Tampak Fatimah dan para pengurus Muslimat lain menyiapkan makanan untuk Heni di Kantor PCI MNU Hongkong. Para pengurus Muslimat menghibur Heni agar tidak terlalu bersedih menghadapi masalahnya tersebut.
“Iya, ini masak nasi goreng dengan wortel dan sosis ayam untuk mbak Heni. Dengan begini, Mbak Heni merasa tidak sendiri, ada kami yang juga bisa dianggap keluarga sendiri sebab kami sesama perantau dari Indonesia,” kata Fatimah Angelia.
Sebelumnya Heni sudah bekerja di Hongkong sejak tahun 2004. Dia sering pulang pergi Hongkong-Indonesia. Terakhir sebelum mengalami sakit mata dia bekerja menjaga seorang nenek selama 3 tahun tapi kemudian kontrak kerjanya terputus karena nenek yang dijaganya mengalami stroke sehingga harus dimasukkan ke rumah sakit.
Heni lalu mencari majikan baru. Namun, untuk mendapat majikan baru ini Heni harus menunggu 2 bulan. Yang sedih, begitu visa turun, mata Heni sakit. Penglihatannya tidak sempurna, padahal 2 bulan sebelumnya saat interview majikan barunya dia masih bisa melihat dengan jelas. Artinya, dia diterima untuk bekerja lagi. Hanya saja, tiba-tiba matanya sakit cukup parah, sehingga tidak bisa melihat.
“Perubahan sakitnya cukup cepat. Ditambah lagi tidak ada dukungan dari teman-temannya. Bahkan sebagian anak-anak itu malah menakut-nakuti, sehingga dia down dan minta pulang,” katanya. (gas)