Ayo ke Sekolah!

oleh


PEMERINTAH  pusat memberi lampu hijau terkait pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Hal itu ditindaklanjuti dalam rapat koordinasi terbatas melalui daring yang digelar Kemenkomarves. Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa mengaku untuk satuan pendidikan di daerah dengan PPKM level 3 dan 2 sudah bisa memulai belajar tatap muka mulai, Senin (30/8/2021). 


Namun dengan terlebih dulu memastikan semua checklist kesiapan sekolah sudah dipenuhi.Misalnya saja guru dan tenaga kependidikannya sudah divaksin, unit pendidikan sudah mendapatkan izin dari Satgas COVID-19 Kabupaten/Kota setempat dan izin orang tua atau wali siswa. 

Daerah di zona aglomerasi Surabaya Raya yakni Kota Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Bangkalan hingga Kabupaten dan Kota Mojokerto, yang sudah di level 3, dapat menyelenggarakan pembelajaran tatap muka terbatas bertahap dengan mempedomani Inmendagri No 35 tahun 2021. Untuk SMA/SMK bisa melakukan belajar tatap muka terbatas dengan kapasitas maksimal 50%. Sedangkan untuk SLB maksimal 62% sampai dengan 100% dengan menjaga jarak minimal 1,5 meter dan maksimal 5 peserta didik per kelas.

Seperti diketahui, berdasarkan Inmendagri No. 35 Tahun 2021, ada dua kabupaten yang masuk level 2 yakni Kabupaten Sampang dan Pamekasan. Sementara yang masuk level 3 ada 18 Kabupaten/Kota, yakni Kabupaten Pasuruan, Pacitan, Sumenep, Kabupaten Probolinggo, Tuban, Jember, Bojonegoro, Situbondo, Bondowoso, Nganjuk, Kota Pasuruan, Sidoarjo, Kota Surabaya, Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, Lamongan, Gresik, dan Bangkalan. Untuk daerah yang berada pada level 4, pembelajaran masih dilaksanakan dengan metode pembelajaran jarak jauh. 

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya pun juga belum merekomendasikan sekolah tatap muka di akhir Agustus ini. “Kalau dari IDI saat ini kita belum merekomendasikan untuk PTM bulan Agustus ini,” kata Anggota Satgas COVID-19 IDI cabang Surabaya dr Meivy Isnoviana, Senin (30/8/2021).

 Ada pun beberapa alasan mengapa IDI Surabaya belum merekomendasikan. Salah satu alasannya adalah karena belum semua siswa tervaksin COVID-19. Cakupan vaksin masih belum memenuhi target. Kalau mau ada kekebalan kelompok harus 70 persen. Anak-anak sangat rentan.

Memang tidak semua sekolah melakukan PTM dengan berbagai alasan. Terutama terkait dengan vaksinasi. Yang jelas daerah yang sudah diperbolehkan melakukan PTM sudah mulai melakukan hal tersebut, meski dengan cara ketat.

Seperti masuknya secara bergantian dan lainnya sesuai dengan aturan yang ada. Dari dapur redaksi, kami berharap agar di masing-masing sekolah dibentuk Satgas COVID-19 yang akan memberikan edukasi protokol kesehatan pada siswa, sekaligus melakukan pengawasan internal terhadap pembelajaran tatap muka terbatas di sekolahnya.

Selain itu, belajar tatap muka terbatas dijadwalkan secara bergantian dengan durasi pembelajaran paling lama 4 jam pelajaran per hari dengan 30 menit setiap jam pelajaran dan tanpa waktu istirahat. Sehingga, sebelum sholat zuhur, siswa sudah pulang dan dapat melaksanakan ibadah di rumah masing-masing. Hal ini untuk menghindari kerumunan di masjid sekolah.(*)

No More Posts Available.

No more pages to load.