Jangan Sedih, Ramadan Tetap Bersama Kita

oleh
Masdawi Dahlan Ramadan tetap bersama kita
Masdawi Dahlan

 

Oleh Masdawi Dahlan*

 

DI ANTARA perasaan yang dialami oleh sebagian kaum muslimin ketika ditinggalkan bulan suci Ramadan adalah perasaan sedih dan kehilangan. Kehilangan momentum untuk melakukan peribadatan yang khas dengan pahala yang besar sebagaimana dilakukan pada saat mengisi kegiatan pada bulan suci Ramadan.

Pandangan seperti itu salah, dan perlu diluruskan, karena sebenarnya Ramadan itu tidak pernah akan meninggalkan selama kaum muslimin bisa menghayati makna substantif, ouput peribadatan dan motivasi hidup lainnya yang jadi amalan bulan Ramadan.

Ramadan adalah bulan yang di dalamnya ada perintah Allah SWT agar kaum muslimin melaksanakan puasa sebulan penuh. Tujuan ibadah puasa itu sebagaimana disebutkan dalam Al Quran adalah untuk menciptakan manusia yang bertaqwa.

“Wahai orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa di bulan Ramadan sebagaimana juga diwajibkan pada umat sebelumnya agar kamu bertaqwa,” (Al Baqarah : 183).

Aneka ragam peribadatan wajib maupun sunnah yang ada dalam bulan Ramadan sengaja disediakan bonus oleh Allah SWT untuk mencetak manusia taqwa. Karena itu Allah memberikan pahala yang besar. Ibadah wajib dilipatgandakan pahalanya berkali-kali lipat, dan ibadah sunnah nilai pahalanya disamakan dengan pahala ibadah wajib.

Bahkan dalam bulan Ramadan ini ada bonus yang luar biasa yakni malam Lailatul Qodar yang diberikan kepada kaum muslimin oleh Allah SWT. Malam Lailatul Qodar adalah satu malam di bulan Ramadan yang jika beramal salih di malam itu Allah memberikan pahala serasa melaksakan ibadah 1.000 bulan atau sekitar 85 tahun lamanya.

Sebenarnya peribadatan yang dilakukan pada bulan Ramadan, baik amalan wajib maupun sunnah, tidak jauh berbeda dengan amalam ibadah yang dilakukan pada bulan bulan biasanya. Bonus pahala besar, Lailatul Qodar, ampunan hingga rahmat yang diberikan oleh Allah sebagai motivasi agar kaum muslimin bisa konsisten beribadah dengan baik.

Pada titik ini puasa dalam bulan Ramadan disyariatkan oleh Allah SWT tidak lebih merupakan peringatan rutin tahunan agar kaum muslimin tidak kendur semangat beribadah, apalagi lalai dan lupa akan kewajiban peribadatan yang harus dilakukannya dengan baik. Dengan perintah tersebut kaum muslimin tetap menyadari dan konsisten berada dalam kepatuhan melaksanakan peribadatannya.

Pesan dan Motivasi Ramadan

Dengan pemahaman seperti ini, maka Ramadan sebenarnya akan selalu membersamai kaum muslimin. Pesan pesan dan motivasi yang ada di dalamnya semuanya akan menjadi penjaga konsistensi bagi kaum muslimin untuk selalu menjaga ketaqwaannya setelah bulan puasa Ramadan selesai.

Segala pesan yang ada dalam puasa Ramadan akan diimplementasikan dengan konsisten oleh kaum muslimin sebagaimana dia konsisten melakukannya pada saat menjalani puasa Ramadan. Perbaikan ibadah, introspeksi, peningkatan kepedulian sosial, mengendalikan hawa nafsu, hingga memperbanyak amalam sunnah lainnya, akan tetap menjadi kebiasaan yang dilakukan konsisten.

