lahan yang ada, sementara di kawasan perkebunan, maksimal 5 persen dari lahan yang ada.
“Saya mengapresiasi Desa Banjar, semoga kawasan ini tetap terjaga. Saya titip ya Pak Kades,” kata Ipuk kepada Kades Banjar Sunandi yang juga hadir di acara itu.
Dalam kesempatan itu, pengunjung ditunjukkan rangkaian proses dan menanam padi secara tradisional maupun modern. Masyarakat diperlihatkan bagaimana petani membajak sawahnya secara manual menggunakan kerbau, maupun secara modern menggunakan mesin traktor. Termasuk cara memanen padi.
Di kawasan tersebut, juga dilengkapi jogging track. Selama ini Desa Banjar dikenal sebagai lokasi penggemar sepeda dan kerap menjadi spot foto.
Wisata Pertanian Organik
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setyawan menambahkan, festival ini memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya milenial, bagaimana cara budidaya padi secara benar.
“Ini bentuk konsistensi kami menyiapkan lahan padi di Banyuwangi. Kami juga ingin mempertahankan prestasi Banyuwangi sebagai salah satu lumbung padi nasional,” kata Arief.
Ditambahkannya, kawasan yang cantik ini akan dikelola lebih lanjut oleh warga desa setempat. Dinas Pertanian dan Pangan akan terus melakukan pendampingan, khususnya terkait pertanian organik.
“Kami harapkan kawasan ini bisa menjadi embrio destinasi wisata baru di Banyuwangi. Kita ingin menjadikan Desa Banjar sebagai destinasi wisata pertanian organik,” tambah Arief.
Arief menyebut, luasan tanam padi di Banyuwangi hingga 30 Agustus 2021 telah terealisasi 118.419 hektare dari target awal seluas 114.332 hektare.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan, pada 2020, Banyuwangi menghasilkan 794.114 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 498.307 ton beras. Adapun tingkat konsumsi beras sebesar 165.410 ton. Sehingga pada 2020 terdapat surplus 332.895 ton beras.
Memasuki masa Januari-Maret 2021, data Dinas Pertanian dan Pangan menyebutkan, produksi GKG Banyuwangi sebesar 158.892 ton atau setara 99.705 ton beras. Adapun tingkat konsumsi Januari-Maret 2021 sebesar 41.415 ton, sehingga terdapat surplus 58.290 ton beras. (ndc/ozi)