MALANG | DutaIndonesia.com – Metode penguapan virus corona ala dr Yosephine Pratiwi saat ini tengah digandrungi masyarakat Kabupaten Malang, sebab berkat metode penguapannya sejumlah pasien yang terpapar positif Covid-19 berhasil sembuh. Namun sangat disayangkan karena metodenya kerap dikunjungi para pasien, sehingga menimbulkan kerumunan. Karena itu lokasi praktiknya sempat ditutup sementara.
Untuk itu, praktik yang sebelumnya berada di Apotek Kondang Waras, Jalan Raya Takeran Nomor 50 Kav 5, Dusun Krajan, Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso tersebut akan dipindahkan ke tempat baru yang lebih luas mulai Senin pekan depan (9/8/2021).
“Karena timbulkan kerumunan, saya akan pindah praktik ditempat yang lebih luas. Kayak bekas gudang, di depan El Hotel,” ucapnya, hari ini, Sabtu (7/8/2021).
Wanita yang akrab disapa Tiwi ini menjelaskan, tempat baru tersebut, nantinya akan digunakan untuk praktik penanganan pasien yang terpapar Covid-19, dan akan mulai beroperasi pada Senin (9/8) mendatang.
“Untuk pasien Covid itu bakal di gedung pendidikan vokasi UMM Malang depan eL Hotel Karangploso, mulai Senin jam 7-10 pagi, kalau di tempat lama (Apotek Kondang Waras) tetap buka, tapi untuk pasien non Covid, jam 5 sampai 7 malam,” jelasnya.
Tiwi menjelaskan, tempat baru tersebut didapat berkat jasa Camat Karangploso, dan Kepala Desa Ngijo, serta Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, dan Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto yang bersusah payah untuk mencarikan tempat lebih luas untuk penanganan pasien Covid-19.
“Tempat itu didapat pada Ahad (1/8) kemarin, sekitar jam 1 siang. Saat ini proses persiapan, tempatnya luas, bisa menampung ratusan pasien. Itu tempat milik UMM, saya di pinjami, kayaknya gratis, tanpa sewa,” terangnya.
Menurut Tiwi, dengan tempat praktik baru ini, dirinya berharap memberikan pertolongan maksimal pada masyarakat yang terpapar Covid-19. Apalagi, di sekitar tempat tersebut, banyak orang yang pernah terpapar Covid-19 dan sembuh dengan terapi uap ini.
“Di lingkungan sekitar sini (Tempat praktik baru) banyak pasien saya yang sudah sembuh dari Covid, mereka mendukung saya buka disini,” ulasnya.
Dalam memberikan pengobatan tersebut, lanjut Tiwi, dirinya tidak memandang kaya miskin pasien tersebut, namun memandang betapa beratnya penyakit Covid-19 yang diderita pasien.
“Di awal pandemi ini, saya awalnya melakukan pengobatan pada pasien yang Isoman dan tidak memandang orang bawa duit apa tidak, yang saya pandang berapa beratnya penyakit pasien itu, meski tidak membayar juga gak masalah, yang penting sembuh,” tutupnya. (Aje/ndc)