SURABAYA|DutaIndonesia.com – Sebagai negeri agraris yang potensi pertaniannya sangat besar, teknologi pertanian Indonesia termasuk ketinggalan jauh. Bahkan dibanding negeri tetangganya seperti Malaysia dan Thailand. Lihat saja petani di Desa Petung, Gresik. Mereka hingga sekarang masih harus memipil jagung secara manual saat musim panen tiba. Padahal, itu butuh waktu lama. Selain itu, juga menghabiskan tenaga para petani. Ini ironis mengingat kawasan Gresik merupakan kabupaten penghasil jagung nasional.
Kondisi itu membuat Prof Dr Eng Harus Laksana Guntur ST MEng bersama tim KKN ITS tergerak membuat teknologi pertanian yang bisa membantu petani Gresik. Untuk itu tim Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang inovasi mesin pemipil jagung otomatis.
Ketua Program Studi (Kaprodi) Pascasarjana Teknik Mesin ITS ini menjelaskan, alat pemipil jagung otomatis yang dirancang tim KKN-nya tersebut menggunakan mesin diesel. Ia menjelaskan, mesin jenis tersebut andal untuk beban berat serta bahan bakarnya mudah didapatkan.
Ketua KKN Abmas ini menambahkan, alat pemipil jagung rancangan ia dan para mahasiswa ITS tersebut juga dilengkapi transmisi belt-pulley dan mekanisme perontok dengan ukuran dan kapasitas yang dapat diatur sesuai kebutuhan.
“Transmisi belt-pulley sendiri berfungsi meneruskan dan mereduksi kecepatan mesin diesel ke roller perontok jagungnya,” jelasnya.
Alat pemipil jagung tersebut, kata Harus, memiliki kapasitas produksi sebesar 1.200- 1.500 kg per jam. Kecepatan maksimumnya yaitu 1.500 rotasi per menit dengan daya 1,5 kW/7,5 HP. Harus menjelaskan, mesin ini bisa digunakan untuk memipil jagung dengan ukuran yang berbeda-beda, baik besar, sedang, hingga halus dengan bentuk jagung yang rapi dan tidak rusak.
Dengan kualitas dan kapasitas produksi tersebut, alat ini memiliki berat mencapai 30 kg dengan dimensi 72 x 62 x 51 cm. Dimensi yang relatif kecil dan kemudahan operasinya menurut Harus dibuat agar siapa saja bisa memanfaatkannya.
“Di samping itu, alat ini dapat dipindah-pindahkan dengan mudah, mengingat mesin ini bermotor diesel,” ujar Harus.
Di samping jadi bisa memaksimalkan produktivitasnya sebagai petani jagung, kata Harus, masyarakat Desa Petung juga bisa memanfaatkan bonggol jagung menjadi pakan ternak, bahan bakar, hingga kebutuhan lainnya.
Untuk menghibahkan 2 unit alat pemipil jagung tersebut, Harus menjelaskan, tim KKN Abmas semula mulai dari survei potensi dan kebutuhan petani di pada Mei 2021. Dari perancangan dan drawing alat pada bulan Juni-Juli, mereka lanjut ke proses fabrikasi di dan uji fungsi teknis di awal September.
“Dan terakhir, kami lakukan serah terima dua unit alat pada 22 September lalu,” ungkapnya.
Sambil menyerahkan mesin, tim KKN juga melaksanakan sosialisasi, diskusi, demo, dan uji coba operasi alat bersama petani jagung dan perangkat Desa Petung.
“Kami melihat antusiasme warga sangat baik, bahkan kami diminta menggagas alat lain seperti pengupas kulit kuaci untuk meningkatkan produktivitas pertanian mereka,” aku Harus.
Harus mengatakan, tim berisi delapan dosen dan tenaga kependidikan serta 11 mahasiswa mengalami kesulitan koordinasi antara teknis dan lapangan karena penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) beberapa waktu lalu. Kendati demikian, ia bersyukur alat tersebut dapat digunakan warga.
Ke depan, ia menargetkan mesin pemipil jagung sejenis dengan kapasitas yang lebih besar.
“Selain itu, saya berharap dapat menciptakan startup untuk membantu proses hilirisasi atau komersialisasi alat ke petani di seluruh wilayah Jawa Timur,” katanya seperti dikutip dari detik.com. (nas)