Ngaji Subuh Kiai Asep: Menebar Salam Itu Sunnah, Menjawab Salam Itu Wajib

oleh
Kiai Asep saat menjelaskan hukum dan etika uluk salam, dan didampingi seorang ustadz dari Mesir.
Kiai Asep saat menjelaskan hukum dan etika uluk salam, didampingi seorang ustadz dari Mesir.

 

SURABAYA| DutaIndonesia.com – Mengucapkan salam (assalamualaikum) itu hukumnya sunnah. Tapi menjawab salam itu hukumnya wajib. Selain itu, harus diperhatikan etika dalam menebar dan menjawab salam.

Hal ini ditegaskan oleh Prof DR KH Asep Saifuddin Chalim M.Ag (Kiai Asep), saat memberikan pengajian kitab kuning pada Rabu subuh (7/8/2024) di Ponpes Amanatul Ummah Siwalan Kerto, Wonocolo, Surabaya.

Dijelaskan Kiai Asep, bahwa umat Islam memiliki ucapan tahiyyah (penghormatan) yaitu ucapan “assalamu’alaikum”. Ucapan ini adalah ucapan yang indah dan penuh keberkahan. Ia juga merupakan do’a sekaligus syiar Islam yang mulia.

Maka Islam menganjurkan umatnya untuk menebarkan salam dimana pun ia berada.

Salam yang dimaksud adalah ucapkan ‘assalamu’alaikum‘ atau lebih baik lagi ‘assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh‘. Ucapan ini juga disebut tahiyyatul Islam.

Bagi seorang Muslim, sungguh ucapan ini jauh lebih baik dari sapaan-sapaan gaul atau pun greets ala barat. Karena saling mengucapkan salam akan menumbuhkan kecintaan terhadap hati sesama muslim serta dengan sendirinya membuat suasana Islami di tengah kerabat dan keluarga kita.

Wajib Ain & Kifayah

Lebih luas, soal hukum salam ini dijelaskan Kiai Asep, bahwa menjawab salam hukumnya wajib berdasarkan ijma ulama. Jika salamnya kepada satu orang maka menjawab salam, fardhu ‘ain bagi dia.

Jika salamnya kepada banyak orang, maka fardhu kifayah bagi mereka untuk menjawab. Jika sudah dijawab oleh satu orang diantara mereka, maka sudah cukup, dan gugur kewajiban dari yang lain.

Jika mereka semua menjawab salam maka mereka semua dianggap menunaikan kewajiban. Baik mereka menjawab secara berbarengan maupun bergantian. Namun jika diantara mereka tidak ada yang menjawab sama sekali, mereka semua berdosa. Jika mereka menjawab salam dari orang lain selain orang yang pertama tadi, maka tidak menggugurkan kewajiban dan tanggungan mereka.

Etika

Dan dalam menyebarkan salam, juga harus diperhatikan etikanya. Khususnya siapakah yang uluk (mengucapkan) salam dulu.

“Kalau ada orang tua dan orang muda, siapakah yang harus uluk salam duluan?,” tanya Yai Asep. “Orang muda duluan yang uluk salam,” jawab para santri.

“Kalau ada orang yang naik kendaraan dan orang yang berjalan kaki, siapakah duluan yang uluk salam,” tanya Kiai Asep lagi. Dan dijawab bareng oleh para santri “Orang yang naik kendaraan dulu yang harus uluk salam.”

“Kalau ada lima orang berpapasan dengan sepuluh orang, kelompok mana dulu yang harus uluk salam ?” tanya Kiai Asep. “Kelompok yang lima orang,” jawab para santri.

“Kalau ada orang yang duduk dan orang yang lewat berjalan kaki, siapa dulu yang seharusnya uluk salam ?” tanya Kaia Asep lagi.

“Orang yang berjalan kaki yang uluk salam duluan,” jawab para santri.

“Betul, jadi kalian harus memperhatikan hal-hal seperti itu, agar tak ada salah paham, bahkan terjalin kasih sayang diantara kalian,” kata Kiai Asep.

Selain itu, volume suara saat memberi salam juga harus diatur. Rasulullah kalau uluk salam, suaranya tidak akan membangunkan orang yang sedang tidur, namun didengar bagi orang yang terjaga. Artinya suara uluk salam, jangan keras-keras dan jangan terlalu lemah. Yang sedang-sedang saja.

Malaikat & Kirim Salam

Bila ada orang muslim yang uluk salam, maka selain orang muslim lainnya menjawab, juga para malaikat menjawab. Bahkan, tidak ada orang lain yang menjawab, maka malaikat tetap menjawab, dan membiarkan orang-orang yang tidak menjawab (karena berdosa).

Sedang bagi Anda yang menerima kiriman salam dari seseorang melalui orang lain, itu juga wajib menjawab. Misalnya, seorang ayah titip salam melalui anaknya kepada Anda. Maka ketika anaknya mengutarakan titipan salam itu, Anda juga harus menjawabnya.

Misalnya sebagai berikut; “Abah ada titipan salam dari Abi,” kata seorang anak kepada Anda (Abah).

Maka Anda menjawab seperti yang Rasulullah contohkan, “Wa’alaikas salaam wa’ala abiikas salaam” (semoga keselamatan untukmu dan untuk ayahmu).

Masuk Rumah & Majelis

Kiai Asep juga mengingatkan, bahwa seorang muslim ketika masuk rumah, harus uluk salam. Apabila di dalam rumah ada orangnya maka ucapannya, ‘assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh‘.

TapI kalau nggak ada orang (kosong atau orangnya pada tidur) maka uluk salamnya tetap. Artinya kita uluk salam pada diri kita sendiri.

Sedang bila masuk ke suatu majelis, maka dianjurkan untuk uluk salam duluan. Ada pun volume suaranya, jangan sampai mengganggu majelis, terutama jika acara di majelis sudah berjalan.

Sedang untuk uluk salam masuk masjid, ucapan salamnya sbb; ‘assalamu’alaika wa’ala ibadillahi sholihin‘. (Moch. Nuruddin)

No More Posts Available.

No more pages to load.