SURABAYA | DutaIndonesia.com – Mengawali tahun 2025, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) melakukan lompatan besar untuk sebuah kemajuan. Ini ditandai dengan ditekennya MoU dengan Mokpo National University (MNU) Korea Selatan di bidang pendidikan dan pengembangan Ilmu Komunikasi dan Sosial kedua perguruan tinggi tersebut. Di Indonesia, ini merupakan yang pertama kali bagi MNU bekerjasama dengan perguruan tinggi swasta. Sebelumnya, MNU sudah bekerjasama dengan ITS dan Universitas Pedjadjaran.
Kerjasama antara Stikosa-AWS dengan MNU ini mendapat sambutan yang luar biasa. Baik itu dari siswa dari sejumlah SMA dan SMK, guru, wali murid hingga sejumlah mahasiswa. Khususnya dari mahasiswa Stikosa-AWS. Seusai penandatangan MoU, sudah tercatat 250 siswa calon mahasiswa yang mendaftarkan untuk mengikuti program tersebut. “Sungguh di luar perkiraan kami. Mungkin program yang ditawarkan mendapat sambutan positif dari mereka, karena banyak keuntungan yang didapat,” kata Ketua Stikosa AWS Dr Jokhanan Kristiyono, M.Med.Kom. kepada Koran Global News, Kamis (27/2/2025).
MoU sendiri diteken, Selasa (25/2/2025), di ruang multimedia kampus Stikosa AWS, Jl. Nginden Intan Timur I/18 Surabaya. Pada acara tersebut, secara keseluruhan yang hadir mengikuti acara tersebut sekitar 340 oranga yang terdiri atas murid-murid SLTA, guru, wali murid hingga sejumlah mahasiswa. Sambutan positif tersebut ditandai dengan, sejumlah peserta seusai MoU langsung mendaftar sekitar 87 siswa dan hingga Kamis (27/2/2025) pagi, pendaftar program ini sudah mencapai 250 siswa yang menyatakan siap untuk mengikuti program perkuliahan tersebut.
Pada MoU tersebut, hadir dua orang perwakilan MNU, Regional Representative Indonesia Mr Yoo Gug Jong dan Office of International Affairs Mr Seung Kwan Chung. Penanda tanganan MoU dilakukan oleh Ketua Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPWJT) Imawan Mashuri, SH, MH, Ketua Stikosa-AWS Dr Jokhanan Kristiyono, M.Med.Kom dan Mr Seung Kwan Chung. Hadir Ketua Badan Pembina YPWJT Dr. Drs. H. Suprawoto, S.H., M.Si. dan seluruh jajaran Pengurus YPWJT, dosen dan mahasiswa Stikosa-AWS serta sekitar 300 lebih siswa SMK Prapanca 1, SMK Prapanca 2, SMA Ipiems, SMK Ipiems, SMKN 1 Surabaya, SMKN 3 Surabaya dan SMKN 12 Surabaya. Tiga ruangan kelas tambahan di lantai 1 digunakan untuk menampung para siswa yang sangat antusias menyimak acara ini.
Dalam sambutan pengantarnya, Imawan Mashuri mengatakan, Mokpo National University adalah universitas negeri di kota Muan dan Mokpo, Korea Selatan. Universitas ini merupakan satu diantara 10 universitas terbaik di Korea Selatan. Saat ini MNU sudah menjalin kemitraan (sister university) dengan Institut Teknologi 10 November (ITS) dan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Untuk tingkat college/ sekolah tinggi dipilih Stikosa-AWS.
Menurut Imawan, beberapa kesepakatan dalam kerjasama tersebut antara lain, mahasiswa yang mengikuti program ini akan mempunyai double degree atau gelar Sarjana S1 ganda untuk program studi Ilmu Komunikasi dan Sosial. Waktu tempuh kuliah 4 tahun, dengan rincian 2 tahun di Stikosa AWS dan 2 tahun di MNU.
Program ini bisa diikuti oleh mahasiswa baru Stikosa-AWS maupun mahasiswa lama. Dan setelah lulus pihak MNU sudah menyiapkan lapangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan man power (tenaga kerja/naker) di Korea Selatan. Selain itu, selama masa kuliah di MNU Korea, mahasiswa diberi kesempatan untuk bekerja paruh waktu. Cukup banyak pekerjaan part time di Korea untuk membiayai hidup selama kuliah. “Sebagai mahasiswa, nanti bisa bekerja sambila di Korea dengan pendapatan sekitar Rp 15 juta, sedang biaya sebulan di Korea sekitar Rp 5 juta,” kata Imawan, wartawan senior yang juga mantan Dirut Jawa Pos tersebut.
Hal tersebut diamini oleh Mr Seung Kwang Cung. Dalam paparannya, setiap tahunnya Pemerintah Korea Selatan memberikan subsidi kepada MNU sebesar Rp 1 Triliun. Menurutnya, Korea Selatan bisa menjadi negara yang sangat maju karena sangat memperhatikan sektor pendidikan. Oleh karena itu biaya kuliah di MNU sangat murah. Hanya Rp 3,5 juta per semester, atau Rp 500 ribu per bulan. Dan setelah lulus dari program kerjasama ini, para sarjana tersebut bisa langsung bekerja di Korea Selatan di berbagai perusahaan dengan gaji awal sekitar Rp 35 juta per bulan.
“Kalau mau bekerja di Indonesia, para lulusan tersebut mendapat prioritas untuk bekerja di berbagai perusahaan Korea Selatan yang ada di Indonesia yang jumlahnya ribuan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Stikosa AWS, Jokhanan Kristiyono, setelah penandatanganan MoU ini segera melakukan kordinasi dengan jajaran Dosen di MNU Korea Selatan untuk mensinkronkan mata kuliah dan jumlah SKS. “Kami menggarap serius kerjasama ini. Mengapa? Karena, para lulusan program ini memang dipersiapkan untuk mengisi kekurangan atau kebutuhan tenaga kerja (naker) di Korea Selatan yang bebarapa tahun terakhir ini memang kekurangan tenaga kerja. Seperti diketahui angka kelahiran di negara itu memang menurun belakangan ini,” kata Jokhanan. (fan)