Manusia taqwa yang menjadi tujuan puasa Ramadan tidak hanya terwujud pada saat puasa Ramadan berlangsung, namun harus terwujud dalam bulan bulan berikutnya. Di bulan bulan luar Ramadan itulah sebenarnya momentum untuk mengimplementasikan ketaqaan kaum muslimin. Bagi kaum muslimin yang dapat menggapai makna substansif puasa Ramadan, tidak akan kesulitan untuk mewujudkan ketaqwaannya dalam berbagai aspek kehidupan.

Pesan puasa Ramadan akan selalu menemaninya dalam setiap denyut jantung kehidupan kaum muslimin. Dia akan istiqomah menjalani ibadahnya, juga akan menjaga dari berbagai perbuatan dosa dan mungkar, juga akan sadar akan tugas sosial dengan meningkatkan kepedulian sosialnya.

Dan yang tak kalah pentingnya juga kaum muslimin pasca Ramadan akan memperbaiki integritas dirinya, utamanya dalam menjalani kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Kaum muslimin yang bertaqwa sejatinya adalah memiliki kepekaan terhadap persoalan yang dihadapi bangsa dan negaranya.

Bagi kaum muslimin yang menjadi pemimpin, tentu pesan Ramadan akan menemainya dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Pemimpin muslim akan menunjukkan ketauladanannya dalam hidup berbangsa dan bernegara. Dia juga akan bersikap bijaksana menyikapi problematika kehidupan bangsa dan negaranya.

Pemimpin muslim juga akan menjadi tauladan dalam mematuhi aturan hukum yang berlaku di negaranya. Dia tidak akan bohong, tidak menghianati rakyat, dan berusaha untuk membuat program pembangunann dan menjalankannya secara sadar untuk kepentingan rakyatnya. Dia tidak akan korupsi, nepotis hingga mempertahankan kekuasaannya dengan berbagai macam cara.

Ketenangan jiwa dan kenikmatan batin dalam menjalankan ibadah, yang dirasakan pada saat bulan suci Ramadan, akan juga dirasakan pasca Ramadan, pada saat dia bisa mengimplementasikan pesan pesan Ramadan pada bulan bulan yang lainnya. Di sinilah manusia taqwa hadir dan akan banyak memberi manfaat bagi umat manusia, menjadi rahmatan lil alamin.

Namun, yang terjadi selama ini pesan Ramadan tampaknya tidak difahami secara tepat. Akibatnya pesan pesan itu terlupakan dan tidak diimplementasikan pada pasca Ramadan. Kehidupan pasca Ramadan tak jauh beda dan kembali lagi seperti sebelumnya.

Kebiasaan salat berjamaah, berdzikir, membaca dan mentadabburi isi Al Quran dan memperbanyak sodakoh, mulai ditinggalkan. Kehidupan social kemasyarakatan kembali berjalan di atas tatanan pola hidup individualisme, sekulariasme hingga komsumerisme. Hukum kembali tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Kepemimpinan politik kembali bernafsu menghalalkan segala macam cara.

Akibat kondisi itulah, maka tidak mengherankan bila kondisi kejiwaan kaum muslimin selalu rapuh. Rutinitas melakukan puasa Ramadan tiap tahun tampaknya tidak menghasilkan penghayatan yang bertahan kuat. Tak heran bila kaum muslimin tampaknya merasa ingin kembali bersama bulan Ramadan, karena dengan Ramadan mereka bisa menjadi manusia seutuhnya.

Karena itulah ketika bulan Ramadan mulai ada di penghujung harinya, sebagian kaum muslimin selalu merasa sedih karena suasana kehidupan bernuansa surgawi itu akan segera meninggalkannya, dan baru akan kembali pada bulan puasa tahun depan, itu pun kalau Allah SWT masih menghendaki usianya bisa bertemu dengan bulan Ramadan yang akan datang. (*)

*Penulis adalah wartawan DutaIndonesia.com dan Global News di Pamekasan

 

No More Posts Available.

No more pages to load.