JAKARTA|DutaIndonesia.com – Sejumlah aktivis NU, tokoh dan pengurus menyambut baik rencana mantan Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali untuk menjadi calon ketua umum PBNU pada muktamar NU di Lampung nanti.
“Jadi, para kiai, aktivis, dan warga NU setelah membaca penjelasan saya di beberapa media masa, baik cetak maupun online mengenai kesediaan KH As’ad Said Ali, maka muncul semangat dan rasa gembira,” ujar tokoh muda NU Abdul Hamid Rahayaan kepada pers di Jakarta, Senin (13/12/2021).
Menurutnya, sejak mendengar informasi tersebut, mereka kemudian menghubunginya melalui telepon dan whatsApp untuk menyatakan dukungan atas majunya KH As’ad Said Ali sebagai calon Ketua Umum PBNU Periode 2021-2026.
“Dengan harapan tidak ada lagi konflik yang berkepanjangan di tubuh NU maupun PBNU,” ungkapnya.
Kini, telah terjadi perubahan komposisi dukungan cabang dan wilayah kepada tiga bakal calon Ketua Umum PBNU, bahwa sejak awal hanya ada dua kandidat calon Ketua Umum PBNU yakni Kiai Said dan Gus Yahya. Maka pimpinan wilayah dan cabang justru berbalik memberikan dukungan kepada KH As’ad Said Ali sebagai calon Ketua Umum PBNU.
“Hal ini terjadi karena pengurus wilayah dan cabang NU tidak menghendaki adanya perpecahan di tubuh NU,” ujar Abdul Hamid.
Dikatakannya, jika mengikuti penjelasan Ketua Mejelis Tahkim KH. Ma’aruf Amin, yang menghendaki Muktamar nanti lebih mengedepankan aspek musyawarah dan mufakat dalam menentukan Ketua Umum PBNU terpilih, maka dengan demikian ketiga kandidat memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi Ketua Umum PBNU melalui mekanisme musyawarah.
“Namun apabila tidak ditemukan kata mufakat maka yang digunakan adalah sistem voting, maka yang akan terpilih sebagai Ketua Umum PBNU periode mendatang adalah koalisi dua kandidat melawan satu kandidat, mengingat berdasarkan hasil monitoring kami pada 34 Provinsi dengan cabang-cabangnya menunjukkan telah terbagi merata suara pada tiga kandidat,” ungkap Abdul Hamid.
Kalapun ada, lanjutnya, tim sukses yang mengklaim sebagai pihak yang kuat itu hanya sebatas klaim tetapi faktanya berbeda, ataukah jika ada laporan dari wilayah yang menyampaikan informasi kepada calon Ketua Umum yang didukungnya maka pada intinya asal menyenangkan kandidat tersebut tetapi faktanya berbeda.
“Apa yang kami uraikan berdasarkan fakta di lapangan dan hal itu akan terbukti di arena Muktamar, sehingga kesimpulan Pertama, Ketua Umum PBNU terpilih dapat ditentukan melalui musyawarah mufakat,” ujarnya
Yang kedua, kata Abdul Hamid, Ketua Umum PBNU terpilih akan dilakukan melalui voting namun pemenangnya akan ditentukan oleh koalisi dua kandidat untuk mengalahkan satu kandidat.
“Itulah gambaran kondisi saat ini dalam menghadapi Muktmar Ke-34 di Lampung, namun pada intinya para kiai, Ulama, aktivis, dan warga NU menghendaki dan mengharapkan bahwa Ketua Umum PBNU yang dihasilkan pada Muktamar yang Ke-34 di Lampung merupakan figur yang memiliki ketokohan serta membawa kesejukan dan dapat mengayomi dan menyatukan seluruh potensi NU serta dapat membantu pemerintah dan rakyat Indonesia dalam mengatasi berbagai problem kebangsaan,” tegas Abdul Hamid.
“Pada semua aspek kehidupan demi kesejahteraan rakyat, bangsa, dan negara. Atau dengan kata lain pemimpin NU ke depan dapat membangkitkan kaum menengah yang wasathiyah dan handal demi kejayaan Indonesia dan dapat menjadi model bagi peradaban dunia,” pungkas Abdul Hamid. (rls)