Oleh Imam Shamsi Ali*
TANGGAL 25 Desember oleh sebagian besar Umat Kristiani dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus atau dalam bahasa Al-Qur’an “ISA” alaihi as-salam (Semoga keselamatan atasnya). Perayaan hari lahir Yesus ini dikenal dengan Hari Natal atau Christmas dalam bahasa Inggris.
Bagi Umat Islam tentunya bukan hal asing dan aneh ketika tidak sepaham dan tidak seiman dengan teman-teman Kristiani, baik tentang siapa itu Yesus maupun kira-kira kapan lahirnya. Saya tegaskan bahwa hal itu tidak asing dan tidak aneh karena yang logis memang adalah meyakini adanya “perbedaan” di tengah persamaan-persamaan yang ada. Justru yang tidak logis itu ketika perbedaan dianggap sebagai pelanggaran bahkan ancaman.
Kita sadar bahwa ada keyakinan lain yang berbeda dari keyakinan kita tentang Yesus dan agama secara umum. Menerima adanya atau eksistensi keyakinan lain tidak seharusnya dipahami sebagai menerima kebenarannya. Islam sendiri mengakui eksistensi keyakinan atau agama lain. Ayat “lakum dinukum wa liya diin” menegaskan itu. Tapi jika keyakinan itu kontra dengan akidah Islam maka Islam tegas menolak kebenarannya.
10 poin penting tentang Yesus AS.
Dalam melihat Yesus alaihi as-Salam, ada 10 poin penting yang disampaikan oleh Islam baik dalam Al-Quran maupun hadits-hadits Rasulullah SAW.
Pertama, Yesus adalah manusia ciptaan (makhluk) Allah sebagaimana manusia lain. Hanya saja Yesus diciptakan secara mukjizah tanpa intervensi suami-isteri. Penciptaan ini merupakan wujud Kuasa Allah yang mampu menciptakan manusia dan makhluk lainnya dengan caraNya masing-masing. Allah, sang Khaliq mencipta Adam tanpa pria dan wanita. Mencipta Hawa dari seorang lelaki tanpa wanita. Dia juga yang telah menciptakan Yesus dari seorang wanita tanpa pria. Dan semua itu melalui Kalimat “Kun fa yakun” (jadilah maka dia pun terjadi).
Kedua, Yesus dalam Islam (Al-Quran) dirujukkan sebagai Anak Maryam (Ibnu Maryam), hamba Allah (Abdullah), dan juga sebagai “kalimat Allah” sebagai gambaran penciptaannya dengan perintah “Kun” tadi. Karenanya asumsi atau keyakinan yang mengatakan bahwa Yesus adalah anak Tuhan ditolak secara tegas oleh Islam. Sekaligus dianggap sebagai pelanggaran Tauhid (syirik) yang berbahaya.
Ketiga, Sebagaimana nabi dan rasul lainnya Yesus juga mendapatkan penjagaan khusus (al-Ishmah). Mereka dikenal dengan hamba-hamba Allah yang ma’shum (divinely protected). Tapi secara khusus Allah memberikan penjagaan kepada Yesus, merujuk kepada penjagaannya sejak dari awal kehidupan Ibundanya tercinta, Maryam binti Imran. Keyakinan ini sekaligus menolak dengan tegas tuduhan jahat masyarakat Yahudi ketika itu bahwa Yesus adalah anak jada (zina) antara Ibunya dan Yusuf si tukang kayu (the carpenter).
Keempat, Allah mengharuskan Umat ini meyakini semua nabi dan rasul secara merata (laa nugarriqu baena ahadin minhum). Bahwa mereka semua sama. Sama-sama diutus oleh Allah, membawa fondasi ajaran yang sama, dan untuk tujuan kemanusiaan yang sama.
Karenanya Islam mengharuskan Umat ini meyakini Yesus sebagai satu dari nabi dan rasul yang telah diutus dan diberikan wahyu (Injil) oleh Allah. Tanpa mengimaninya merupakan pengingkaran kepada seluruh nabi dan RasulNya. Lebih dari itu dalam Islam, Yesus dianggap satu dari Lima Nabi/rasul bergelar “ulul azmi”. Mereka adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Yesus dan Muhammad (alaihim as-salam).
