Turunkan Kegemukan, Operasi Bariatrik Kian Diminati, Ini Kata Ahlinya

oleh
Dr Iwan Kristian SpB memberikan paparan di acara Media Gathering dan Ngobrol Bareng, di National Hospital, Selasa (6/5/2024).
Dr Iwan Kristian SpB memberikan paparan di acara Media Gathering dan Ngobrol Bareng, di National Hospital, Selasa (6/5/2024).

 

SURABAYA (global-news.co.id) – Operasi bariatrik kian diminati masyarakat Surabaya. Meski tidak menyebutkan angka persisnya, spesialis bedah digestive dari National Hospital, dr Iwan Kristian SpB-KBD, mengatakan, cukup banyak orang yang memilih tindakan itu di rumah sakitnya dalam upaya untuk menurunkan berat badannya yang berlebih.

Operasi bariatrik adalah operasi potong lambung yang dilakukan pada orang dengan berat badan berlebih atau kegemukan (obesitas). Dalam hal ini, pemotongan terhadap lambung dilakukan hingga 80%.

“Dengan lambung yang tersisa 20%, seseorang tidak bisa makan banyak. Dia bisa makan apa pun, tapi akan cepat kenyang,” ujar Iwan dalam Media Gathering National Hospital dan Ngobrol Bareng, Selasa (7/5/2024).

Diungkapkan, berdasarkan survei 20-30% populasi muda mengalami obesitas. “Ini tentu mengejutkan, karena kalau ketemu di jalan sepertinya tidak banyak yang gendut,” ujar dokter lulusan UGM Yogyakarta yang mengambil spesialis bedah di Universitas Airlangga ini.

Problem obesitas sendiri tidak semata kosmetik saja, lanjutnya, tapi cenderung punya risiko sakit. Banyak penyakit yang ditimbulkan akibat obesitas, seperti diabetes, jantung, tulang kaki kalah kuat menyangga badan, susah nafas yang menyebabkan asupan oksigen ke otak kurang sehingga membuat orang tidak segar, serta sleep apnea atau berhenti nafas saat tidur.

“Yang paling menakutkan, memicu kanker,” tandasnya dalam acara yang juga dihadiri CEO NH, Ang Hoey Tiong.

Dunia kita saat ini kanker dan perjalanan penyakit ini waktunya lama. Dari survei, banyaknya uang yang dikeluarkan untuk pembiayaan kesehatan, urutan pertama adalah penyakit kardiovaskular dan kanker menempati urutan ketiga.

Selain mengganggu kualitas hidup, penyakit-penyakit ini juga membebani negara karena pembiayaannya menggunakan dana JKN.

Kanker sendiri pemicunya adalah overwight. Obesitas pada perempuan akan mengakibatkan hormon estrogen tinggi yang akan merangsang pertumbuhan sel organ-organ yang berhubungan dengan hormon ini, seperti kandungan, payudara, usus.

Dicontohkan kanker usus dipicu dari banyak karbo dan lemak yang masuk, kurang gerak, BAB kurang lancar karena pola makan yang salah. “BAB kurang lancar ini bisa mengakibatkan mutasi sel-sel yang berujung pada kanker colon (usus),” terang Iwan.

Operasi bariatrik ditekankan untuk mereka yang morbid obesitas — obesitas yang dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan– yaitu bila BMI (body mass index)-nya lebih dari 40%. Bisa juga pada obesitas kelas 1 dan 2 yaitu yang ada penyakitnya seperti diabetes, artritis pada tulang kakii.

“Tapi ada juga gemuk yang disebabkan oleh penyakit seperti hipertiroid. Kondisi ini tidak bisa dilakukan tindakan bariatrik,” ungkap Iwan.

Pelaksanaan operasi bariatrik ampuh menurunkan BB hingga 50%, kalau masih kurang bisa dilanjutkan dengan cara bypass, usus halusnya tidak dipakai atau dibypass, tidak dialiri makanan. Namun ini berisiko menyebabkan terjadinya kurang gizi.

Iwan mengungkap, dari operasi bariatrik yang kerap dilakukan didapat ilmu baru, kalau lambung dipotong rasa lapar jadi berkurang banyak. Kalau di-bypass sehingga makanan tidak melalui jalur yang biasanya, diabetesnya bisa teratasi bahkan hilang.

Diingatkan, pasca operasi bariatrik pasien harus benar-benar disiplin, dari hanya minum saja — air atau kaldu, kemudian bertahap meningkat ke makanan semi padat. Setelah 3 bulan dia sudah bisa makan normal. “Tapi biasanya hanya 5 sendok makan saja sudah kenyang,” terang Iwan.

Selain operasi bariatrik, Ngobrol Bareng juga membahas masalah hemifacial spasm dengan nara sumber Dr dr Achmad Fahmi Sp BS (K) Subsp NF dan penanganan serangan jantung dengan nara sumber dr Parama Gandi SpJP. (ret)