Nuzulul Quran Tonggak Dimulainya Peradaban Maju Dunia

oleh
Imam Amrusi Jailani
Imam Amrusi Jailani

Oleh Imam Amruzi Jailani
(Dosen IAIN Madura)

SUDAH jamak diketahui oleh umat Islam dan masyhur di kalangan ulama bahwa Al Quran diturunkan di bulan Ramadan. Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Baqarah, ayat 185.

Demikian pula masyhur di kalangan ulama dan juga umat Islam bahwa secara berangsur-angsur Al Quran diturunkan pertama kali pada tanggal 17 Ramadan, sehingga malam 17 Ramadan disebut malam Nuzulul Qur’an atau malam diturunkannya Al Quran dari Baitul Izzah atau langit pertama yang dibawa oleh malaikat Jibril kemudian disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.

Sedangkan secara sekaligus Al Quran diturunkan oleh Allah dari Lauhul Mahfud ke Baitul Izzah atau langit pertama terjadi pada Lailatul Qadar atau malam Al-Qadar. Begitulah penuturan Allah dalam surah al-Qadar. Al Quran pertama kali diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat Jibril terjadi di goa Hira, sewaktu nabi Muhammad uzlah menjauhkan diri dari hingar-bingarnya kehidupan dunia yang ada kala itu dipenuhi dengan kesyirikan, kekafiran maksiat, dan perilaku-perilaku jelek lainnya.

Sedangkan ayat yang pertama kali turun adalah 5 ayat surah Al Alaq, yang mengandung pesan untuk selalu membaca kehidupan.

Al Quran merupakan firman Allah yang terpancar dari cahaya ilahi. Al Quran itu bersifat menerangi dunia dengan cahaya ilahi. Dengan turunnya Al Quran ke dunia yang lagi diselimuti oleh kabut kegelapan, maka akhirnya terterangi oleh turunnya Al Quran yang bisa menyinari alam raya yang lagi gelap. Kegelapan disimbolkan pula oleh adanya goa, di mana goa itu gelap secara realitas, namun juga paralel dengan kehidupan yang dipenuhi oleh kegelapan akhlak dan moral terutama bagi masyarakat Quraisy.

Turunnya Al Quran memberikan cahaya penerang tersendiri bagi kehidupan yang dibawa oleh nabi dari goa Hira ke tengah-tengah kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat jahiliyah yang disorot pancaran cahaya ilahi menerima Al Quran, maka akan terterangi dan tercerahkan pikirannya sekaligus mencerahkan akhlak dan budi pekertinya.

Dengan turunnya Al Quran, maka kegelapan yang dialami oleh manusia, pelan tapi pasti, akhirnya terkuak dan umat manusia hidup dalam terangnya cahaya kebenaran yang dibawa oleh Al Quran.

Al Quran diturunkan dalam kondisi kehidupan manusia yang dibelenggu oleh kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan dengan setting sosial yang hampir menyerupai kehidupan belantara, tidak ada aturan dan sama sekali tidak ada akhlakul karimah. Dalam kondisi seperti itu tidak akan bisa melahirkan suatu peradaban yang maju yang bisa mengantarkan umat manusia kepada kehidupan yang layak yang berpihak kepada kemanusiaan.

Piranti-piranti tegaknya peradaban maju belum terpenuhi pada waktu sebelum turunnya Al Quran. Untuk menguak segala ketertinggalan dan keterbelakangan, maka diturunkanlah Al Quran oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagai penerang terhadap dunia, baik mengenai perilaku, pikiran, dan interaksi sosial toleran, moderat, demokratis, dan dinamis.

Allah SWT sengaja memilihkan surat al-‘Alaq untuk diturunkan pertama kali kepada umat manusia agar manusia secara naluriah memfungsikan akalnya untuk mengelola dunia dan kehidupan di dalamnya menjadi lebih baik. Adapun cara terbaik untuk mengubah kebodohan menjadi kondisi terdidik dan terpelajar hingga tercerahkan adalah dengan cara “membaca”.

Itulah yang diisyaratkan oleh ayat pertama yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan membaca, manusia akan mampu mengetahui segala apa yang sebelumnya belum diketahui. Begitu pula dengan akalnya manusia akan mampu mengembangkan apa yang sudah diketahui menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan berdaya guna bagi kehidupan umat manusia.

Membaca adalah cara yang paling ampuh untuk mengentaskan umat manusia dari kebodohannya, sehingga bisa dihantarkan kepada kehidupan yang tercerahkan yang bisa memfungsikan sisi kemanusiaannya menjadi sesuatu yang sangat manusiawi. Dengan membaca apapun yang ada di dalam kehidupan ini, maka kehidupan ini akan jauh lebih maju dari kehidupan yang telah dilalui oleh umat manusia.

Untuk mengantarkan umat manusia meninggalkan peradaban terbelakang, maka Al Quran sudah memberikan isyarat yang nyata dan efektif, yaitu dengan cara memfungsikan akal manusia. Dengan difungsikannya akal manusia secara maksimal dan optimal, maka manusia akan mengatakan selamat tinggal peradaban terbelakang untuk menuju peradaban yang maju.

