Sambut Tahun Baru 2025, Menuju Indonesia Emas Atau Cemas?

oleh

 

Oleh Masdawi Dahlan*

 

AKHIR tahun 2024 memunculkan sinyal kelam Indonesia ke depan. Setidaknya pada akhir bulan Desember tahun 2024 ini Indonesia dikejutkan oleh dua kasus besar yakni putusan Harvey Moeis terdakwa kasus korupsi tambang timah yang merugikan negara Rp 271 triliun yang hanya divonis 6,5 tahun.

Yang kedua adalah pemberitaan dari sebuah lembaga internasional non pemerintah OCCRP (Organized Crime and Corruption Reporting Project), yang menyebut mantan Presiden Jokowi masuk dalam daftar finalis pemimpin paling korup di dunia. Polemik langsung menyeruak di ruang publik. Jokowi sudah menanggapinya dan mempertanyakan buktinya apa hingga OCCRP memasukkan namanya dalam daftar tersebut.

OCCRP adalah salah satu organisasi jurnalisme investigasi terbesar di dunia yang berkantor di Amsterdam Belanda. Lembaga ini memiliki misi menyebarkan dan memperkuat jurnalisme investigasi di seluruh dunia dan mengungkap kejahatan serta korupsi sehingga masyarakat dapat meminta pertanggungjawaban kepada pihak berwenang.

OCCRP merilis masuknya Jokowi dalam daftar finalis pemimpin terkorup di dunia itu pada Selasa (31/12/2024) dalam laporan “Corrup Person of The Year 2024 ” yang menempatkan Presiden Suriyah Bashar Al Assad di peringkat pertama, lalu peringkat kedua mantan Presiden Jokowi.

Dalam laporan tersebut juga menyebutkan figure lain yang juga masuk di finalis, yakni Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubun, mantan Perdana Menteri Bangladesh Shiekh Hasina dan Pengusaha India Gautama Adani. Nominasi itu berdasarkan penilaian dari para pembaca, jurnalis, juri Person of The Year dan pihak lain di jaringan Global OCCRP.

Sementara, atas putusan ringan bagi Moeis, Presiden Prabowo Subianto saat menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2025-2029, telah mengomentarinya.

Dia menilai putusan itu mencederai rasa keadilan. Orang yang terlibat tindakan korupsi yang merugikan negara ratusan triliun rupiah dihukum ringan. Sementara pencuri ayam dihukum berat. Presiden Prabowo berharap hukumannya bisa lebih berat lagi.

Putusan ringan pada Moeis mengindikasikan banyak aparat penegak hukum dalam hal ini hakim yang menangani perkara belum mau berubah menjadi profersional jujur dan berintegritas. Penegak hukum tetap menjadi aparat yang mau diperalat oleh kepentingan tertentu.

Jika kondisi ini tidak berubah, harapan terjadinya reformasi hukum yang berintegritas akan sangat jauh dari harapan. Dan ini akan menjadi indikasi makin sulitnya masa kejayaan Indonesia yang diharapkan rakyat bisa cepat tercapai.

Tentang pemberitaan yang menyebut Jokowi menjadi finalis pemimpin terkorup di dunia penjelasannya adalah bahwa korupsi itu bukan hanya berupa korupsi dalam bentuk uang langsung, melainkan korupsi yang berupa berbagai kebijakan lain yang telah membahayakan bangsa dan negara.

Kebijakan Jokowi baik dalam bidang ekonomi, politik, demokrasi, hukum dan berbagai bidang lainnya, selama ini memang penuh kontroversi, yang diyakini akan menimbulkan kerugian, membahayakan dan akan menimbulkan kerusakan bangsa Indonesia ke depan.

Korupsi maupun penyalahgunaan wewenang, rasanya membuat cita cita menuju Indonesia emas pada tahun 2045 yang selalu didengung selama ini akan sulit tercapai, malah justru sebaliknya yang muncul adalah rasa cemas tentang kondisi bangsa dalam jangka yang tidak menentu.

Dua periode memimpin Indonesia Jokowi oleh para pengamat disebut telah banyak menelurkan kebijakan yang membahayakan masalah ekonomi, demokrasi, politik maupun dalam penegakan hukum. Tekat menjadikan tahun 2045 menjadi tahun kecemerlangan Indonesia bisa jadi tinggal harapan hampa saja.

