SURABAYA|DutaIndonesia.com – Badan Wakaf Indonesia (BWI) melakukan percepatan untuk memantapkan program wakaf, terutama wakaf uang. Bahkan BWI menetapkan target penerimaan tahun 2023 ini mencapai Rp1 triliun.
Akselerasi program wakaf itu terungkap saat Ketua Pelaksana BWI, Mohammad Nuh, beserta jajarannya bertemu Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama (Kemenag) RI, Waryono Abdul Ghafur, di Kantor Kemenag, Jakarta, Senin (28/8/2023).
Saat dimintai tanggapannya terkait tantangan dalam mewujudkan program BWI itu, Ketua Umum Gerakan Wakaf Indonesia (GWI) Susi Susiatin kepada DutaIndonesia.com dan Global News, Rabu (30/8/2023), mengatakan, bahwa pihaknya mendukung program tersebut. Namun dia juga mengungkap tantangan untuk menggalakkan wakaf khususnya wakaf uang di Indonesia.
“Pertama, literasi yang mungkin masih rendah di masyarakat tentang pemahaman wakaf, khususnya wakaf uang yang identik dengan wakaf produktif. Masyarakat masih menganggap bahwa wakaf itu berupa lahan atau masjid sehingga wakaf dianggap mahal dan perlu dana besar untuk berwakaf,” katanya.
Gerakan Wakaf Indonesia (GWI) sendiri untuk pertama kalinya menggelar Festival Wakaf Indonesia (FWI) 2023 pada Sabtu (12/8/23) lalu bertempat di Convention Hall Grand City Surabaya. Acara ini memilih dua momen penting yaitu tahun baru 1445 Hijriyah dan momentum Bulan Kemerdekaan RI. Selain itu GWI juga bersinergi dengan beberapa pondok pesantren.
Menurut Susi, penggerakan wakaf di negara ini belum masif. Padahal peran penggerak ini sangat berdampak terhadap pengembangan wakaf. “Kolaborasi dan kebersamaan perlu dibangun antar-penggerak wakaf dan stakeholder untuk akselerasi pengembangan wakaf ke depannya, khususnya wakaf uang,” katanya.

Sebelumnya Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Waryono Abdul Ghafur menerima kunjungan Ketua Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh beserta jajarannya di kantor pusat Kementerian Agama, Jakarta. Pertemuan ini membahas percepatan akselerasi program wakaf, utamanya wakaf uang, dengan target penerimaan mencapai Rp1 triliun.
Waryono menilai, akselerasi program zakat dan wakaf sangat penting dilakukan. Tujuannya, agar pemanfaatan dana zakat dan wakaf bisa dirasakan oleh umat secara luas.
“Pertemuan ini lebih banyak mendiskusikan bagaimana gerakan zakat dan wakaf lebih akseleratif antara lembaga dan lebih luas manfaatnya,” katanya di Jakarta.
Menurut Waryono, untuk memaksimalkan pengelolaan dana wakaf, pihaknya akan memperkuat kerja sama dengan stakeholder, salah satunya dengan perguruan tinggi. Saat ini, ada beberapa perguruan tinggi yang juga sudah melakukan wakaf uang, antara lain ITS dan ITB.
“Kita akan melibatkan para rektor PTKIN untuk menyosialisasikan gerakan wakaf uang Cash Waqaf Linked Sukuk Ritel (CWLS Ritel),” kata Waryono.
“Saya juga akan mengundang DJPPR (Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko) Kemenkeu, Forum Rektor, BWI, untuk membahas gerakan wakaf uang. Ini penting untuk dibahas lebih mendalam agar program ini dapat segera dilaksanakan,” ujarnya.
Waryono yakin, kolaborasi Kementerian Agama dan BWI tidak hanya menciptakan dampak positif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, tetapi juga memperkuat nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan dalam tindakan nyata.
“Dengan fokus pada program-program yang berkelanjutan dan berdampak jangka panjang, sinergi ini menjadi contoh nyata tentang bagaimana pemerintah dan lembaga keagamaan dapat bekerja bersama untuk membangun masyarakat yang lebih baik dan berkeadilan,” katanya.
