Pondok Pesantren Al Hanafiyah Kediri menjadi sorotan publik. Hal itu setelah salah seorang santrinya, Bintang Balqis Maulana (14), meninggal dunia usai dihajar 4 seniornya di ponpes tersebut. Mengapa dunia pendidikan, apalagi di pondok pesantren, masih terjadi kekerasan?
KETUA Pengurus Wilayah Lembaga Pendidikan (PW LP) Ma’arif NU Jawa Timur, KH Noor Shodiq Askandar (Gus Shodiq), prihatin dengan masih terjadinya kasus kekerasan dalam dunia pendidikan. Padahal, kata Gus Shodiq, dalam dunia pendidikan harus dicari cara untuk menghindari tiga hal, yakni jangan sampai terjadi kekerasan seksual, perundungan atau bullying, dan intoleransi.
“Tiga hal ini harus dicegah agar tidak terjadi di dunia pesantren dan dunia pendidikan. Sebab akan mengakibatkan persoalan yang tidak hanya saat itu saja, tapi jangka panjang. Misalnya kekerasan seksual akan menimbulkan trauma pada anak yang menjadi korban, bullying dan intoleransi juga begitu,” kata Gus Shodiq kepada DutaIndonesia.com dan Global News, Rabu (28/2/2024), menanggapi kasus meninggalnya santri di Kediri bernama Bintang Balqis Maulana (14) yang diduga dianiaya oleh seniornya. Kasus ini terjadi tidak lama setelah heboh perundungan siswa di sekolah internasional yang diduga melibatkan anak artis Vincent Rompies yang menjadi anggota Geng Tai.
Terkait hal itu, Gus Shodiq yang juga Wakil Rektor II Unisma, menegaskan, bahwa dunia pendidikan harus menggerakkan tiga hal yakni pendidikan harus kaffah. Pendidikan harus bisa memberi cukup ilmu, kuat keterampilan, dan juga bagus akhlaknya.
“Pendidikan tidak cukup hanya memberikan pengetahuan saja, atau menguatkan keterampilan saja, tapi juga menggembleng akhlak, khususnya di pendidikan pesantren. Bila tiga hal ini tercapai, maka akan tercipta generasi yang baik, pinter dan bener. Langkah kedua, membentuk Satgas Anti Perundungan, Anti Kekerasan Seksual, dan Anti Intoleransi. Caranya dengan menanamkan nilai kehidupan sehari-hari dalam dunia pesantren untuk saling menghargai, saling menyayangi, sebab pada dasarnya kita ini bersaudara, apalagi orang dalam pesantren itu tujuannya pasti sama, semua mencari ilmu supaya hidupnya nanti lebih bermanfaat,” katanya.
Ketiga, kata dia, pengasuh pesantren harus lebih turun ke bawah lagi, menguatkan pengurus pesantren dalam menjaga situasi pesantren agar lebih kondusif dengan prinsip saling menghargai saling menyayangi, saling mendukung. Langkah preventifnya dengan sosialisasi dengan menerapkan cara yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari para santrinya.
“Misalnya di pesantren saya setiap satu minggu sekali mereka saya wajibkan masak bersama-sama lalu dimakan bersama-sama supaya merasa satu keadaan satu tujuan ke depan. Tapi semua ini akan sangat tergantung pada pesantrennya masing-masing, bagaimana semua kejadian ini bisa menjadi alat untuk introspeksi diri agar ke depan lebih baik. Saya sangat yakin tidak ada pesantren yang bertujuan jelek atau mencelakai santrinya. Semua kiai itu ikhlas dalam mengembangkan pendidikan pesantren, memberikan ilmunya, memberi contoh yang baik, tapi dalam perjalanan dengan begitu banyaknya orang dalam satu sistem itu, pasti ada beberapa masalah yang terjadi. Tapi ini terjadi di satu dua saja, dari sekian ribu pesantren,” katanya.
