SURABAYA | DutaIndonesia.com – Seorang santri di Desa Tlambah, Karang Penang, Sampang Madura, Agus Humaidi (25), mendapat banyak pujian setelah membuat miniatur pesawat Garuda Indonesia. Pesawat ini pun berhasil terbang mengitari langit sebuah desa di Madura. Tapuk tangan bangga pun diberikan untuk keberhasilan Agus tersebut. Video pesawat terbang karya Hamidi ini pun viral di media sosial. Bahkan dia kini banjir orderan.
Yang menarik, santri ini mengaku belajar secara otodidak. Humaidi mengaku belajar secara otodidak dari Facebook dan Google. Awalnya, dia bergabung di grup Facebook yang memuat informasi pembuatan miniatur pesawat. Setelah itu, dia mencari informasi lanjutan melalui Google.
“Pertama saya gabung grup komunitas, di sana ada cara bikin pesawat. Saya menyimak aja di situ. Belajar dari elektroniknya. Tapi saya juga sambil melihat di Google. Yang lebih membantu saya di Google itu,” kata Humaidi seperti dikutip dari detikcom, Rabu (25/8/2021).
Humaidi juga mengaku tak lulus madrasah ibtidaiyah (MI) atau sekolah dasar (SD). Namun dia bertekad terus belajar membuat miniatur pesawat secara otodidak. Dalam tiga bulan, Humaidi akhirnya mampu membuat pesawat yang bisa diterbangkan.
“Saya belum lulus MI atau SD. Belajarnya sih tiga bulanan. Menurut saya 3 bulan sudah bisa. Iya barokahnya Google dan komunitas juga, tapi saya otodidak dan saya yakin bisa,” kata Humaidi.
Atas kegigihannya membuat miniatur pesawat yang lumayan besar, beberapa orang pun heran. Karena, untuk belajar membuat miniatur pesawat harusnya mendapat bimbingan dari ahlinya.
“Karena kalau kata teman saya bikin pesawat harus ada yang membimbing, tapi saya semangat alhamdulillah meskipun nggak ada yang membimbing bisa. Sampai teman-teman di komunitas heran kok bisa bikin yang langsung besar padahal masih pemula. Karena komunitas di Google tidak banyak orang yang bisa membuat pesawat besar. Setahu saya cuma ada empat di Indonesia,” tambahnya.
Humaidi mengaku sudah dua tahun ini membuat miniatur pesawat yang bisa diterbangkan. Dia pun kerap mendapat pesanan dari sejumlah pihak.
Meskipun hanya miniatur, Humaidi mengaku pesawatnya menggunakan mesin dan bisa diterbangkan dengan remote control. “Biasanya saya terbang sampai jarak 400 meter hingga jarak 1 kilometer, karena pesawat yang kemarin belum dikasih GPS,” kata Humaidi.
Selain pesawat elektrik, Humaidi juga membuat pesawat manual. Berbeda dengan pesawat miniatur lainnya, Humaidi menyebut pesawatnya lebih ringan. Ini yang membuat bisa terbang dengan mulus.
“Pesawatnya memang lebih ringan punya saya dari pada teman-teman, karena pesawat saya terbuat dari styrofoam yang ringan dan tidak keras. Kalau teman-teman ada yang dari polifoam dan gabus yang berat,” imbuhnya.
Untuk membuat satu miniatur pesawat, Humaidi mengaku membutuhkan waktu hingga satu bulan, tergantung dari ukuran dan tingkat kerumitan. Dia mengaku telah mendapat sejumlah orderan atau pesanan mulai dari ukuran kecil hingga mencapai 6 meter. (det/wis)