Di tempat yang sama, Ketua BWI Mohammad Nuh menyampaikan, bahwa pihaknya menargetkan penerimaan wakaf uang Rp1 triliun di tahun 2023. Dia mengatakan, sudah ada beberapa perguruan tinggi berbadan hukum yang berkomitmen untuk menyerahkan wakaf uangnya tahun ini. “Misalnya IPB, ITS, Telkom Uniersity, UNPAD, UNDIP ,” ujarnya.
Selain perguruan tinggi, potensi wakaf uang para calon pengantin juga besar. Potensi ini luar biasa jika bisa dilakukan. “Wakaf uang bisa menjadi pengikat janji suci mereka di depan penghulu,” ujarnya.
Gerakan Wakaf Uang ASN Kemenag juga perlu dilanjutkan. “Tahun 2020 luar biasa pengumpulannya, hampir mencapai 4,3 miliar,” ujarnya. Pertemuan dua pihak ini diperkuat dengan penandatanganan tentang Penambahan Bantuan Operasional Badan Wakaf Indonesia Tahun Anggaran 2023.
Soal Gerakan Wakaf Indonesia (GWI), kata Susi, untuk pertama kalinya menggelar Festival Wakaf Indonesia (FWI) 2023 pada Sabtu (12/08/23), bertempat di Convention Hall Grand City Surabaya. Acara yang menggandeng Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur itu dimeriahkan dengan beragam acara, mulai dari Focus Group Discussion (FGD), Business Matching, Sertifikasi Kompetensi Nazhir Wakaf, Seminar Wakaf Produktif UMKM, lomba-lomba, Pameran & Wakif Gathering.
“FWI terdiri dari beberapa acara yang terangkum menjadi satu rangkaian yang di harapkan bisa menjadi sebuah kesatuan baik untuk peningkatan literasi, Crowdfunding, Pengelolaan harta benda wakaf dan tentunya bagaimana pentingnya berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar dan lebih baik,” katanya.
Susi menambahkan tujuan diselenggarakannya FWI adalah menggali pontensi dan mengembangkan pemberdayaan wakaf di Indonesia agar lebih memiliki nilai manfaat. “Seperti kita tahu bahwa potensi wakaf di Indonesia sangatlah besar bahkan wakaf uang sendiri mengutip dari Badan Wakaf Indonesia mencapai 180 triliun rupiah, tapi kenyataannya sampai hari ini dana wakaf yang terkumpul masih jauh dari potensi yang ada. Dari kondisi tersebut tujuan kami menyelenggarakan FWI secara makro bertujuan pengembangan wakaf secara menyeluruh dan berkesinambungan sehingga bisa menyiapkan strategi untuk menjawab tantangan wakaf yang cukup besar di depan kita,” ungkap Susi.
Menurut Susi, secara mikro bisa mengajak semua stakeholder untuk mengkampanyekan wakaf produktif dengan masif baik bagi usia produktif juga kaum milenial, meningkatkan literasi wakaf bahwa wakaf ini tidak semata-mata menyerahkan kepemilikannya kepada Allah SWT dan mendapat berkahNya.
“Tetapi lebih dari itu dengan pengelolaan wakaf yang optimal maka akan berdampak pada peningkatan ekonomi dan tentu saja positivesidenya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menjadikan wakaf sebagai sebuah ekosistem baru yang kekuatannya sangat bermanfaat bagi semua yang terlibat,” ungkap Susi.
Dia memberi contoh acara business matching yang pertama dilakukan bisa membangun kepercayaan diri dan memotivasi para nazhir untuk optimis dalam pengelolaan harta benda wakaf. Demikian juga dengan para pengusaha dan pelaku UMKM ada cara baru dalam mengembangkan usaha dengan membangun sinergi bersama Nazhir sehingga akan terbentuk ekosistem baru dalam pengembangan wakaf.
“Kami ingin menjadikan event FWI 2023 sebagai event tahunan sehingga keberlanjutannya bisa memperkuat positioning wakaf sebagai penguat ekonomi syariah dan menjadikan wakaf sebagai Life Style. Selain itu, GWI dapat berkontribusi optimal dan terus mengembangkan inovasi dan potensi menjadi wadah bagi para pejuang dan penggiat wakaf yang kompeten dalam pemberdayaan wakaf secara amanah dan berkelanjutan. Jadikan wakaf sebagai lifestyle, wakaf bukan karena mampu tapi karena mau,” tandas Susi. (gas/kmg)