Seperti diketahui, santri di ponpes Kediri, bernama Bintang Balqis Maulana (14), meninggal dunia diduga karena dianiaya oleh 4 seniornya. Yang membuat miris, Bintang sempat mengirim pesan kepada keluarganya di Afdeling Kampunganyar, Banyuwangi, sebelum meninggal. Bintang saat itu meminta dipulangkan dari Pondok Pesantren Al Hanafiyah Kediri tersebut lantaran ketakutan. Bintang berasal dari Afdeling Kampunganyar, Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.
Melalui WhatsApp (WA), Bintang meminta dijemput oleh keluarganya. “Sini jemput Bintang,” tulis Bintang dalam chat WA yang ditunjukkan oleh keluarga korban seperti dikutip dari detikJatim, Rabu (28/2/2024).
Selain itu, dalam pesannya kepada keluarga, Bintang sempat mengaku ketakutan. Namun, dia tidak menjelaskan apa yang membuatnya takut. “Cepet sini. Aku takut maaa. Maaa tolonggh. Sini cpettt jemput,” ujarnya lagi.
Ibunda Bintang juga sempat memberi pesan motivasi kepada anaknya. Dengan berbagai bujuk rayu, termasuk memberikan sepeda motor ketika Bintang sudah lulus sekolah kelak. Namun keluarga tak menduga ternyata itu adalah pesan terakhir dari Bintang.
Pada Sabtu (24/2) lalu, Bintang benar-benar pulang. Akan tetapi, dia pulang dalam keadaan kaku tak bernyawa. Kepulangan Bintang menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga sebab putra kesayangannya itu meninggal diduga dianiaya seniornya.
Sementara, Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi Kompol Andrew Vega mengatakan, kasus ini tengah ditangani oleh Polres Kediri Kota. “Ya hasilnya benar memang ada luka, tapi untuk mengungkap adanya penganiayaan atau tidak menunggu penyelidikan dari Polres Kediri,” terangnya.
Bintang meninggal dunia dengan kondisi penuh luka di sekujur tubuhnya. Ia diduga menjadi korban penganiayaan oleh sejumlah santri senior di ponpes tersebut. Kakak korban, Mia Nur Khasanah (20) melihat jenazah adiknya dalam kondisi tidak lazim. Setelah jenazah dikeluarkan dari mobil, di situlah kecurigaan keluarga mulai muncul. Kala itu, darah terus mengucur dari keranda yang membawa jasad Bintang. Berawal dari itulah, kemudian keluarga meminta jasad korban dibuka.
Permintaan keluarga awalnya sempat dihalangi oleh FTH, sepupunya yang juga mondok di ponpes tersebut. FTH ikut mengantarkan Bintang bersama rombongan pesantren yang berjumlah empat orang, lima orang termasuk FTH.
“Kata sepupu saya, jenazahnya sudah suci. Jadi nggak perlu dibuka (kain kafan) itu. Tapi kami tetap ngotot karena curiga adanya ceceran darah keluar dari keranda. Di situ perasaan saya dan ibu campur aduk,” ungkap Mia.
Desakan keluarga ditambah tetangga yang ikut menyambut kedatangan jenazah Bintang, tak mampu ditolak FTH, termasuk pihak pesantren. Hingga kemudian pihak keluarga terperangah melihat jenazah Bintang.
“Astaghfirullah. Luka Lebam di sekujur tubuh ditambah ada luka seperti jeratan leher. Hidungnya juga terlihat patah. Tak kuasa menahan tangis. Ini sudah pasti bukan jatuh tapi dianiaya,” tambah Mia.
Mia menambahkan, sejumlah luka sundutan rokok terlihat di kaki korban. Jumlahnya lebih dari satu. Termasuk satu luka pada dada yang menurutnya seperti berlubang. Karena dinilai janggal, keluarga kemudian melaporkan insiden ini ke polisi. (gas/det)