Kelima, sebagaimana nabi dan rasul lainnya masing-masing telah dikaruniai mukjizat tertentu. Yesus dalam Islam/Al-Quran dikaruniai banyak mukjizat bahkan lebih dari mukjizat yang disebutkan dalam Kitab Injil. Satu di antara mukjizat itu adalah kemampuan berbicara sejak bayi, merespon tantangan umatnya (Bani Israil l) kepada ibunya saat itu.
Keenam, sebagaimana nabi dan rasul lainnya Yesus pun diutus untuk membawa dan menyampaikan misi kerisalahan. Yaitu mengajak manusia kepada “penyembahan yang tunggal” (Tauhid) atau “laa ilaaha illa Allah”. Hal ini merupakan penegasan bahwa lahirnya Yesus bukan untuk dikorbankan (diselingi) demi menebus dosa Ayah (Adam) dan Ibu (Hawa) manusia. Karena memang Islam tegas menolak konsep dosa yang dikenal dengan dosa asal (original sin) itu.
Ketujuah, karena Islam menolak konsep dosa asal dan menolak keyakinan jika Yesus dilahirkan untuk dikorbankan sebagai tebusan dosa maka dengan sendirinya Islam/Al-Quran menolak konsep “penyaliban” Yesus. Islam meyakini bahwa Yesus telah diselamatkan dengan diangkat oleh Allah ke sisiNya. Apapun makna “yarfa’u ilaihi” (Allah mengangkat kepadaNya) biarlah Allah Yang Maha Tahu kelak menampakkan hakikatnya.
Kedelapan, Islam meyakini bahwa karena Yesus itu terlahir dari kalangan Bani Israil juga sekaligus diutus khusus (hanya) kepada Bani Israil.
Dan karenanya cakupan ajaran agama, khususnya hukum-hukum agama yang dibawanya tidak terpisah dari Taurat atau hukum-hukum agama yang telah dibawa oleh Musa alaihi as-Salam sebelumnya. Ini berarti bahwa Yesus itu tidak membawa hukum agama (syariat) baru. Tapi sekedar melanjutkan atau membenarkan praktek-praktek agama Bani Israil yang melenceng dari ajaran Musa.
Kesembilan, karena Yesus diangkat oleh Allah setelah menjadi nabi/rasul beberapa waktu (tersingkat) maka pada masanya akan diturunkan kembali untuk meluruskan penyelewengan umatnya dalam akidah (beragama).
Di sìnilah Islam kemudian memberikan gelar “al-masiih” yang berarti “diberikan keberkahan dan tugas untuk memberikan petunjuk” kepada manusia. Dalam hal ini Islam mengajarkan bahwa Yesus pada akhirnya menuntun umatnya untuk mengikuti jalan Islam yang diturunkan Allah kepada Muhammad SAW.
Kesepuluh, Islam atau Al-Quran juga menegaskan bahwa pada akhirnya di hari Akhirat kelak Yesus akan memberikan pertanggung jawaban atas penyelewengan mereka yang mengaku sebagai pengikutnya. Yesus akan menyampaikan kepada Allah SWT untuk menghakimi mereka sesuai keputusaNya.
Karena mereka adalah hamba-hambaNya juga.
Itulah beberapa hal pokok tentang Yesus atau Isa alaihi as-salam dalam Islam. Hal ini saya sampaikan tidak dimaksudkan untuk mengganggu apalagi merusak keyakinan Umat Kristiani.
Saya menyampaikan ini bukan relevansinya ke agama Kristiani. Tapi karena Yesus memang menjadi bagian dari keimanan kita, umat Islam. Selain itu, juga agar kita semua sadar bahwa dengan segala komitmen toleransi yang kita miliki, Umat ini harus menyadari posisi akidahnya dengan jelas dan tegas. (*)
Los Angeles, 25 Desember 2021
* Presiden Nusantara Foundation
Catatan: semua poin-poin di atas berdasarkan Al-Quran dan Hadits.