SURABAYA | DutaIndonesia.com- Suasana diskusi panel tentang kepemimpinan dalam inovasi di Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya berlangsung hangat, Sabtu (8/2/2025). Acara yang merupakan rangkaian School Innovators Summit 2025 di Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) ini menjadi menarik karena menghadirkan narasumber dari unsur TNI dan mantan birokrat.
Tema ini bertujuan untuk membuka wawasan tentang bagaimana sebuah kepemimpinan memberikan dampak terhadap lahirnya inovasi dan cara memimpin di dunia pendidikan dengan lebih efektif serta bagaimana praktik menanamkan kepemimpinan ke siswa di SMA Taruna Nusantara Magelang.
Diskusi yang dipandu Sri Agustin Wulandari ini menghadirkan dua pembicara mumpuni: Dr. Suyoto, M.Si atau akrab dipanggil Kang Yoto (mantan Bupati Bojonegoro, ahli kebijakan publik dan transformasi pendidikan) dan Brigjen TNI M.I. Gogor A.A., S.IP., M.Han. (Kepala SMA Taruna Magelang, mantan ajudan Presiden ke-7 RI).
Kang Yoto membuka pembicaraan dengan menegaskan bahwa pendidikan adalah cerminan masyarakat, dan kepala sekolah memiliki peran penting dalam membawa perubahan. Ia menyoroti bagaimana sekolah harus bisa membentuk siswa yang berani menghadapi tantangan, bukan malah takut mencoba hal baru.
“Pemimpin yang baik itu harus sadar akan keterbatasannya dan selalu ingin belajar. Selain itu, mereka harus punya energi positif dalam menghadapi situasi sulit dan bisa membimbing dengan nilai-nilai moral yang kuat,” ujarnya.
Sementara itu Brigjen TNI M.I. Gogor A.A. berbagi pengalaman dari SMA Taruna Nusantara (TN), yang terkenal dengan sistem pendidikannya yang disiplin dan berbasis kepemimpinan. Menurutnya, ada tiga pilar utama dalam pendidikan di sana: akademik, kepribadian, dan jasmani. Dengan kombinasi ini, mereka ingin mencetak siswa yang tangguh dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
“Di SMA TN, setiap siswa mendapatkan dua wali —satu wali kelas dan satu wali graha— yang membantu mereka menjalani keseharian dengan lebih baik. Selain itu, ada sesi bimbingan konseling berkala dan aktivitas keagamaan yang rutin dilakukan untuk membangun karakter siswa secara holistic,” kata alumnus SMA TN tersebut.
Pada sesi tanya jawab, Ali peserta dari SMP Hikmah Teladan Bandung, bertanya bagaimana cara berinovasi dalam pendidikan tanpa melanggar aturan formal. Kang Yoto menjelaskan bahwa kuncinya adalah memahami pola pikir para pemangku kepentingan dan mencari cara agar inovasi tetap bisa berjalan tanpa benturan dengan regulasi.
Sementara itu, Marisa dari SD Muhammadiyah Bangil menanyakan cara menghadapi kepala sekolah yang membatasi inovasi dan bagaimana menangani siswa yang bermasalah. Brigjen Gogor menjawab dengan menekankan bahwa komunikasi yang baik dengan pimpinan sekolah adalah kunci, sementara bagi siswa, pendekatan persuasif dan spiritual sering kali lebih efektif daripada sekadar hukuman.
Dari diskusi panel tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa menjadi pemimpin di dunia pendidikan bukanlah tugas yang mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, baik dalam membangun inovasi maupun mendisiplinkan siswa. Namun, dengan komunikasi yang baik, semangat kolaborasi, dan pendekatan yang tepat, tantangan ini bisa diatasi.
School Innovators Summit 2025 menjadi bukti bahwa dunia pendidikan terus berkembang dan para pemimpin pendidikan selalu mencari cara baru untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik. Acara ini sukses menjadi wadah berbagi gagasan, pengalaman, dan strategi dalam membentuk pemimpin masa depan! (ono)