YOGYAKARTA | DutaIndonesia.com – Dengan gunting kecil, Pak Kirman memotong kertas linen warna hitam. Sesekali matanya melihat ke arah sosok orang di depannya yang sedang berpidato.
Dalam waktu 1 menit, guntingan kertas itu mulai memperlihatkan bentuknya. Muncul siluet wajah yang begitu mirip dengan sosok di depannya itu.
Siluet tersebut berbentuk bayangan dari Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, yang sedang memberi arahan kepada kepada Tim Sosialisasi DPD di Yogyakarta.
Siluet wajah itu kemudian dihadiahkan kepada LaNyalla, sebagai bentuk tanda cinta dari para guru dan tenaga kependidikan honorer kepada Ketua DPD yang berkomitmen memperjuangkan nasib mereka.
“Terima kasih. Mirip sekali. Saya apresiasi sekali karena seni siluet ini meski kelihatannya sederhana tapi butuh kreativitas yang tinggi,” ujar LaNyalla.
Bahkan DPD RI telah membuat Panitia Khusus (Pansus) guru honorer untuk mengurai soal guru honorer yang rumit.
“Kami ikhlas membantu perjuangkan nasib guru honorer. Bahkan kalaupun tidak ada anggaran terkait Pansus ini kami siap secara pribadi,” ujar LaNyalla.
Kirman adalah satu dari ribuan guru honorer yang tidak juga diangkat menjadi PNS. Sudah lebih 15 tahun ia menjadi guru honorer di sebuah SD di Bantul, Yogyakarta.
Kirman adalah pengajar pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK), utamanya seni lukis. Keterampilannya melukis ditekuni sejak tahun 1985, ketika sekolah di SPG (Sekolah Pendidikan Guru).
“Kalau lukis siluet baru saya mulai tahun 2010. Ketika teman saya mengisi acara di sebuh televisi swasta, saya terinspirasi dari situ,” ujar Kirman.
Selain siluet LaNyalla, dalam kesempatan itu Kirman juga membuat siluet beberapa senator, yakni Sylviana Murni (Ketua Komite III), Bustami Zainudin (Wakil Ketua Komite II) dan Bambang Sutrisno (Ketua BAP DPD RI).
Menurut Kirman, sebelumnya dia juga sudah membuat siluet tokoh dan pejabat di negeri ini seperti Presiden Jokowi, Sri Sultan HB X, Anis Baswedan dan lain-lain.
Saat ini selain mengajar di siang hari, malam harinya Kirman keliling Malioboro, menjual jasa lukisan siluetnya kepada para pengunjung.
Hal itu dilakukan untuk menghidupi ekonomi keluarga. Sebab honornya mengajar saat ini hanya Rp 1 juta yang dibayarkan tiga bulan sekali.
Meski kurang diperhatikan, Kirman bangga sebagai guru. Apalagi ketika anak didiknya meraih prestasi.
“Pernah saya mendidik murid maju lomba lukis sampai juara di tingkat nasional. Itu sebuah kebanggan bagi saya,” katanya.
Kirman berharap pemerintah memberi penghargaan kepada guru honorer seluruh Indonesia yang sudah berjasa dan mengabdi lama.(gas)