Yang ironis elemen bangsa seperti wakil rakyat, aparat negara, penegak hukum, tokoh masyarakat dan tokoh agama dan elemen lainnya justru tampak diam atas berbagai kebijakan Jokowi yang dinilai membahayakan bangsa tersebut.

Bahkan sekalipun Jokowi sudah lengser dan tidak berkuasa lagi, namun banyak pihak masih meyakini Jokowi masih menunjukkan tajinya mempengaruhi oknum penguasa dan para penegak hukum menjalankan tugas sesuai dengan pesanan.

Semua itu terjadi karena banyak oknum wakil rakyat, aparat pemerintah, penegak hukum dan elemen lainnya yang masih bermental rusak. Tidak mau menerima peringatan, bahkan yang terjadi kelompok oposisi jadi korban kriminalisasi.

Perlu Pemimpin Yang Dekat Dengan Tuhan

Namun Indonesia masih punya waktu untuk bangkit, asalkan kebijakan buruk era pemerintahan Jokowi tidak dilanjutkan. Lebih dari itu pelaku korupsi dan pidana lainnya yang harus diusut tuntas, untuk memberikan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat.

Pemerintahan Prabowo Subianto harus melangkah jelas, terarah dan tegas untuk menyusun strategi dan rencana baru yang bisa melepaskan Indonesia dari berbagai penyakit kronis yang selama ini dideritanya.

Menyerahkan persoalan bangsa yang amat kronis kepada masyarakat maupun aparat yang ada tampaknya sulit, karena banyak elemen telah rusak mentalnya. Salah satu jalan yang bisa dilakukan adalah mengupayakan kepemimpinan yang dilandasi ketaqwaan dan keimanan.

Indonesia kini membutuhkan pemimpin yang religius. Pemimpin yang memiliki visi dan misi dan konsisten melakukan perubahan, juga yang memiliki kedekatan dengan tuhannya. Tulus, ikhlas, jujur dan amanah membangun negeri.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surat An Nisa ayat 75 : “ … Ya tuhan kami keluarkanlah kami dari kezaliman di negeri ini. Berilah kami pelindung ( pemimpin) dari sisi-Mu dan berikanlah kami penolong (pemimpin) dari sisi-Mu,” (QS An Nisa: 75).

Ayat ini menegaskan problema sebuah bangsa hanya akan bisa diselesaikan dengan hadirnya pemimpin yang menjadi pilihan tuhan, karena pemimpin yang menjadi pilihan tuhan akan selalu mendapat petunjuk dari Allah dalam menjalankan tugasnya.

Di antara doa yang paling istijabah oleh Allah SWT adalah doa pemimpin untuk rakyatnya. Doa pemimpin yang bertaqwa yang tulus dan ikhlas untuk kesejahteraan rakyatnya, disertai dengan sikap adil, cerdas dalam mengatur pemerintahan, menepati janji, tidak khianat pada rakyatnya.

Pemimpin seperti ini terpilih dengan jalan baik, tidak curang apalagi politik uang. Seberapa beratnya permasalahan dihadapi oleh sebuah bangsa, jika sang pemimpin bertaqwa, maka Allah akan memberikan jalan yang mudah menyelesaikan masalah pemerintahannya.

Pemimpin seperti ini tidak punya rasa takut mengatakan yang haq dan bathil. Menghukum siapa yang salah. Pemimpin yang seperti ini juga akan sabar menerima hujatan dari pihak lawan politiknya dan menyerahkan segara urusannya kepada Allah SWT.

Imam Muslim meriwayatkan hadits yang diceritakan sahabat Jabir RA, Rasululah Muhammad SAW bersaba : Jika ada seseorang ( pemimpin) yang didzalimi orang lain, dan dia sabar dan menyerahkan urusannya kepada Allah SWT, maka Allah yang akan membantunya dan Allah juga akan memberikan keutamaan baginya. (*)

*Penulis adalah wartawan DutaIndonesia.com dan Global News di Pamekasan

No More Posts Available.

No more pages to load.