SURABAYA| DutaIndonesia.com – Keluarga besar mantan Karyawan Biro Humas Setdaprov Jatim menggelar halal bihalal di kediaman mantan Bupati Lamongan dua periode (1989–1994 dan 1994–1999) H Moch Faried SH di kawasan Nginden Timur, Rabu (16/4/2025) pagi.
Sebelum menjadi Bupati Lamongan, Faried pernah menjadi Kepala Biro Humas dan Protokol Setdaprov Jatim (tahun 1985–1989) di era Gubernur Jatim Wahono karena itu memiliki kedekatan emosional dengan karyawan di sana.
Tampak hadir Mantan Kabiro Umum Setdaprov Jatim Ali Sya’roni, Mantan Sekda Ponorogo Tony Soenarto yang pernah menjadi Kepala Biro Humas dan Protokol Setdaprov Jatim di era Gubernur Soelarso.
Juga tampak sejumlah wartawan senior yang biasa meliput di lingkungan Pemprov Jatim. Bertindak sebagai pembawa acara mantan ajudan Ibu Wahono, Niniek Koesno Rahadjeng yang dikenal sebagai atlet Jatim.
Moch Faried saat memberikan sambutan mengatakan perjalanan kariernya hingga seperti sekarang tak lepas dari jejak panjang pernah dipercaya menjadi Humas Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim. Posisinya sebagai Humas membuatnya mengenal banyak orang dengan beragam jabatan, latar belakang, pemikiran. Termasuk kedekatan dengan banyak wartawan yang membantu menyebarluaskan kebijakan Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim.
Dari sekian perjalanan panjang kariernya itu, muncul kenangan-kenangan yang tak pernah dia lupakan sampai sekarang. Saat dia dipercaya menjadi Humas Pemkot Surabaya, pendiri Harian Sore Surabaya Post almarhum Abdul Aziz mendatangi kantornya.
Dia menanyakan apa yang bisa Surabaya Post bantu untuk Humas Pemkot Surabaya. Aziz tampak melihat-lihat isi ruangan Faried. Dari sanalah, Aziz mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan oleh Humas, namun belum dimiliki Pemkot Surabaya saat itu.
“Setelah pertemuan itu, bantuan mengalir ke Humas Pemkot Surabaya. Baru kali itu, wartawan malah memberikan bantuan uang untuk Pemkot Surabaya. Juga ada bantuan kamera hingga kami dibangunkan ruangan cetak foto sendiri saat itu, semua difasilitasi Pak Aziz,” katanya sembari tersenyum.
Tak berhenti sampai di situ, Aziz juga menyiapkan halaman 2 di korannya untuk memuat berita apa saja terkait kebijakan Pemkot Surabaya, termasuk solusi jika ada masalah. Saat itu Faried bilang tidak bisa menulis. Azizlah yang mengenalkan dan membantunya mengetahui dunia jurnalistik.
“Saat itu wajah saya tiap hari nongol di koran. Saya sampaikan kebijakan walikota ke masyarakat. Saat ada masalah, atau keluhan warga , Pemkot Surabaya juga cepat merespon. Kerjasama pun terus berlanjut, bahkan tak segan-segan pendiri Surabaya Post memfasilitasi kami-kami yang belum pernah bepergian keluar negeri saat itu,” kata Faried yang meniti karier sebagai PNS dimulai dari staf di Dinas Tanah dan Rumah Kota Madya Surabaya pada 1966.
Hubungan dengan pendiri Surabaya Post terus berlanjut hingga Faried menjadi Bupati Lamongan. Usai Faried dilantik, Toeti Aziz (istri Abdul Azis) datang ke Lamongan. Ayah 3 puteri ini bercerita, saat menjadi Bupati Lamongan, APBD kabupaten ini kecil. APBD Lamongan, bahkan jauh lebih kecil dari alokasi anggaran di Biro Humas dan Protokol Setdaprov Jatim saat itu.
Toeti Aziz memberikan bantuan kepadanya untuk membangun Lamongan. Toeti Aziz meninggalkan cek seraya bilang titip untuk anak-anak. Maksudnya bukan untuk anak-anak kandung Faried, tapi untuk warga Lamongan.
“Cek ditaruh dalam amplop tertutup, diserahkan saya. Begitu Bu Toeti meninggalkan pendopo dan saya buka ternyata ceknya belum ditandatangani. Padahal saya sudah bilang Pak Sekda agar cek dibukukan sebagai pendapatan lain-lain,” katanya seraya tertawa.
Hingga pada suatu waktu, setelah janjian dia sowan ke Toeti Aziz di Surabaya. Setelah berdiskusi banyak hal sebelum pamit ke Lamongan, Faried menyerahkan cek yang belum ditandatangani.
“Bu Toeti Aziz kaget tahu cek yang diberikan belum ditandatangani. Itu sepenggal kenangan saya dengan pendiri Surabaya Post. Ada banyak kenangan indah. Terima kasih telah mengiringi perjalanan karier saya, berjasa besar ikut membantu saya dalam mengemban amanah. Di mata saya Pak Azis adalah guru saya, Pak Azis dan Ibu Azis orang-orang hebat dan gemar menolong,” katanya.
Dalam kesempatan itu Tony juga memberitahukan jika pengurus Yayasan Jantung Indonesia Cabang Jatim akan terbentuk. Dalam susunan pengurus itu, beberapa di antaranya diambil dari para mantan karyawan Biro Humas dan Protokol Setdaprov Jatim, termasuk Tony sendiri. “Pengurus akan dilantik dalam waktu dekat, mohon doanya agar tugas yang diemban nanti berjalan lancar,” katanya.
Sementara itu Ali Murtadlo, mantan wartawan Jawa Pos didapuk memberikan tausiyah kepada pada undangan. Dalam tausiyahnya dia mengingatkan bahwa kita semua menunggu panggilan-Nya. Karena itu persiapkan diri dengan bekal yang cukup.
“Perbanyak ibadah, tahajut, doa, minta perlindungan 24 jam kepada Allah SWT, memohon agar tidak mendapat cobaan melebihi kemampuan kita agar kita tenang menjalani sisa hidup dan siap, rileks saat dipanggil sewaktu-waktu,” katanya.
Acara halal bihalal juga dimeriahkan dengan musik electone dan makanan khas dari Lamongan, nasi boranan yang terdiri dari nasi, bumbu, rempeyek, dan lauk pauk. Nasi boranan memiliki ciri khas tampilan tradisional dan penyajiannya menggunakan daun pisang. (tis)