Suka Duka Menikah dengan Bule (1): Justru Bule Ingin Memperbaiki Keturunan

oleh


Felly Krisnawati Hayes tidak menyangka sekarang hidup di sebuah desa nun jauh di Australia. Perempuan asal Blulukan Colomadu Solo, Jawa Tengah, ini sekarang tinggal bersama suami bulenya yang bernama Andrew Hayes dan dua anaknya, Alisha serta  Olivia, di Wodonga, Victoria, Australia. 

Oleh Gatot Susanto

FELLY KRISNAWATI  melanglang busana ke negeri Kanguru pada Januari 2014 silam. Saat itu dia mendapat beasiswa S2 dari Australia Awards Scholarship. Dia pun terbang ke Australia hanya dengan satu tujuan: Kuliah. Tidak lebih. Namun takdir berbicara lain. Selain mendapat ilmu, ternyata Felly juga menemukan jodoh bule di negeri tersebut. 

“Dulu awal sampai Australia, saya di Brisbane. Dan di sana malah gak sengaja kenalan sama suami saya yang kebetulan kerja di kota itu. Setelah berteman, ternyata kok cocok. Ya sudah terus kita jalan, pacaran. Sampai akhirnya pas selesai kuliah S2, saya harus pulang mengabdi ke Indonesia. Ternyata dia pengin ikut saya pulang dan pengin kenalan sama orang tua saya. Gak tahunya, eh.., sekalian dilamar sama dia,” kata Felly mengenang momen indah dalam hidupnya itu.

Enam bulan berlalu. Mereka kemudian memutuskan menikah di Solo. Setelah menikah, mereka pun harus menjalani LDM (Long Distance Marriage) Solo – Australia. Untuk itu setiap bulan sang suami harus pulang ke Solo karena sedang libur akhir minggu.

“Pas dapat week off karena saat itu dia kerja di tambang di dekat Darwin. Lalu dua tahun kemudian sekitar akhir 2017 saya diajak balik ke Australia sama suami saya  dan kemudian kita menetap di Victoria,” ujarnya.

“Artinya gak pakai LDM lagi karena suami berhenti dari pekerjaannya di tambang. Dia gak mau LDM lagi. Sejak itu kita tinggal di farm di desa,” kata Felly Krisnawati kepada DutaIndonesia.com dan Global News Rabu 15 September 2021. 

Namun awal pindah ke Australia belum memiliki rumah sendiri. Keluarga Felly tinggal satu rumah bersama mertua. Lalu sekitar akhir tahun 2019 mereka mudik ke Solo. Namun yang terjadi malah terkena imbas pandemi Corona, sehingga mereka seperti terjebak di tanah kelahirannya sendiri  di Solo selama 11 bulan tidak bisa balik ke Australia. Hal itu  karena pesawat yang akan mereka tumpangi terus terkena cancel. 

“Akhirnya bulan Oktober 2020 kita bisa terbang ke Australia dan saat itu dalam pesawat Airbus Garuda yang segede bagong itu cuma ada 30 penumpang saja. Ini karena ada pembatasan kuota penumpang international yang boleh masuk Australia,” katanya. 

Saat itu Felly dan suami landed di Sydney. Mereka harus menjalani karantina selama 14 hari sesuai aturan. “Setelah selesai karantina kita lanjutin perjalanan ke Victoria dan tinggal di rumah sendiri, ya di farm house kita sekarang ini,” katanya.

Sebanarnya Felly lebih suka menetap dan bekerja di Solo karena dia bisa kerja apa saja di kota kelahirannya itu. Dulu dia mengajar di departemen Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan aktif jualan barang branded authentic via online. Tapi masalahnya suami tidak bisa kerja di Solo. 

“Pas stuck di Solo dulu kita sempat juga jualan makanan di daerah Purwosari. Nama gerainya Mr. Koala. Kita nerima PO makanan juga yang dikirim ke luar kota. Tapi suami gak sabar juga karena hasilnya gak mencukupi, jadi dia mikir tetap gak bisa kita tinggal menetap di Indonesia,” katanya.

No More Posts Available.

No more pages to load.