KABUL | DutaIndonesia.com – Taliban ternyata tidak berubah. Masih menggunakan cara dan orang lama dalam memerintah Afghanistan. Hal ini memicu protes dari masyarakat yang takut rezim Taliban bertindak otoriter menindas rakyat. Padahal sebelumnya Taliban berjanji akan lebih moderat dan mengakomodasi kepentingan perempuan di pemerintahan maupun pendidikan. Namun itu hanya janji belaka. Apalagi setelah kabinetnya ternyata diisi orang lawas Taliban.
Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengumumkan, bahwa Mullah Mohammad Hassan Akhund ditunjuk sebagai pemimpin kabinet pemerintahan baru Afganistan di bawah rezim Taliban dalam konferensi pers yang digelar di Kabul. Mullah Mohammad Hassan Akhund ditunjuk sebagai Perdana Menteri di negara baru yang disebut Taliban sebagai Emirat Islam Afganistan itu.
Hassan sebelumnya menjabat sebagai menteri senior ketika rezim Taliban menguasai Afghanistan di tahun 1990 dengan brutal dan represif. Dia pun masuk daftar hitam PBB.
Selain itu, Taliban tidak menunjukkan adanya itikad untuk mewujudkan janjinya membentuk pemerintahan yang inklusif dan mewakili setiap etnis di negara tersebut. Posisi-posisi tertinggi kini diisi oleh para tokoh kunci Taliban dan jaringan Haqqani — divisi Taliban yang dikenal kerap melancarkan serangan mematikan. Selain itu tidak satu pun dari nama-nama yang ditunjuk untuk memimpin pemerintahan baru itu adalah perempuan.
Mullah Yaqoob, anak laki-laki pendiri Taliban dan mantan pemimpin tertinggi Mullah Omar, ditunjuk untuk menjabat sebagai menteri pertahanan, sementara posisi menteri dalam negeri diisi oleh Sirajuddin Haqqani, pemimpin jaringan Haqqani.
Salah satu pendiri Taliban, Abdul Ghani Baradar, yang ikut mengawasi penandatanganan perjanjian penarikan pasukan AS dari Afghanistan, ditunjuk menjadi deputi untuk Hassan. Sementara Amir Khan Mutaqqi ditunjuk menjadi menteri luar negeri.
“Kami akan coba untuk memilih pejabat dari wilayah lain,” kata Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid.
Warga Ketakutan
Gelombang protes dari masyarakat pun bermunculan di wilayah Afghanistan selama sepekan terakhir akibat adanya kekhawatiran bahwa rezim Taliban yang menjabat saat ini tidak akan jauh berbeda dari rezim kepemimpinan yang brutal dan penuh penindasan, seperti sebelumnya. Ratusan orang berkumpul dalam sejumlah aksi demonstrasi di Kabul, Selasa (7/9/2021), menolak kepemimpinan rezim Taliban saat ini. Mereka mendapat tembakan timah panas saat berupaya dibubarkan oleh pasukan keamanan Taliban.
Sementara di Herat, ratusan demonstran berbaris membawa poster dan mengibarkan bendera Afghanistan, meneriakkan “kemerdekaan.” Tidak lama setelahnya, dua jenazah dibawa dari lokasi unjuk rasa ke rumah sakit pusat kota Herat.
“Mereka semua mengalami luka tembak,” sebut salah seorang dokter kepada AFP, yang identitasnya dirahasiakan demi alasan keamanan.
Aksi unjuk rasa juga digelar di sejumlah kota kecil dalam beberapa hari terakhir yang meminta perempuan turut dilibatkan dalam pemerintahan yang baru.
Taliban yang sedang memasuki tahap transisi dari kelompok militer ke struktur pemerintahan baru, kini memiliki tugas kolosal untuk memimpin Afghanistan yang mengalami kejatuhan ekonomi dan tantangan keamanan — termasuk dari ancaman Islamic States (IS) di negara tersebut.
“Sampai kantor pemerintahan baru dibuka, dan aturan untuk berunjuk rasa sudah dijelaskan, tidak ada seorang pun yang boleh protes,” tegas juru bicara Taliban. Taliban disebutnya tidak akan memberi toleransi kepada siapa pun yang menolak kepemimpinan mereka. (det/wis)