Proses membaca yang mengantarkan umat manusia kepada peradaban maju bukan hanya membaca mulai dari mengeja secara alfabetis rangkaian huruf-huruf yang tertuang di atas kertas ataupun apa saja yang bisa menerima tulisan berupa kata-kata, kalimat, paragraf, dan sampai kepada rangkaian susunan kalimat secara terstruktur hingga bisa menjadi artikel, paper, makalah, buku, dan lain sebagainya. Akan tetapi proses membaca itu adalah proses membaca dengan mengamati segala apa yang ada di alam ini.

Selain membaca literatur, kita harus juga membaca setiap fenomena yang terjadi di alam ini. Apa saja yang ada di sekeliling kita harus juga kita baca agar semuanya bisa diarahkan kepada sesuatu yang lebih baik dan maju. Kehidupan harus selalu dibaca dalam artian selalu dikaji dan dianalisis, sehingga akhirnya menjadi suatu pengetahuan yang bisa diberdayagunakan oleh umat manusia untuk kehidupan yang lebih maju.

Jika kita sudah mampu membaca apa yang ada di sekeliling kita, berupa membaca alam, membaca kehidupan, dan membaca apa yang ada pada orang lain atau segala unsur yang ada di luar kita, maka jangan lupa untuk membaca diri kita sendiri.

Bacalah diri kita agar kita tahu sejatinya, kita ini siapa, dari mana asalnya, dari apa kita diciptakan oleh Sang Pencipta, dan siapa Sang Pencipta kita. Dengan proses membaca, manusia akan mengenal dirinya dan dengan mengenal dirinya maka manusia akan mengenal pula siapa Tuhannya. Dengan mengenal siapa Tuhannya, maka manusia akan tahu bagaimana seharusnya manusia bersikap kepada Tuhannya, dan bagaimana pula cara berinteraksi dengan sesamanya.

Tentunya berinteraksi itu harus dilandasi oleh akhlakul karimah agar interaksi kita dengan sesama manusia bisa membahagiakan semua pihak. Akan tetapi kebahagiaan sejati itu akan didapat oleh manusia jika interaksinya dengan Sang Pencipta berjalan dengan lancar, intens, dan penuh percaya diri. Interaksi dengan Sang Pencipta akan mengantarkan kehidupan itu lebih tenang, karena ada harapan yang disematkan oleh manusia setelah menjalani kehidupan di dunia yaitu sesuatu yang akan dijalani nanti pada kehidupan setelah dunia ini tatkala manusia menghadap sang pencipta di akhirat.

Dari proses membaca inilah, manusia bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai instrumen untuk mengarungi peradaban yang maju bagi kehidupan. Dari hasil rekayasa olah pikir manusia inilah dunia bisa maju seperti sekarang ini dan bahkan akan dibanjiri oleh banyak lagi keajaiban-keajaiban dari hasil penemuan pola pikir manusia yang sebelumnya tidak pernah disangka-sangka oleh siapapun. Itulah kedahsyatan membaca dan berpikir yang hanya dimiliki oleh umat manusia.

Hal itu pula yang menjadi alasan rasional mengapa manusia yang dipilih oleh Allah untuk mengatur alam ini, jawabannya pasti karena manusia bisa membaca dan berpikir, sehingga dengan berpikir manusia akan mampu melahirkan terobosan-terobosan yang akan mengantarkan mereka kepada kehidupan yang bisa dibanggakan.

Peradaban maju tentunya tidak terjadi secara simsalabim dan bukan sesuatu yang taken for granted, diterima oleh manusia dari Sang Pencipta. Peradaban maju merupakan hasil proses dari bergulirnya kehidupan yang dilakoni oleh umat manusia. Oleh karena itu peradaban maju itu hanya dalam batas ukuran yang bisa dijangkau oleh manusia, di mana boleh jadi peradaban di zaman sekarang ini tidak dianggap lagi maju oleh generasi yang akan dating, satu millenium atau lebih.

Untuk tujuan itu pulalah Al Quran menekankan kepada umat manusia agar selalu memanfaatkan kepiawaiannya dalam membaca dan mengolah pikiran mereka agar selalu tercipta peradaban yang maju bagi kehidupan manusia.

Dengan diturunkannya Al Quran di area Makkah yang kemudian berlanjut di Madinah, Haromain ibaratnya menjelma sebagai sebuah kekuatan quantum medan magnet yang mampu menyerap puing-puing energi peradaban di berbagai belahan dunia yang awalnya dikuasai oleh kekaisaran Romawi dan Persia. Semuanya tersedot oleh kekuatan medan magnet yang terkonsentrasi di Makkah dan Madinah.

Dengan terkonsentrasikannya energi-energi peradaban di Makkah dan Madinah, maka episentrum peradaban dunia berada di jantung Makkah dan Madinah. Pada babak berikutnya Madinah muncul sebagai sebuah kekuatan baru dan memancarkan sinar peradaban maju yang akhirnya memancar ke seluruh penjuru dunia. Maka sejak itulah dunia memulai babak baru peradaban yaitu peradaban maju sebagaimana yang ada pada zaman kita sekarang ini. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.