Lompatan dari Kendaraan Listrik ke Hidrogen, Natarianto Indrawan: RI Perlu Susul Langkah Elon Musk

oleh
Natarianto Indrawan, PhD (1)-PLN Hidrogen Singapura

 

OKLAHOMA| DutaIndonesia.com- Bos produsen kendaraan listrik, Tesla, Elon Musk, dikabarkan membuat kejutan. Setelah sukses menjadi pioner kendaraan listrik di Amerika Serikat, Elon Musk yang awalnya membenci bahan bakar hidrogen dengan menyebutnya sebagai “bahan bakar bodoh”, kini dia justru menjilat ludahnya sendiri. Elon Musk mulai serius melakukan penelitian untuk menyiapkan kendaraan berbahan bakar hidrogen yang memang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Kabar hijrahnya Elon Musk dari kendaraan listrik menjadi berbahan bakar hidrogen ini mencuat dalam tulisan Sarah I yang dikenal menangani eksperimen mesin hidrogen pada Tesla, seperti dimuat dalam laman ecoticias.com.

Untuk itu diaspora Indonesia di Amerika Serikat (AS) yang menjadi peneliti dan pebisnis hidrogen, Dr Natarianto Indrawan, menyambut positif pindah haluan yang dilakukan Elon Musk tersebut. Peneliti energi baru terbarukan asal Belitung ini berharap agar kebijakan Elon Musk bersama Tesla itu juga diikuti oleh Pemerintah dan pelaku bisnis energi di Indonesia. Bahkan, Pemerintah Indonesia harus menyiapkan terobosan untuk menggenjot produksi energi hidrogen yang dapat dikomandani oleh BUMN.

“Apa itu PLN, Pertamina, atau PGN agar dapat menjadi leader dalam produksi bahan bakar masas depan ini sebab mereka punya berbagai modal, termasuk capital dan terlebih jika memiliki akses bahan baku seperti natural gas. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah membangun plan skala demo untuk menunjukkan ke setiap stake holders bahwa proses ini perlu dipelopori, menjadi fokus, bagi semua BUMN, perusahaan pelat merah, untuk melakukan dekarbonisasi di setiap lini. Karena jika tidak melakukan hal itu, maka Indonesia akan tertinggal dengan negara lainnya dalam kompetisi penguasaan teknologi bahan bakar masa depan ini,” kata Natarianto Indrawan kepada DutaIndonesia.com dan Global News, Rabu (16/10/2024).

Saat ini Natarianto Indrawan yang tinggal di Oklahoma Amerika Serikat, selain menjadi peneliti, juga tengah merintis bisnis hidrogen baik di negeri Paman Sam maupun di Indonesia.

Elon Musk (tengah)

Natarianto menegaskan, pertama yang harus dilakukan adalah BUMN dapat menjadi pelopor untuk mewujudkan program ini. Harus berani mengeluarkan investasi, tidak lagi menjadi follower, tapi harus menjadi leader. Bila sudah ada leader, yang lain bisa menyusul.

“Kedua, proses investasi yang bisa dikeluarkan adalah untuk proses produksi, sebab PLN sudah membuat stasiun bahan bakar hidrogen, disusul Pertamina, tapi produksi bahan bakarnya sendiri seharusnya lebih utama. Bila mereka belum bisa membuatnya, ya harus bisa segera memproduksinya,” katanya.

Saat ini, kata dia, sudah banyak pengembangan untuk proses produksi, antara lain dengan menggunakan natural gas. Bahan baku ini bisa diproses secara efisien dan bebas emisi karbon hingga menjadi hidrogen bersih.

“Kami sendiri sudah melakukan proses itu dan saat ini sedang scaling up dan berkompetisi dengan berbagai kompetitor lain di global. Jauh sebelum orang- orang bicara hidrogen, kami sudah fokus dalam pengerjaan nya dan juga berkolaborasi secara internasional. Di AS sendiri sedang kami kembangkan menuju kesana, apalagi dengan kehadiran Elon Musk di bidang ini. Elon yang tadinya mengkritik, membuat kontroversi, kini justru mendukung dan ingin mengembangkannya sebab bila tidak Tesla akan jatuh. Saham Tesla beberapa bulan terakhir ini jatuh, sempat naik lagi, dan pada jangka panjang harus melakukan transformasi, karena energi listrik atau teknologi batere itu punya keterbatasan, salah satunya sulit untuk diaplikasi untuk perjalanan jarak jauh, seperti penjelajahan antariksa, yang hal itu dapat dilakukan oleh hidrogen,” katanya.

Ketiga, kata dia, kolaborasi dengan periset dan akademisi di dalam negeri perlu difokuskan. Namun masalahnya, mereka yang fokus pada pengembangan bahan bakar hidrogen itu masih sangat sedikit atau terbatas. Karena itu mereka yang ada di UI, ITB, ITS, UGM, harus didorong agar mempunyai keberanian atau back up untuk membuat peta jalan hidrogen sebagai bahan bakar masa depan di tanah air. Sebab kita punya berbagai sumber daya untuk pengembangan hidrogen dan sangat berpeluang menjadi global player di masa depan.

“Kita punya gas alam, punya batubara, sampah, biomassa, hampir semua, termasuk air laut itu bahan bakar hidrogen. Jadi mereka harus dilibatkan secara aktif dalam program ini. PLN bagus sudah berani membuat terobosan stasiun pengisian bahan bakar, tapi kalau tidak ada bahan bakarnya tidak berfungsi. Tantangan utama ekonomi hidrogen di seluruh dunia adalah penyediaan bahan bakarnya sebab biaya produksinya masih tinggi. Itu pula yang sedang kita usahakan agar lebih efisien, kita berkompetisi dengan semua pemain hidrogen secara global,” katanya.

Karena itu pihaknya terus mendorong BUMN apa itu PLN atau Pertamina dan PGN, atau siapa pun untuk berani berinvestasi memproduksi bahan bakar hidrogen ini, termasuk memback up start up yang dikelola putra-putri di tanah air maupun di luar negeri, sebab perusahaan energi besar di dunia juga mengalokasikan investasinya mendukung perusahaan rintisan tersebut, seperti Shell di Belanda mendukung start up di Kanada. Sebanyak 10 juta dolar diberikan kepada Aurora, salah satu start up di Kanada. Begitu pula Exxon Mobile, dan perusahaan lain, sudah melakukan investasi untuk berbagai start up hidrogen di Amerika.

“Itu harus dilakukan agar lebih awal dan setelah start up itu jadi akan membuat return terbaik dengan nilai beratus-ratus kali lipat. Contoh Bill Gates sekarang memback up start up Modern Hydrogen yang berpusat di Washington State. Bill Gates sendiri mengeluarkan ratusan juta dolar, padahal produknya belum jadi. Teknologinya masih dirintis. Itulah yang dilakukan pengusaha, entrepreneur, berani take risk, mengambil risiko, untuk sesuatu yang menjanjikan di masa depan, spirit itu yang belum ada di kalangan pengusaha Indonesia. Perlu edukasi kontinu kepada para entrepreneur, policy maker, agar berani investasi untuk sesuatu yang akan terwujud sebagai energi masa depan pengganti energi fosil yang sekarang kita gunakan,” katanya. (Gatot Susanto)

No More Posts Available.

No more pages to load.