Potensi Penerapan Pembangkit Mikroreaktor untuk Pertambangan dan Masyarakat Terpencil dan Terisolasi di Indonesia

oleh
Microreaktor nuklir natarianto indrawan
Dengan desain yang sangat kecil mikroreaktor ini cocok untuk lokasi terpencil dengan proses instalasi yang cepat.

 

Oleh: Dr Tri Hardono, P.E., Dr Doni Wulandana, Dr Natarianto Indrawan*

 

SEBAGAI negara kepulauan terbesar dunia dengan lebih dari 13.500 pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, Indonesia memiliki potensi sumber daya ekonomi yang sangat besar khususnya bilamana pembangunan dapat dilakukan secara merata di setiap daerah.

Untuk mendukung hal ini, ketersediaan energi listrik merupakan hal mutlak, hanya saja, tidak setiap wilayah termasuk di kepulauan terpencil memiliki sumber energi yang memadai. Oleh karena itu, solusi agar setiap wilayah dapat terakses energi listrik yang bersih dan berkelanjutan (sustainable) dengan harga yang terjangkau perlu terus diprioritaskan.

Saat ini PT PLN (Persero) memiliki pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sebanyak lebih dari 5.000 unit yang tersebar di lebih dari 2.000 lokasi yang rata-rata berada di daerah terpencil dan terisolasi. PLN menargetkan pengurangan pembangkit listrik diesel secara bertahap untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan meningkatkan target bauran energi baru terbarukan di Indonesia.

Melalui program dedieselisasi, PLN merencanakan akan mengkonversi pembangkit listrik diesel menjadi tiga skema, yakni konversi PLTD menjadi energi baru terbarukan, konversi PLTD menjadi gas, dan konversi PLTD menjadi interkoneksi ke dalam jaringan PLN.

Salah satu solusi alternatif yang dapat mengatasi tantangan tersebut di atas adalah dengan menerapkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) skala mikro (mikroreaktor). PLTN mikro dapat menyediakan pasokan energi yang stabil dan bebas emisi selama 24 jam sehari, 365 hari setahun sehingga dapat mendukung pembangunan ekonomi di berbagai wilayah khususnya wilayah dan kepulauan terpencil.

Salah satu mikroreaktor yang akan dilaunching di pasaran adalah eVinci™ yang dikembangkan Westinghouse. Mikroreaktor ini merupakan reaktor mikro-modular generasi terbaru dengan desain inovatif yang handal dan minim biaya pemeliharaan.

Mikroreaktor eVinci dapat menghasilkan daya listrik sebesar 5 MWe (energi listrik) atau setara dengan 13 MWth (energi termal) dan dirancang untuk beroperasi selama delapan tahun tanpa refueling. Setelah itu akan dilakukan penggantian bahan bakar nuklir yaitu dengan menukar modul inti mikroreaktor lama dengan modul yang baru. Reaktor tipe ini memiliki fitur keselamatan walk away safe yang memungkinkan operator meninggalkan reaktor secara aman apabila terjadi kondisi darurat.

Dengan desain yang sangat kecil mikroreaktor ini cocok untuk lokasi terpencil dengan proses instalasi yang cepat. Desain dan ukuran reaktor yang unik inilah yang menjadikannya pilihan yang layak untuk sektor pertambangan serta untuk masyarakat di daerah terpencil dan tanpa jaringan listrik.

Microreaktor

Analisis Keekonomian Mikroreaktor eVinci

Berdasarkan studi yang dilakukan di Kanada, mikroreaktor eVinci ini menghasilkan kinerja sekitar 30% yang lebih ekonomis daripada pembangkit diesel dan mengurangi emisi karbon sebesar 90% dan dengan proses instalasi yang kurang dari 30 hari.

Diharapkan dengan adanya mikroreaktor ini, investasi sektor energi khususnya bidang nuklir akan dapat meningkat di masa mendatang. Saat ini, karena kendala biaya dan resiko, investasi global pada sektor energi nuklir hanya sebesar $100 milyar pada akhir 2022, dari total $1400 milyar untuk semua sektor energi termasuk carbon capture dan kendaraan listrik (electric vehicles).

Microreaktor nuklir natarianto indrawan
Dengan desain yang sangat kecil mikroreaktor ini cocok untuk lokasi terpencil dengan proses instalasi yang cepat.
Analisis microreaktor nuklir
Tabel posisi microreaktor pada investasi energi bersih.

Rekomendasi untuk di Indonesia

Teknologi nuklir skala mikro atau mikroreaktor ini dapat mendukung pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia. Untuk akselerasi penerapannya di tanah air, pemerintah Indonesia dapat menjalin kerjasama atau kemitraan dengan pemerintah Amerika melalui lembaga-lembaga terkait untuk melakukan kajian dan penerapan teknologi mikroreaktor ini bagi masyarakat pertambangan dan terpencil di Indonesia.

Melalui penelitian dan penerapan teknologi mikroreaktor ini, yang dipadukan dengan pembangkit listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT), maka akan mempercepat upaya pemerintah Indonesia dalam mencapai emisi nol sebagai bagian dari upaya global menuju 2050. (*)

 

Tentang Penulis:

1. Dr. Tri Hardono P.E – Sebagai Principal Engineer dan Electrical Lead untuk riset dan pengembangan Micro Reactor di kantor pusat Westinghouse Electric Company di Pennsylvania, dan licensed Professional Engineer (PE) dan member dari Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), Dr. Tri fokus pada pengembangan energi nuklir skala mikro, dan memiliki kemampuan dan pengalaman pada pembangunan PLTN skala besar di China dan di Amerika.

2. Dr. Doni Wulandana – Sebagai Assistant Professor di State University of New York (SUNY) New Paltz, NY, dan sebagai lulusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Doni fokus memiliki interest riset pada bidang vortex-induced blade-less turbines dan Tesla turbines untuk aplikasi renewable energy, thermoelectric semiconductors untuk cooling, dan supercritical carbon dioxide serta refrigerants untuk green power generation. Dr. Doni aktif sebagai Editorial Board Member di beberapa jurnal internasional dan aktivitas Diaspora Indonesia di Amerika Serikat.

3. Dr. Natarianto Indrawan – Mantan peneliti dan mentor berbagai pelajar dan mahasiswa pada Program Mickey Leland Energy Fellowship Program, Departemen Energi AS, Dr. Indrawan berkomitmen untuk fokus pada pengembangan energi hidrogen bersih melalui teknologi gasifikasi dan reforming. Dr. Indrawan adalah founder FlexiH, sebuah perusahaan swasta di AS yang mendukung pengembangan hidrogen hub di wilayah Central Amerika.

No More Posts Available.

No more pages to load.