JAKARTA | DutaIndonesia.com – Masyarakat Indonesia tampaknya harus lebih lama lagi menghadapi pandemi Covid-19. Hal itu bila merujuk pada prediksi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, bahwa pandemi Covid-19 akan berlangsung dalam waktu lama. Bahkan kemungkinan dua tahun lagi pandemi ini masih berlangsung.
Luhut menyatakan dari beberapa literatur yang dia baca banyak ahli menyebutkan pandemi akan berjalan dalam waktu panjang. Hal itu diungkapkan Luhut saat menjawab pertanyaan para pengusaha yang khawatir pandemi masih berlangsung satu atau dua tahun ke depan.
“Bagaimana kalau pandemi masih dua tahun lagi? Hampir pasti ini dua tahun lagi belum selesai nih Covid-19 kalau menurut saya. Itu setelah saya baca dari penelitian para ahli-ahli, tadi pagi saya juga baca satu, saya ndak ahli, tapi saya baca banyak paper,” kata Luhut dalam Rakerkornas Apindo, Selasa (24/8/2021). “Mereka (para ahli) belum melihat akan selesai cepat ini pandemi,” katanya.
Di samping itu, pemerintah saat ini sedang menyiapkan cara agar masyarakat bisa hidup berdampingan dengan Covid-19. Salah satu contoh kecilnya adalah peningkatan protokol kesehatan melalui penerapan 3M, dan juga melakukan 3T. Vaksinasi juga dipercepat ke seluruh masyarakat.
“Ini strategi kita siapkan sekarang, agar bisa hidup dengan itu (virus COVID-19). Di samping vaksin, masker, 3 T ini juga masuk. Peduli Lindungi ini jadi salah satunya,” kata Luhut
Dia juga mengatakan, saat ini herd immunity bukan lagi hal yang dikejar pemerintah, pasalnya efikasi vaksin COVID-19 tidak ada yang 100%. Artinya, meski sudah vaksin, virus COVID-19 masih bisa saja menjangkit.
“Memang karena varian delta ini nggak memungkinkan kita masuk ke herd immunity, angka ini karena reproduksi penularan delta 5-8 kali lebih kuat. Vaksin yang ada efikasinya hanya 60-70%, mau Pfizer atau apa nggak ada yang tahan,” ungkap Luhut seperti dikutip dari detik.com.
Tapi Luhut menekankan, vaksinasi tetap dilakukan. Meskipun efikasinya tidak ada yang benar-benar kuat, vaksinasi mampu menekan dampak yang ditimbulkan oleh virus Corona. Khususnya dampak besar berupa kematian pada orang yang terjangkit.
“Saya katakan efikasinya kecil, tapi jauh lebih baik kalau sudah divaksin. Angka kematian yang sudah divaksin juga kecil kok, 0 koma sekian persen, ada yang meninggal juga cuma itu biasanya orang kena komorbid,” papar Luhut.
Dia sempat bercerita, di kantornya saja meski sudah semua orang divaksin ada sekitar 30% pegawainya terjangkit Corona. Namun, karena sudah vaksin, tidak ada satupun angka kematian dari kasus-kasus yang terjadi.
“Semua di kantor saya sudah divaksin, ada juga yang kena COVID. Di kantor saya yang kena ada 30%, tapi nggak ada satupun meninggal. Ada yang kena 5 hari, seminggu, 2 minggu, tergantung mereka. Maka vaksin ini mutlak,” ungkap Luhut.
Industri Kesehatan
Luhut juga menyatakan pabrik vaksin sedang dibangun di Indonesia. Tahun depan produksi vaksin akan dilakukan.Dia mengatakan di bulan April 2022 akan ada produksi vaksin jenis mRNA yang dilakukan oleh perusahaan Indonesia berkolaborasi dengan perusahaan China. Namun, Luhut tak menyebutkan perusahaan apa saja yang terlibat.
Di sisi lain, pada Mei-Juni tahun depan, vaksin Merah Putih yang dikembangkan sejak tahun lalu juga sudah mulai diproduksi.
Industri vaksin sudah kita dorong dan dibangun di Indonesia. Akan ada satu produksi di bulan April (2022), kerja sama, mRNA, itu kerja sama dengan Indonesia dan Tiongkok. Merah Putih lagi jalan juga, produksi pada Mei atau Juni tahun depan,” papar Luhut.
Sejalan dengan itu, Luhut meminta Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ikut serta pada bisnis industri kesehatan di Indonesia. Dia bilang reformasi besar-besaran sedang dilakukan dan kontribusi pengusaha sedang ditunggu pemerintah.
“Saya imbau teman-teman di Apindo mau masuk ke sektor kesehatan. Sangat baik saat ini karena kami sedang reformasi bidang kesehatan,” ungkap Luhut.
Lebih lanjut, Luhut bicara soal potensi bisnis healthcare, dia mengatakan ada potensi ‘kue bisnis’ Rp 480 triliun di Indonesia. Setidaknya, pengusaha dia minta berkontribusi hingga Rp 300 triliun dalam bisnis itu. Dengan begitu impor bisa berkurang.
“Ini ada kue Rp 490 triliun di bisnis healthcare. Ini kita minta Apindo ini katakan kalau Rp 300 triliun bisa local content dengan riset yang bagus. Saya kira Apindo bisa mainkan peran ini,” kata Luhut.
Dia mengatakan pengusaha bisa masuk juga ke beberapa riset yang sudah dilakukan pemerintah. Misalnya, di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara di sana ada penelitian besar untuk sektor herbal dan agrikultur.
Di Batam ada sektor high tech dan engineering procession. Lalu, di Bali ada penelitian untuk industri kesehatan dan biodiversity.
“Bisnis bapak ibu sekalian bisa lah mengacu ke sana,” ujar Luhut. (det/wis)