NEW YORK | DutaIndonesia.com – KJRI New York bersama International Fashion & Art Week menggelar New York – Indonesia Fashion Week (NYIFW) pada 10 September 2021. Meski tahun 2021 ini masih suasana pandemi Covid-19, acara yang biasanya digelar dua kali dalam setiap tahunnya itu tetap diselenggarakan di New York, Amerika Serikat, dengan menerapkan protokol Covid-19 yang ketat. NYIFW mengedepankan kolaborasi fashion, seni dan budaya, dan komunitas yang ada di Indonesia.
Selama ini Internasional Fashion & Art Week merupakan platform yang menyatukan mode, seni dan budaya, pendidikan, komunitas untuk membantu bisnis kecil di industri mode dan menghubungkan perancang busana Indonesia ke pasar internasional di kota New York.
Tujuannya agar mampu bersaing dan berkembang meraih kesuksesan sekaligus mendapat kepercayaan dari klien yang merupakan perancang busana, media, pembeli, blogger di AS, Kanada, Indonesia, India, Bangladesh, Jepang, Filipina, Nigeria, Amsterdam, Milan, Belgia, Dubai, Sydney Australia.
“Bila di tahun-tahun sebelumnya acara ini biasanya diselenggarakan di jantung kota Manhattan, New York, kali ini di tengah keprihatinan akibat pandemi, acara ini diselenggarakan di Gedung Konsulat Jendral yang beralamat di 5E 68th St, New York, NY 10065 tanggal 10 September 2021,” kata Vanny Tousignant, founder Internasional Fashion & Art Week dan NYIFW.
Kampoeng Tjibarani
Terkait hal itu sesuai Visi Misi KJRI New York serta dalam rangka implementasi Diplomasi Ekonomi, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Diplomasi Sosial Budaya, KJRI New York menggandeng Kelompok Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani di Kota Bandung Jawa Barat.
Perkumpulan Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani yang diketuai Nanang Irsan Ismail dengan alamat di Jalan Bukit Jarian VI, Nomor 55/165D, RT 004, RW 011, Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat, ini akan menggelarkan music tradisional Tarawangsa. yang juga berkolaborasi dengan Joni Permana.
Joni Permana dikenal sebagai salah satu artist Indonesia yang sudah melanglang buana ke seluruh dunia membawakan kreasi artsnya, salah satunya di Javits Center New York, pada tahun 2017. Kali ini bersama Kampoeng Tjibarani tampil di NYIFW.
“NYIFW sebagai agenda rutin tahunan akan menampilkan segala potensi daerah di Indonesia yang berhubungan dengan seni budaya, ekonomi, pariwisata dan ekonomi kreatif, untuk memenuhi visi misi KJRI New York mengangkat dan mempromosikan potensi SDM dan SDA Indonesia di kancah dunia, bahwa Indonesia memiliki kekayaan seni, adat budaya, kreatifitas yang beragam, dan layak untuk diketahui dunia karena sarat dengan filosofi hidup yang beradab,” katanya.
Kampoeng Tjibarani sendiri salah satu contoh desa yang kreatif-inovatif. Dan sebenarnya banyak potensi kreatifitas budaya kontemporer asli hasil putera Bangsa Indonesia yang dapat dikonversikan pada era globalisasi tanpa kehilangan jati diri dan kekhasan Bangsa dan Negara Indonesia, seperti:
-Seni adat budaya, tarian, upacara adat, musik tradisional maupun kontemporer khas Indonesia.
-Fashion yang mencerminkan adat budaya maupun kontemporer khas Indonesia.
-Hasil bumi seperti rempah-rempah dan kopi asli Indonesia yang diolah khas Indonesia.
-Hasil produk-produk UMKM Indonesia.-Handycraft khas Indonesia.
-Seni bercocok tanam dan sebagainya.
Hal itu terwakili di sebuah kampung kecil di tengah kota Bandung, Tjibarani namanya. Bantaran sungai Cikapundung permukiman padat dengan masyarakat yang optimis mengembangkan potensi wilayahnya. Seperti kampung-kampung lainnya yang kita kenal di seluruh dunia, kampung Tjibarani memiliki harapan tinggi untuk maju dan berkembang. Penuh kepercayaan diri.
Sebut saja, edukasi kebersihan lingkungan, urban farming, ekspresi kebudayaan lokal, citizen journalism, pasar rakyat, sentra piknik keluarga. Atau mungkin sekadar nongkrong dengan berbagai kalangan berbeda profesi untuk berbagi pengalaman. Sambil minum ngopi di pinggir sungai cantik tentunya.
Seperti kata Barry Buzan (1981), memiliki kecintaan penuh dengan pengharapan menjaga survivalitas negaranya. Berbicara ketahanan nasional, menyangkut aspek-aspek sub-ordinasi seperti ketahanan ekonomi, ketahanan budaya, ketahanan sosial, ketahanan manusia, ketahanan lingkungan dan ketahanan pangan. Hal itu dapat diperankan dalam sebuah struktur unit terkecil yang disebut desa. Kampoeng Tjibarani sedang mengupayakan mekanisme tersebut.
Contohnya, bisa dikatakan ketahanan pangan (food security) dalam unit program ‘urban farming’ yang banyak dilakukan di beberapa kota ternama dunia, sedang mulai diupayakan oleh mereka sehingga bisa pula menjadi contoh bagi masyarakat dunia yang lain. (gas)