MADIUN|DutaIndonesia.com-Setelah Sabtu lalu Safari MPET2 (organisasi yang menaungi Ling Tien Kung) mengadakan kunjungan ke Malang Raya, Sabtu (18/12/2021) siang, safari dilanjutkan ke Madiun.
Di Kota Madiun sejumlah pengurus MPET2 bertemu dengan Koordinator Madiun I dan II, dan Koordinator Magetan serta calon koordinator baru dari Magetan.
Pada kesempatan itu, MPET2 banyak mendapat masukan, terutama soal perkembangan Ling Tien Kung belakangan ini.
Secara keseluruhan, pertemuan yang berlangsung di Kafe Selendang Biru, Kota Madiun dihadiri 14 peserta. Dari MPET2 hadir Shane Feldo Fuyi Widjaja (Dewan Pembina), Brigjen Pol (Pur) Drs. Edy Prawoto, SH, MHum (Ketua Umum MPET2), Ibu Ie Me (Kepala Teknik Ling Tien Kung), Erfandi Putra (Humas) dan Ibu Agnes (Kesekretariatan MPET2).
Sementara dari Koordinator Madiun I hadir 3 orang dipimpin ketuanya Bambang Sulistyohadi, Koordinator Madiun II hadir 3 orang dipimpin ketuanya Sri Wahyuningsih, dari Koordinator Magetan hadir 3 orang dipimpin ketuanya Edy Suhartoyo, serta 3 orang dari calon koordinator baru dari Magetan yang dipimpin oleh Bapak Mulyani.
Dalam pertemuan itu, berbagai masukan diterima oleh MPET2. Bambang Sulistyohadi mengatakan, Safari MPET2 ini mempunyai nilai positif. Setidaknya ada komunikasi langsung antara koordinator dengan Pusat.
Dia juga menanyakan apakah perlu sasana mandiri itu ada. Juga harus ada sanksi yang jelas dan tegas bila ada kesalahan baik itu dilakukan sasana maupun koordinator. Perlu ada pertemuan rutin, tidak harus Pusat ke daerah, tapi daerah bisa berkunjung ke Ole-Ole.
Sementara Sri Wahyuningsih memberikan masukan soal ketegasan aturan penggunaan seragam. Misalnya, seragam hijau untuk kipas, harus dipakai saat apa. Kalau yang orange dipakai saat mengajar.
“Yang jelas kami dari Madiun II, patuh kepada aturan yang dikeluarkan oleh Pusat. Kami tak mungkin mencampuradukkan ajaran lain dengan Ling Tien Kung,” katanya.
Edy Suhartoyo menyoroti lambatnya distribusi dan kualitas seragam. Penertiban di grup sasana, agar beritanya fokus masalah perkembangan Ling Tien Kung. Suwito, Penasehat Koordinator Magetan menyoroti pengertian otonom, diharapkan di setiap kabupaten hanya satu kordinator. Dia juga menanyakan soal AD/ART Ling Tien Kung. Juga diusulkan topi untuk seragam putih biru.
Sedangkan Mulyani berharap untuk secepatnya pengesahan koordinator yang sudah diajukan.
Berbagai pertanyaan tersebut menjadi masukan penting bagi MPET2. Dalam hal seragam, Shane mengatakan, memang belakangan ini distribusi seragam agak terhambat. Hal ini tidak terlepas dari masa pandemic.
Soal kualitas memang tak bisa dihindari, karena harganya naik, sementara dari Pusat harga jualnya tidak ada kenaikan, sehingga kualitas ada penurunan sedikit.
Edy Prawoto menjawab soal AD/ART sebenarnya Ling Tien Kung sudah punya, yakni Peraturan Ling Tien Kung. ‘Yang jelas soal AD/ART ini menjadi perhatian kami,” katanya.
Edy yang juga Rektor Ubhara ini menyoroti perkembangan Ling Tien Kung belakangan ini. Pusat, katanya, sudah jelas yakni yang diajarkan Lao Shi itulah yang dipegang oleh Pusat. Soal koordinator otonom, itu sudah digariskan oleh Lao Shi.
Di setiap kabupaten diperbolehkan untuk berdiri koordinator otonom lebih dari satu. Hanya saja, penambahan koordinator tersebut jangan sampai menimbulkan persoalan-persoalan.
Dikatakan, Making People Healthy yang menjadi visi Ling Tien Kung harus diaplikasikan di lapangan . Tugas koordinator itu membina sasana. Tugas pokok koordinator itu membina.
Sementara kekuatan Ling Tien Kung sendiri ada di sasana. Tingkat dasar itu wajib di Ling Tien Kung.
Jangan sampai melupakan latihan dasar, karena hal itu merupakan penyembuhan. Banyak orang sakit tak mampu berobat, dengan latihan tingkat dasar itu menjadi obat. “Sekali lagi ini amal,” katanya.
Hal senada juga dikatakan Ie Me. Dia mengatakan, ajaran utama Ling Tien Kung itu, yakni tingkat dasar. Tingkat menengah itu merupakan penambahan.
“Mari kita berlatih Ling Tien Kung baik dasar maupun menengah sesuai yang diajarkan Lao Shi. Jangan ditambah dan jangan dikurangi. Saya melihat ada sejumlah diantara kita mencampuradukkan dengan ajaran lain. Kalau ingin berlatih di luar ajaran Ling Tien Kung ya… jangan memakai seragam Ling Tien Kung,” katanya.
Di penghujung acara, Shane mengatakan, pemberian SK kepada para koordinator itu harus dipertangungjawabkan. Mereka harus menjalankan aturan yang ada di Ling Tien Kung.
“Mari kita bersama-sama berada dalam satu kapal, yakni Ling Tien Kung, tetapi kalau sudah ada kapal yang lain, kami mempersilahkan. Ling Tien Kung jangan dicampuradukkan. Terakhir saya mengucapkan terima kasih atas terjadinya pertemuan ini. Semua masukan akan kami bahas di rapat MPET2,” pungkasnya.
(Erfandi Putra)