Kuota di Al Azhar
Mereka adalah lulusan Pendidikan Diniyah Formal ‘Ulya, Satuan Pendidikan Mu’adalah ‘Ulya, dan Madrasah Aliyah pesantren di Jawa Timur.
“Kita kebetulan sudah mendapatkan kuota dari Al-Azhar untuk mengirim mahasiswa dengan Beasiswa Pemprov sebagai pengganti beasiswa guru madin. Kami berharap ini bisa melahirkan generasi ulama yang dalam ilmu agamanya dengan pemikiran moderat dan penuh toleransi,” ungkap Khofifah.
Khofifah menambahkan, di antara beasiswa yang diberikan Pemprov Jatim adalah beasiswa Guru Madin untuk S1 yang akan menjalani perkuliahan tahun ini.
Khofifah turut menekankan, kedatangan Dubes Mesir ke Jawa Timur, utamanya ke beberapa Ponpes Salaf adalah untuk memberikan pertimbangan standardisasi dari Al-Azhar bagi pesantren-pesantren yang ada di Jawa Timur.
Hal ini karena standar ijazah yang ada di Indonesia dan Mesir cukup berbeda, sehingga menjadi kendala tersendiri dalam proses seleksi dan pendaftaran calon mahasiswa yang berasal dari pesantren salaf ini.
“Al-Azhar memiliki standar ijazah tertentu. Dan karenanya, seringkali ijazah dari pesantren di sini tidak mudah diterima di sana. Pak Dubes tiga hari ini berkesempatan meninjau langsung pesantren-pesantren Salaf di Jatim, dengan harapan alumni pesantren itu bisa mendapatkan standar ijazah yang bisa masuk ke Al-Azhar,” jelasnya. (gas)