SURABAYA| DutaIndonesia.com – Sebanyak 200 seni rupa kontemporer karya lebih dari 150 seniman menghiasi ruang-ruang Pos Bloc Surabaya (dulu Kantor Pos Besar Kebon Rojo). Karya-karya itu ditampilkan dalam kegiatan ARTSUBS 2024 yang berlangsung selama satu bulan hingga 24 November 2024.
Sejak dari halaman, pengunjung sudah bisa menyaksikan karya para seniman dari berbagai kota, Bandung, Yogyakarta, Jakarta, Bali, Malang, Pasuruan, Magetan, Tuban, Sidoarjo, dan Surabaya sendiri. Karya kontemporer ini mulai dari lukisan, patung, instalasi, karya cetak, video, dan arsitektur fotografi.
Art director ARTSUBS, Asmudjo J. Irianto, mengatakan, ARTSUBS yang pertama kali digelar ini mengambil tema Ways of Dreaming.
“Ini menunjuk pada aneka jalan mimpi atau banyak cara bermimpi dalam ikhtiar kita menyelenggarakan modernitas. Lebih khusus lagi, karya-karya seni rupa kontemporer Indonesia adalah imajinasi sosial yang mengandung aspirasi dan fantasi tentang keterubahan berbagai segi kehidupan di Indonesia di masa sekarang maupun di masa depan,” ujarnya dalam sesi Tur Media, Sabtu (26/10/2024).
ARTSUBS sendiri digagas oleh Rambat yang pada even tersebut menjadi direktur utama. Bersama timnya, dia menginginkan Surabaya sebagai kota kosmopolitan juga memiliki kegiatan kesenian kontemporer.
Budayawan Nirwan Dewanto yang menjadi kurator ARTSUBS menambahkan, sebagai anak kandung masyarakatnya, setiap seniman berkarya untuk memperkaya dan memperbarui tinjauan atas berbagai kenyataan sosial.
“Namun demikian, kita akui bahwa seni rupa kontemporer Indonesia sebagai variabel sosial tersebut masih harus didorong untuk menjadi bagian organik dari kehidupan masyarakat kita,” ujarnya.
Nirwan menyebut, absennya ruang-ruang non-komersial yang bisa menghadirkan karya-karya seni bagi publik, misalnya museum seni rupa, di kota-kota besar kita menunjukkan hal itu.
“Dengan langkah yang saksama, ARTSUBS berhasrat mengisi kekosongan ini,” tandasnya.
Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia yang hingga sekarang belum memiliki pameran berskala nasional. Padahal Surabaya memiliki sumber daya yang sangat besar untuk ikut mendekatkan seni rupa kontemporer ke tengah masyarakat dan sebaliknya.
“Kekayaan seni rupa kita sudah semestinya berjalan seiring dengan gaya hidup dan kebutuhan masyarakat yang kian cerdas dan bermartabat. Sudah jamak bahwa kota-kota besar di dunia ini mempunyai pameran besar seni rupa yang dibanggakan ke dunia luas, dan Surabaya juga seharusnya demikian,” kata Nirwan.
Jawa Timur lanjutnya memiliki tokoh-tokoh seni kontemporer. Hanya saja mereka tidak berangkat melalui Surabaya. Dicontohkan Jumaadi, seniman dari Sidoarjo yang sudah sangat menginternasional.
Seni rupa kontemporer, lanjut Nirwan, dianggap penting di negara-negara maju karena dapat menjadi representasi dan refleksi kritis pada segenap persoalan manusia dan lingkungannya.
“Karya-karya seni rupa kontemporer, tak terkecuali di Indonesia, mampu menyodorkan daya kritis, sekaligus daya mimpi, yang merangsang kesadaran dan imajinasi publik,” tambahnya.
Gelaran ARTSUBS sendiri meramu kiat-kiat yang diamalkan museum seni rupa, biennale, dan art fair. Rangkaian panel, tata cahaya dan tata rangka yang tepat sasaran pada ruang-ruang Pos Bloc yang sangat historis itu terpancang untuk mendukung suasana melihat dan menghayati—dan bermimpi bersama—karya-karya seni yang terpajang.
Dan yang pasti, seniman-seniman yang telah terpilih adalah mereka yang sudah punya reputasi tinggi (established), yang sedang tumbuh pesat (emerging), dan yang mulai meraih reputasi (emerging-established), maupun yang pendatang baru.
“Ramuan ini kami anggap penting untuk merangsang pertumbuhan seni rupa kita ke arah-arah yang baru. Para seniman itu berkarya di wilayah-wilayah yang ditengarai sangat giat dewasa ini, yaitu Bali, Bandung, Jakarta, Surabaya dan Malang (dan beberapa kota di Jawa Timur), Yogyakarta, dan daerah-daerah lain,” tegas Nirwan.
ARTSUBS yang diancangkan terselenggara ajeg setiap tahun ini diharapkan bisa dibanggakan sebagai pesaing bagi pameran-pameran besar sejenis di Jakarta (ArtJak 4-6 Oktober 2024) dan Yogyakarta (ArtJog 28 Juni-1 September 2024).
Niscayalah Surabaya bisa menjadi salah satu situs terpenting pertumbuhan seni kontemporer Indonesia. Yaitu untuk membarengi perannya sebagai satu sentra penting pertumbuhan ekonomi nasional.
Di atas area pamer seluas 3.900 m2, pengunjung bisa menyaksikan beragam karya yang ditempatkan dalam 5 zona. Di atrium Pos Block, seniman asal Yogyakarta Ichwan Noor memamerkan karyanya berupa rangkaian onderdil mesin motor. Di bagian lain seniman muda Surabaya, Zeta Ranniry Abidin memasang gambar bagaimana dirinya dengan berbagai pose bergerak dan bergegas mengejar mimpi.
“Itu maksudnya mengejar mimpi dengan gembira,” ujar mahasiswi semester 7 Universitas Maranatha Bandung ini.
Sementara di lantai 2 gedung bersejarah ini, Arkiv Vilmansa dan Mulyana Mogus berkolaborasi “membangun” Seanergy. Menggunakan bahan resin, benang, cat, dan pelapis otomotif mereka menampilkan biota di dalam laut. Di zona dan lantai yang sama, bisa disaksikan karya-karya yang menggambarkan makhluk angkasa luar.
ARTSUBS juga mengancang berbagai acara pendamping yang memperkuat pergelaran pameran, di antaranya lokakarya (workshop), pentas wicara, tur pameran, dan diskusi publik.
“Dengan semua agenda itu, ARTSUBS akan menjadi ajang pertemuan para kolektor, pembawa gaya hidup, serta para pemerhati dan pengamat seni, mode, desain, dan berbagai tren mutakhir,” pungkas Nirwan.
Dengan tiket seharga Rp 100 ribu (umum) dan Rp 50 ribu (pelajar), ARTSUBS yang dibuka Sabtu sore oleh Walikota Eri Cahyadi ini berniat merangkul 100 ribu pemirsa selama sebulan masa pameran. (ret)