SEOUL| DutaIndonesia.com – Diaspora Indonesia di Korea Selatan (Korsel), Dimas Harris Sean Keefe, menyambut positif kerja sama Mokpo University dengan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS). Pria yang sekarang menjadi dosen di GSIS Pusan National University ini menilai program ini tidak hanya memberikan kesempatan studi bagi orang Indonesia tetapi juga membuka akses bagi mahasiswa untuk memahami budaya kerja sekaligus mendapatkan pengalaman profesional di Korea Selatan.
“Saya melihat kerja sama antara Stikosa- AWS Surabaya dan Mokpo University ini sebagai peluang emas bagi mahasiswa Indonesia. Program ini tidak hanya memberikan kesempatan studi, tetapi juga membuka akses bagi mahasiswa untuk memahami budaya kerja dan mendapatkan pengalaman profesional di Korea,” kata Dimas kepada DutaIndonesia.com dan Global News, Rabu (5/3/2025).
Dimas yang tengah meneliti sistem pertanian berbasis digital ini menjelaskan, sebagai seseorang yang memulai perjalanan akademik sebagai mahasiswa asing di Korea dan kini berkarier sebagai dosen di GSIS Pusan National University, Busan, dirinya sangat mendukung inisiatif kerjasama tersebut. “Saya paham betul bagaimana pengalaman studi dan kerja di Korea dapat membuka peluang besar bagi mahasiswa Indonesia,” ujarnya.
Dimas pun berpesan agar mahasiswa manfaatkan kesempatan studi di Korsel ini sebaik mungkin. Jangan ragu untuk keluar dari zona nyaman, belajar budaya baru, dan membangun jaringan internasional.
“Pengalaman ini tidak hanya akan memperkaya ilmu pengetahuan tetapi juga membuka pintu bagi karier yang lebih cemerlang di masa depan,” katanya.
Seperti diberitakan Global News sebelumnya, mengawali tahun 2025, Stikosa-AWS melakukan lompatan besar untuk sebuah kemajuan. Ini ditandai dengan ditekennya MoU dengan Mokpo National University (MNU) Korea Selatan di bidang pendidikan dan pengembangan Ilmu Komunikasi dan Sosial kedua perguruan tinggi tersebut. Di Indonesia, ini merupakan yang pertama kali bagi MNU bekerjasama dengan perguruan tinggi swasta. Sebelumnya, MNU sudah bekerjasama dengan ITS dan Universitas Pedjadjaran.
Kerjasama antara Stikosa-AWS dengan MNU ini mendapat sambutan yang luar biasa. Baik itu dari siswa dari sejumlah SMA dan SMK, guru, wali murid hingga sejumlah mahasiswa. Khususnya dari mahasiswa Stikosa-AWS. Seusai penandatangan MoU, sudah tercatat 250 siswa calon mahasiswa yang mendaftarkan untuk mengikuti program tersebut. “Sungguh di luar perkiraan kami. Mungkin program yang ditawarkan mendapat sambutan positif dari mereka, karena banyak keuntungan yang didapat,” kata Ketua Stikosa AWS Dr Jokhanan Kristiyono, M.Med.Kom. kepada Koran Global News, Kamis (27/2/2025).
MoU sendiri diteken Selasa (25/2/2025), di ruang multimedia kampus Stikosa AWS, Jl. Nginden Intan Timur I/18 Surabaya. Pada acara tersebut, secara keseluruhan yang hadir mengikuti acara tersebut sekitar 340 orang yang terdiri atas murid-murid SLTA, guru, wali murid hingga sejumlah mahasiswa. Sambutan positif tersebut ditandai dengan, sejumlah peserta seusai MoU langsung mendaftar sekitar 87 siswa dan hingga Kamis (27/2/2025) pagi, pendaftar program ini sudah mencapai 250 siswa yang menyatakan siap untuk mengikuti program perkuliahan tersebut.
Dimas menuturkan, dulu dia selalu berkeinginan untuk belajar di luar negeri. Mencoba mendaftar beasiswa yang tak terhitung jumlahnya, dan mendapatkan penolakan yang juga tak terhitung jumlahnya. Sampai akhirnya tahun 2016 Dimas berhasil mendapatkan beasiswa yang disebut-sebut merupakan salah satu program hibah penelitian pemerintah yang terbesar yaitu Brain Korea 21 Plus.
Sejak tahun 1999, Pemerintah Korea mulai memberikan beasiswa tersebut untuk mendukung lembaga pendidikan tinggi dan penelitian Korea guna membina generasi masa depan di bidang ekonomi dan akademisi. Setelah menyelesaikan studi masternya di Pusan National University, Dimas juga berkesempatan mendapatkan beasiswa penuh untuk melanjutkan program Doktor di Pusan National University.
Dimas sempat memberikan pandangannya mengenai pendidikan. “Saya percaya jika pendidikan adalah sebuah jalan untuk mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik. Kualitas pendidikan Indonesia perlu ditingkatkan lagi. Saya ingin menyebarluaskan pesan bahwa semua orang berhak mendapatkan beasiswa terlepas dari latarbelakang mereka,” ungkapnya.
Agar banyak anak-anak Indonesia punya kesempatan sepertinya, Dimas mendirikan lembaga bernama BeasiswaKorea.com atau BK pada tahun 2016 dan bertempat di Indonesia. “Seluruh layanannya gratis,” katanya.
Dimas juga melakukan penelitian “soilless cultivation” dengan lingkungan terkontrol, di mana cahaya lampu menggantikan cahaya matahari, serta adopsi teknologi digital dalam pertanian. Dalam era teknologi modern, kata dia, digitalisasi telah menjadi faktor krusial dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas, termasuk dalam sektor pertanian. (gas)