SURABAYA| DutaIndonesia.com – Masyarakat Jawa Timur (Jatim) perlu mewaspadai dampak kekeringan meteorologis ekstrem atau hari tanpa hujan berturut-turut lebih dari 60 hari. Hal itu lantaran sekarang sudah memasuki musim kemarau yang tahun ini diperkirakan lebih panjang dibanding sebelumnya.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Juanda, Ary Pulung, kepada DutaIndonesia.com dan Global News, Rabu (5/6/2024) siang, mengatakan, belum ada tanda-tanda potensi wilayah Jatim terkena panas ekstrem. Namun demikian perlu diwaspadai terjadinya suhu yang tinggi di wilayah Jatim.
“Sampai saat ini tidak ada,potensi panas ekstrem. Hanya saja kondisi suhu tinggi dapat terjadi pada musim kemarau ini tapi tidak sampai masuk kategori ekstrem,” kata Ary Pulung.
Menurut dia, tahun ini memang terdapat indikasi fenomena La Nina tapi kurang berpengaruh signifikan terhadap curah hujan di Indonesia. “Meski demikian masyarakat tetap harus mewaspadai kondisi cuaca. Perlu diwaspadai kekeringan meteorologis ekstrem atau hari tanpa hujan berturut-turut lebih dari 60 hari,” ujarnya.
Dia lalu menyebutkan prakiraan cuaca Jatim mulai tanggal 3 – 9 Juni 2024. Secara umum cuaca di wilayah Jatim cerah berawan tapi juga berpotensi atau berpeluang hujan. Sebelumnya, hujan deras sempat terjadi di sebagian wilayah Sidoarjo dan Mojokerto pada Senin (3/6/2024).
“Hanya di hari Sabtu saja yang secara umum hujan ringan. Kami selalu update prakiraan cuaca setiap hari Senin, bisa dilihat di halaman website kami (lihat infografis, Red.),” kata Ary Pulung.
Merujuk laporan BMKG, ada 13 daerah di Indonesia diprediksi memasuki musim kemarau yakni Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Maluku. Untuk Jawa Timur, meliputi Trenggalek-Tulungagung, Ponorogo, Kabupaten Kediri, Kota Blitar, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Lumajang, dan Sumenep.
Ketua DPD RI A.A. LaNyalla Mahmud Mattalitti, pun mengingatkan para kepala daerah yang wilayahnya terancam kemarau panjang untuk melakukan mitigasi dan langkah strategis sebagai upaya mencegah dan mengantisipasi dampak kekeringan, kenaikan suhu ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, serta gagal panen.
“Berkaitan dengan ancaman kemarau panjang prediksi BMKG, saya meminta semua kepala daerah merespon peringatan ini dengan melakukan mitigasi di daerah masing-masing. Upaya ini perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya korban, baik materi maupun jiwa,” ujar LaNyalla, Selasa (4/6/2024).
Menurut pria berdarah Bugis itu, musim kemarau merupakan tantangan yang membutuhkan tindakan pencegahan dan kewaspadaan yang kuat. Sehingga mitigasi juga merupakan tugas bersama tidak hanya pemerintah daerah, melainkan lintas dinas, lembaga dan masyarakat. Karena itulah para kepala daerah wajib berkoordinasi dengan pemerintah pusat, BPBD, Balai Wilayah Sungai, Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, dinas terkait lainnya.
Menurut Senator asal Jawa Timur itu, kesadaran dan kerja sama masyarakat penting juga ditumbuhkan dalam menghadapi musim kemarau untuk mengurangi dampak negatif dan memastikan kelangsungan hidup yang berkelanjutan. “Kepada masyarakat juga perlu diberikan pemahaman agar tidak melakukan hal-hal yang dapat memicu bencana, terutama kebakaran pemukiman, hutan dan lahan,” katanya. (gas)