SURABAYA| DutaIndonesia.com – Wilayah Jawa Timur (Jatim) sudah memasuki musim kemarau. Namun demikian, sejumlah daerah masih terjadi hujan. Seperti pada Minggu (11/6/2023) lalu, hujan deras mengguyur Kota Batu selama beberapa jam.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Juanda Sidoarjo, Endah Eka Kusumaningtyas, saat dikonfirmasi DutaIndonesia.com dan Global News, Rabu (14/6/2023), membenarkan untuk wilayah Jawa Timur memang sudah memasuki musim kemarau, tapi beberapa hari terakhir ini masih terjadi hujan di beberapa daerah, termasuk Kota Batu. Hal itu karena terdapat gangguan atmosfer dengan aktifnya gelombang MJO serta masih hangatnya suhu muka laut di sekitar perairan Jawa Timur.
“Hal ini menyebabkan pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah Jawa Timur dengan sifat hujannya cenderung terjadi dalam skala lokal atau tidak merata. Diperkirakan ini terjadi sampai dua tiga hari ke depan,” katanya.
Mengutip laman BMKG, MJO atau Madden Julian Oscillation merupakan aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik. MJO biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari. Namun, Endah Eka Kusumaningtyas, mengatakan, bahwa durasi 30-40 hari itu tidak mesti terjadi di wilayah Indonesia.
“Gelombang ini berosilasi dan tidak selalu melewati wilayah Indonesia. Untuk saat ini memang MJO aktif dan berkontribusi terhadap pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia,” katanya lagi.
Namun secara umum sejumlah wilayah di Jatim memasuki musim kemarau, sehingga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau kewaspadaan terhadap bencana kekeringan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah menyatakan bahwa musim kemarau 2023 di Jawa Timur diperkirakan terjadi pada Mei 2023 hingga September 2023 di mana puncak musim kemarau akan terjadi di bulan Agustus 2023 dan akhir Juli 2023 bagi sebagian wilayah Jatim.
“Pekan lalu kita sudah melakukan apel Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan (Karhutla) di Kaliandra Resort, Pasuruan. Namun yang juga kita harus waspadai berikutnya adalah potensi bencana kekeringan,” kata Gubernur Khofifah, Selasa (13/6/2023).
Langkah ini menjadi penting mengingat Inarisk-BNPB menyebutkan bahwa Jatim memiliki tingkat bahaya kekeringan cukup tinggi. Pasalnya, kekeringan di Jawa timur Tahun 2023 berpotensi terjadi di 27 Kabupaten/kota terdiri dari 1.617 dusun, 844 desa/kelurahan dan 221 kecamatan.
Estimasi penduduk terdampak dari kekeringan di Jawa Timur tahun 2023 sebanyak 1.6664.433 jiwa/655.277 KK. Sebanyak 844 desa/kelurahan terbagi dalam 500 kering kritis, 253 kering langka, dan 91 kering langka terbatas.
Gubernur Khofifah menambahkan, bahwa tim gabungan dari BNPB, BPBD, sinergi Pemkab dan Pemkot, serta komunitas relawan telah disinergikan guna memaksimalkan upaya pencegahan maupun penanggulangan bencana kekeringan.
“Melihat penurunan dari kasus Karhutla, kita optimis bahwa kekeringan di Jatim akan bisa ditanggulangi dengan baik. Tentunya dengan gabungan dari BNPB, BPBD, Pemda, dan para relawan,” tandasnya.
Tak hanya itu, BPBD Provinsi Jawa Timur juga sejauh ini telah melaksanakan dropping air bersih ke beberapa desa terdampak di Jawa Timur, melalui anggaran APBD Provinsi Jawa Timur. Pemberian bantuan berupa tandon dan jerigen telah dilakukan di 38 daerah dengan rincian sebanyak 350 buah tandon dan 10.000 buah jerigen.
Lebih lanjut, pengiriman air bersih saat ini antara lain telah dilakukan di Kabupaten Situbondo pada 24 Mei 2023 lalu. Pengiriman air bersih PDAM dilakukan ke lokasi wilayah yang terdampak kekurangan air bersih akibat mesin pompa bor (Sibel ) rusak sehingga air tidak dapat mengalir ke rumah warga. Lokasi pengiriman yaitu di Kampung Polay Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa
.
Selain itu, saat ini juga sedang berlangsung pengiriman air bersih ke Kabupaten Blitar. Pengiriman Air bersih PDAM ini dilakukan akibat adanya kekurangan air bersih imbas kerusakan saluran air di hulu Sungai Lekso di Desa Tangkil Kecamatan Mlingi.
“Kita akan terus melakukan mitigasi dan penanganan untuk bencana-bencana di musim kemarau ini, baik antisipasi kebakaran hutan dan lahan maupun kekeringan. Mohon semuanya saling mawas diri dan meningkatkaan kewaspadaan,” pungkas Gubernur Khofifah. (gas/kmf)