Kesempatan ‘Bersekolah’
Kembali ke dalam lapas Tai Lam Centre for Women. Para tahanan ada yang dipekerjakan oleh pihak lapas. Sungguh mengharukan. Para PMI malang ini berusaha mendapat uang tambahan, untuk uang saku atau ditabung—untuk dikirim ke keluarganya di Indonesia.
“Mereka bekerja di lapas karena benar-benar butuh uang saku. Lapas mempunyai pekerjaan untuk para penghuninya. Misalnya di bidang garmen itu menjahit baju-baju pasien rumah sakit, atau baju pegawai pemerintah lain. Mereka mendapat gaji, tapi tidak banyak. Namun demikian cukup untuk menambah uang saku, guna keperluannya sehari-hari. Bisa juga ditabung untuk dikirim ke Indonesia. Bisa pula membeli kartu telepon sebab mereka diberi kesempatan sebulan sekali untuk menelepon teman atau kerabatnya. Ada yang dipakai belanja, dll. Ada juga yang jadi tenaga kebersihan sebab lapasnya besar. Membantu jadi koki, dll,” katanya.
Yang menarik, bagi yang sudah menjalani hukuman di atas lima tahun, mereka disekolahkan sehingga bila keluar dari penjara, mereka memiliki bekal untuk hidup di masyarakat. Misalnya ijazah sesuai ilmu yang didapat. Biasanya ilmunya sesuai hobi, misalnya hobi komputer mereka sekolah kompur sehingga keluar penjara membawa ijazah komputer, menjahit, dll. “Selepas dari tahanan bisa bekerja sebagai tenaga profesional di tempatnya bekerja,” katanya.
“Para pekerja di lapas ini untuk jangka pendek, untuk jajan saja. Bekerjanya di dalam lapas, tidak keluar, seperti mborong baju kepolisian yang dibawa ke lapas, dll,” tambahnya.
Lalu dalam rangka apa Hj Fatimah Angelia dan timnya mengunjungi mereka? Sebagai ketua PCI MNU Hongkong, Fatimah ingin membantu para PMI bermasalah dengan memberi penguatan iman, akhlak, dan dorongan moral lain. “Mereka akhirnya tahu, bahwa ada saudaranya sesama orang Indonesia yang peduli dengan mereka. Kami mengajak mengaji, berdoa, dan lain-lain,” katanya.(gas)
