Pers dan Ketahanan Pangan

oleh
Ir Soekam Parwadi
Ir Soekam Parwadi

Oleh: Ir Soekam Parwadi (Direktur Paskomnas Indonesia)

MASIH dalam bulan pers nasional. Saya mewakili Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) Indonesia mengucapkan Selamat hari pers nasional 9 Februari.

Fungsi Pers adalah jendela,
Pers adalah penghantar,
Pers adalah pengontrol,
pers adalah pengawas,
Dan pers adalah media..

Untuk itu pers harus beradab, lebih penting lagi pers haruslah berakhlak.

Pers yang beradab tapi tidak berakhlak, bisa menjadi penjahat..
Pers yang berakhlak harus beradab agar mampu melakukan fungsi-fungsinya secara maksimal.

Fungsi dari pers dalam ketahanan pangan sangatlah strategis.

Dalam dunia media massa yang sudah begitu luas dan cepat, informasi tentang makna dan program ketahanan pangan di dalam waktu yang sangat tepat dapat tersebar di masyarakat.

Untuk itu pers harus punya acuan dan prinsip yang benar.

Ketahanan pangan bukan hanya ketahanan beras. Sehingga dalam mengawal program perberasan nasional pers tidak boleh terlarut di dalam kegiatan-kegiatan yang seolah melupakan bahan pangan lain yang sebetulnya jauh lebih penting.

Beras memang diperlukan, tetapi harus terkendali konsumsinya. Agar Indonesia tidak menjadi “juara dunia” penderita penyakit gula atau diabetes yang disebabkan oleh konsumsi beras berlebihan.

Standar konsumsi beras yang sehat menurut badan pangan dan badan kesehatan dunia adalah 60 kg per kapita per tahun. Sementara konsumsi beras Indonesia saat ini masih di atas 90 kg per kapita per tahun. Bahkan di beberapa daerah masih di atas 100 kg per kapita per tahun.

Sementara sumber karbohidrat lain yang tersedia dan potensial diproduksi di Indonesia masih sangat besar.

Bukan masalah produksinya yang masih besar tetapi juga keamanan mengkonsumsi karbohidrat non beras bahkan semuanya lebih aman dibanding beras.

Masalah yang kita hadapi sekarang, apabila kita tidak mau mengganti beras dengan karbohidrat yang lain, produksi padi kita ke depan semakin lemah.
Selain lahan sawah yang semakin menyusut luasnya, produktivitas lahan sawah kita semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal itu disebabkan oleh cara budidaya yang salah, diantaranya penggunaan pupuk kimia berlebihan, sangat sedikit penggunaan pupuk organik dan peningkatan indeks panen yang tinggi.

Artinya diversifikasi pangan karbohidrat harus beralih dari beras ke non beras secara masif.

Hal berikutnya yang perlu diperhatikan dalam ketahanan pangan adalah asupan pangan selain beras dalam rangka memenuhi kebutuhan vitamin, protein, lemak dan bahkan air.

Sumber pangan untuk kelompok ini adalah sayur, buah, kacang2an, telur, ikan, daging, susu.

Kelompok pangan ini bukan hanya menyebabkan kenyang, tapi justru berfungsi dalam membangun generasi yang lebih kuat dan berkualitas secara fisik dan tingkat kecerdasannya.

Kita tidak akan melahirkan generasi baru sebagai generasi kuli, yang pangannya didominasi oleh beras.

Kita ingin generasi berikut adalah generasi yang cerdas dengan fisik yang lebih kuat.

Untuk itu ketahanan pangan yang sebenarnya adalah, konsumsi seimbang antara karbohidrat, protein, vitamin, mineral, lemak dan air secara seimbang.

Gerakan konsumsi sehat ini harus dimulai dari keluarga.

Seluruh keluarga dari pemimpin negara, para penguasa, para karyawan, tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga sosial kemasyarakatan termasuk insan pers mempraktekkan konsumsi sehat dan saling mengingatkan kepada pihak lain untuk melakukannya.

Insya Allah masyarakat kita kedepan akan semakin sehat, cerdas dan kuat.

Hal terakhir yang perlu saya sampaikan adalah, pangan adalah komoditi (mata dagangan).

Artinya pangan merupakan bahan yang didistribusi melalui proses perdagangan. Proses bisnis.

Untuk itu produsen pangan harus untung. Tetapi konsumen tidak boleh merasa berat dalam mengakses atau membeli pangan itu sendiri.

Untuk itu pembangunan pangan, sebenarnya adalah pembangunan agribisnis dengan mata dagangan atau komoditi pangan.

Agar petani untung, agar konsumen tidak merasa berat dalam membeli. Pemerintah berkewajiban membuat program yang mengamankan keduanya.

Dalam dunia bisnis pangan, kita tidak bisa lepas dari adanya pesaing.

Persaingan terjadi di pasar. Produksi pangan yang tidak berorientasi dan tidak melalui mekanisme pasar, maka kegiatannya bisa merugikan petani dan bisa memberatkan konsumen.

Itu disebabkan oleh pemerintah yang programnya tidak tepat.

Karena pasar bukanlah lembaga sosial, pasar adalah lembaga ekonomi tempat untuk bersaing.

Persaingan pangan sejak tahun 90-an memasuki persaingan global.

Artinya kita tidak bisa membatasi masuknya produk pangan dari luar negeri.
Untuk itu produksi pangan di dalam negeri harus inovatif, dapat kompetitif di pasar kelas dunia.

Peranan dari teknokrat pemerintah sangat penting dalam menghasilkan teknologi inovatif sehingga harga pokok pangan menjadi lebih rendah, pengambilan keuntungan wajar, sehingga di pasar mampu bersaing dengan produk pangan dari negara lain.

Untuk itu peran pers sangatlah besar dan berharap tidak pernah berhenti untuk selalu menginformasikan tentang ketahanan pangan ini dengan formulasi yang menarik.

Selamat berulang tahun pers Indonesia.

Semoga Allah Ridho dan memberikan berkah kepada seluruh instan pers dalam mengabdikan dirinya di bidang tugasnya.

Aamin. (*)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.