Denny J.A. Jawab Aksi 12 Sastrawan Menolak Satupena Hadir di Payakumbuh

oleh
Denny JA ketum satupena
Denny JA, Ketua Umum SatuPena

 

KOTA BATU| DutaIndonesia.com –
Ketua Umum Satupena– organisasi Persatuan Penulis Indonesia–, Denny J.A., menjawab aksi penolakan kehadiran Satupena di Kota Payakumbuh Sumatera Barat. Mereka yang menolak Satupena mengaitkan organisasi ini dengan Puisi Esai yang juga dikomandani pria yang dijuluki Raja Survei politik tersebut.

Denny J.A. mengaku menghargai pernyataan para penyair Payakumbuh sebagai penggunaan hak menyatakan pendapat bagi seluruh warga negara di Indonesia.

Namun demikian Denny J.A. menegaskan akan mengoreksi beberapa fakta yang disampaikan melalui pernyataan terbuka dan telah menyebar itu. Intinya adalah para pembuat pernyataan tidak membedakan antara Puisi Esai dan Satupena. Puisi Esai dan Satupena adalah dua entitas yang berbeda sama sekali. Kebetulan Denny J.A. berada di kedua organisasi tersebut sebagai ketua umum.

Semua persepsi tentang Puisi Esai yang dipahami oleh para pembuat pernyataan tadi, bukan wilayah yang harus diluruskan. Sebab, persepsi itu mengandung opini. Opini itu wilayah bebas yang setiap orang boleh beropini apa saja. Dalam hal ini Denny JA merasa berbeda pendapat saja dengan 12 orang penandatangan pernyataan tadi tentang Puisi Esai.

“Tetapi soal fakta yang keliru, itu harus diberitahu fakta sebenarnya.Satupena adalah Organisasi Perkumpulan Penulis Indonesia yang berdiri sejak tahun 2017. Anggotanya adalah para penulis sastra, buku ilmiah, buku nonfiksi, jurnalis, penulis blog, dan penulis lainnya. Di antara anggotanya adalah para tokoh nasional yang sudah dikenal oleh orang-orang di Payakumbuh. Semangatnya adalah mewadahi penulis dan memberikan dukungan profesional, perluasan jaringan, publikasi karya, serta advokasi hak-hak penulis,” kata Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) ini dalam keterangan tertulisnya.

Denny J.A. bukan pendiri dan belum pula menjadi anggota Satupena pada saat itu. Denny J.A. menjadi anggota dan Ketua Umum Satupena sejak tahun 2021, dan akan berakhir pada tahun 2025. Setelah Denny J.A. berhenti menjadi Ketua Umum Satupena, organisasi ini akan terus dan ketua umumnya akan dipilih oleh penulis lain.

“Semua punya peluang jadi ketua, termasuk 12 orang penandatangan tadi jika didukung oleh anggota Satupena,” ujarnya.

Karena itu, kata dia, bisa dipahami bahwa Pejabat Walikota Payakumbuh bersedia bekerjasama dengan Satupena Sumbar dalam rencana membangun museum Yu Dafu, penulis dari Cina yang pernah tinggal di Payakumbuh.

“Satupena adalah organisasi penulis dengan ruang lingkup nasional. Semua anggotanya adalah orang Indonesia.
Berbeda dengan puisi esai. Komunitas Puisi Esai anggotanya menyebar sampai negara Asean. Bahkan di Sabah, Malaysia, sudah tiga kali diselenggarakan dan dibiayai oleh pemerintah Malaysia,” katanya.

Menurut Denny J.A., jika para penyair di Payakumbuh keberatan terhadap kehadiran Puisi Esai, itu adalah masalah para penyair di Payakumbuh sendiri. Perbedaan pendapat soal Puisi Esai ini adalah hal yang biasa saja. Sebab tidak ada hal yang disepakati oleh semua orang di muka bumi ini. “Pasti ada yang berbeda pendapat,” katanya.

Denny mengatakan, tidak patut untuk memberi kesan negatif terhadap Satupena berdasarkan kritik terhadap Denny JA pribadi dan Puisi Esai.

Sudah Pecah

Sebelumnya Denny mengatakan bahwa dirinya memimpin Satupena ketika organisasi ini sudah pecah. Nasir Tamara ketum saat itu, sudah diturunkan oleh “Satupena versi sana” melalui kongres yang mereka klaim sah.

“Banyak yang mereka jadikan alasan menurunkan Nasir Tamara, mulai dari soal keuangan yang tak transparan, one man show, dan lain sebagainya. Itu bisa dilihat di Google. Jejak digitalnya tak hilang. Tentu itu semua dibantah oleh Nasir Tamara. Saya termasuk yang membela Nasir Tamara untuk tidak dipecat sebagai ketua umum melalui kongres,” katanya.

Tapi jelas, Satupena pecah di era itu, di ujung kepemimpinan Nasir Tamara.

“Saya berada di pihak Nasir Tamara sebagai anggota yang baru saja masuk Satupena. Dan saya terpilih secara aklamasi (sebagai ketum), setelah Satupena versi sana sudah punya pengurus baru. Maka ada dua pengurus Satupena. Yang pertama saya kerjakan membuat Satupena versi kita adalah satu-satunya yang sah atas nama Satupena. Karena tak boleh ada nama yang sama, akte yang sama, tapi punya dua pengurus. Pengurus baru menyewa pengacara. Ujungnya Satupena versi sana berubah menjadi Alinea. Setelah berubah nama, Satupena dan Alinea akur- akur saja. Yang satu tak menyerang yang lain,” katanya.

Jawab dengan Karya

Dalam waktu 3 bulan, Denny lantas membentuk Satupena daerah di semua provinsi.

“Waktu saya terpilih, belum ada pengurus Satupena di provinsi. Tentu saja yang senang dan tidak, yang menerima dan tidak, selalu terjadi terhadap apapun. Itu hal yang biasa saja. Toh tak ada pula pengaruhnya, untuk kasus Payakumbuh.

Karena itu, riak-riak orang menolak atau menerima, apapun alasannya, biarkan saja,” katanya.

Di Payakumbuh, Sumbar, Satupena di sana, di bawah Uni Sastri menjawab kritik dengan karya. “Ini sikap yang bagus,” ujarnya.

Sebelumnya sastrawan Payakumbuh menyatakan menolak kehadiran SatuPena di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Surat pernyataan yang diteken 12 orang sastrawan pada Minggu, 14 Juli 2024, sudah dikirimkan kepada Penjabat Wali Kota Payakumbuh.

Lalu Mereka yang tanda tangan adalah Gus tf (Peraih SEA Write Award dari Kerajaan Thailand 2004), Iyut Fitra (Peraih Penghargaan Sastra Kemendikbud RI 2020), Adri Sandra (Peraih 3 Rekor Muri), Heru Joni Putra (Pemenang Sayembara Manuskrip Puisi Dewan Kesenian Jakarta), Habib Dt. Monti (Penulis Buku Lakon Tole), Ahda Imran (Peraih Penghargaan Sastra Kemendikbud RI 2023).

Selanjutnya Zelfeni Wimra (Peserta Majelis Sastera Asia Tenggara), Okta Piliang (Penulis Buku Sepasang Bulbul, Yeni Purnama Sari (Penulis Buku Berumah di Kesunyian), Oldi Putra (Penulis Buku Makranin), Fajar Rilah Vesky (Penulis Buku Lidah Ajer), dan Feni Efendi (Penulis Buku Pajacombo).

(gas)

No More Posts Available.

No more pages to load.