Bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional 2021 yang jatuh pada 22 Oktober. Hari Santri Nasional ditetapkan merujuk pada Resolusi Jihad yang difatwakan Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari yang kemudian memicu Perang Besar 10 Nopember 1945 di Surabaya, dan kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan. Lalu bagaimana santri menghadapi peperangan berikutnya guna menjawab tantangan zaman? Berikut wawancara dengan seorang santri yang juga dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Mohd. Agoes Aufia, yang sekarang menempuh pendidikan S3 di Jawaharlal Nehru University (JNU) New Delhi India. Berikut petikannya.
Bagaimana kabarnya India, Mas Agoes?
Sudah membaik Pak. (Mohd Agoes Aufia saat tinggal di asrama di kawasan kampus JNU India juga seperti santri. Suka memakai sarung misalnya, seperti terlihat di foto-fotonya yang diterima Redaksi, Red.).
Saat ini bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional. Bagaimana menurut Anda seharusnya kita memperingatinya?
Hari Santri Nasional adalah wujud penghargaan kepada perjuangan para Kiai, Ulama, dan Santri atas kontribusinya memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebab, ini terinpirasi dari peristiwa seruan Resolusi Jihad yang diprakarsai oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 dalam upayanya mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan yang sesungguhnya Negara Indonesia dari penjajahan Belanda.
Di sisi yang lain, Hari Santri Nasional bagi saya adalah bentuk refleksi peranan santri yang semakin kompleks untuk terus melanjutkan perjuangan cita-cita luhur negara Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mewujudkan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Untuk memperingatinya, tentu kita berharap tidak sekedar seremonial semata namun perlu kita wujudkan dalam aksi nyata dan memberdayakan peranan santri masa kini semaksimal mungkin untuk turut memajukan bangsa sehingga memerlukan strategi dan visi yang jelas.
Sebab santri sejatinya adalah elemen penting bangsa ini dari memperjuangkan hingga mempertahankan kemerdekaan di masa lalu juga yang masih sangat relevan dalam memperjuangkan cita-cita bangsa Indonesia di masa mendatang. Bukan tanpa alasan, santri adalah kelompok terdidik secara agama dibekali dengan spirit jihad, iman, ilmu dan amal yang dapat menjawab tantangan global terlebih melihat perkembangan pesat pesantren di Indonesia diikuti kurikulum yang semakin inovatif dan variative sesuai zaman.
Bagaimana Anda melihat orang-orang atau pemerintah dalam hal ini Kemenag memperingati Hari Santri?
Saya yakin, banyak aneka kegiatan yang diadakan masyarakat, sekolah, pesantren hingga Pemerintah khususnya di bawah Kementerian Agama. Namun saya hanya berharap bahwa melalui Kementerian Agama dapat menyatukan potensi santri seluruh Indonesia dalam satu wadah untuk bisa memberikan aksi nyata yang turut mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia melalui visi, strategi, target yang jelas dan terukur sehingga bukan sekedar seremoni belaka.
Santri pun juga tidak diartikan secara sempit yaitu mereka yang saat ini sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren, namun juga mereka yang pernah mengeyam pendidikan pesantren (alumni) di mana identitas dan spirit itu masih terjaga walau sudah hidup di luar lingkungan pesantren dan secara langsung sudah terjun di masyarakat untuk turut andil membawa semangat membangun bangsa dan umat.