Mengejar Cinta di Tengah Konflik Maroko – Aljazair (Bagian 2)

oleh
PANTAI Saidia di teluk bagian timur laut Maroko dekat perbatasan Aljazair menjadi saksi cinta Hardi, pemuda Indonesia, kepada Chaimae, gadis Maroko. (foto: https://1001beach.com/)

Selama 12 hari di Maroko, aku ingin mengunjungi sejumlah destinasi wisata. Selain itu ingin mengunjungi teman cewek. Tapi mengapa Chaimae melarang aku pergi menemui teman cewek itu?

CHAIMAI sungguh membuatku patah hati. Bingung. Sebingung-bingungnya. Aku sempat berharap dia mau memaafkan aku. Memahami bahwa masalah yang kami hadapi ini, antara aku dan dia, hanya sepele belaka. Hanya soal nama. Hanya Ryan dan Hardiansyah.

Aku ingat William Shakespeare dalam roman Romeo and Juliet: ‘What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet’. Apalah arti sebuah nama. Apa yang kita sebut sebagai (bunga) Mawar akan tetap indah menawan meski diberi nama lain

Sama dengan diriku kan? Namaku Ryan Kunarto. Diganti apa pun, termasuk Bejo atau Ardiansyah, akan tetap Ryan yang keren dan baik hati hehehe. Maaf, aku hanya ingin menghibur diri di tengah patah hati yang sangat akut ini.

Betapa tidak, Chaimai memblokir kontak apa pun yang biasa kami gunakan untuk berkomunikasi. Namun sesekali dia membukanya. Dan dia beralasan ingin move on. Hanya saja saat aku tanya, apakah dia sudah memiliki pengganti diriku, Chaimai hanya diam saja. Chat-ku tak pernah dibalas. Aku telepon langsung pun tidak mau. Bingung!

Tapi aku masih bertahan. Menunggu cinta yang aku kejar hingga perbatasan Maroko-Aljazair ini. Aku menunggu di Berkane. Selama 12 hari. Berharap bisa memetik sekuntum bunga yang mekar di hatiku. Bunga Chaimai itu.

Untuk mengisi waktu luang, aku mengunjungi sebuah festival. Aku juga ingin menghibur diri dengan mengunjungi sejumlah objek wisata di Maroko. Sudah aku bikin daftarnya. Misalnya Fes.

ini telah berdiri sejak abad ke-9 dan diklaim sebagai kota pejalan kaki terbesar di dunia. Fes dihiasi bangunan-bangunan kuno, delman, dan jalur keledai. Ada bangunan bekas singgasana Kaisar, yang dekorasi arsitekturnya berupa mozaik seperti yang jamak dijumpai di Persia. Dekorasi ini disebut “zellige” dan lazim ditemui sebagai dekorasi rumah penduduk. Aku membayangkan seperti kotaku: Yogya.

Lalu Kasbah Ait ben Haddou, yang merupakan salah satu situs warisan dunia UNESCO. Kota kecil ini berdiri di lereng gunung dan dipagari tembok berbahan tanah liat berlumpur. Kota eksotis ini dulunya didiami oleh suku-suku pra-Sahara. Kini, di dalamnya terdapat masjid, alun-alun, tempat pengolahan gandum, dan kompleks makam yang didedikasikan untuk Aulia Sidi Ali.

Juga Merzouga yang merupakan gerbang bagi siapa pun memasuki Gurun Sahara. Aku ingin merasakan sejenak menjadi kabilah-kabilah Arab zaman lampau yang tinggal sementara di gurun pasir. Begitu pula dengan Marrakech, yang juga merupakan situs warisan dunia UNESCO di Maroko.

Di sini berdiri megah Istana Bahia. Istana ini amat indah karena dihiasi dengan taman-taman, air terjun, dan lorong serta beranda yang memukau. Uniknya, di dalam istana ini juga terdapat kamar-kamar yang dikhususkan untuk tiap-tiap istri dan selir sang raja. Dekorasi setiap kamar diurutkan kualitasnya sesuai “peringkat” si istri dan selir.

Namun aku sedang patah hati. Semua destinasi wisata itu hanya tertera dalam daftar tempat yang ingin aku kunjungi saja. Tidak lebih. Kecuali cintaku kembali. Kecuali aku berwisata bersama sang kekasih. Menjadi kabilah-kabilah Arab yang melintasi gurun pasir bersama. Oo.., betapa indahnya.

Lamunanku buyar saat aku ingat janjiku pada seorang teman. Ya, aku juga ingin menemui teman wanita di Kota Mohammedia, dekat Cassablanca. Tiba-tiba Chaimai men-chat aku, mencari tahu, apakah aku sudah balik ke Indonesia atau masih di Maroko?

Aku menjawab, bahwa Ryan masih menunggu cintanya dengan setia di negeri Maghribi ini. Dia juga memberi kabar bahwa ayahnya sedang sakit.

Aku ikut sedih.


“Terus, apa yang kamu lakukan di sini!?” Chaimai melanjutkan chat-nya.


“Mau ke teman. di Mohammedia!” Aku membelasnya dengan semangat.


“Cowok.., apa cewek?” Dia sepertinya penasaran.


“Cewek!” Aku jawab polos. Memang temanku di Muhammedia itu seorang gadis.


“Jangan…!” Dia melarang. “Jangan ke sana!”


“Kenapa!?”


Sepi. Tak ada chat lagi. Bingung. Semakin menjadi-jadi. Dalam hati aku bimbang. Kalau sudah putus, mengapa Chaimai masih melarangku pergi menemui cewek. Mengapa dia terus memantau keberadaanku di Maroko. Bukankah seorang mantan tak berhak lagi ikut campur persoalan bekas pacarnya?

Aku ingin mengakhiri kebingungan ini. Maka, jalan satu-satunya harus menemuinya. Apa pun caranya. Apa pun risikonya. Aku sudah jauh-jauh terbang dari Indonesia ke Maroko ingin mendapat kepastian, bukan kebimbangan. Apalagi kebingungan.

Aku pun mendatangi apartemen Chaimai. Orang Maroko kebanyakan tinggal di apartemen. Apalagi mereka bekerja di kota seperti Berkane ini. Namun aku tidak bertemu Chaimae. Meski demikian, aku meninggalkan kue dan uang untuknya di apartemen tersebut. Maksudku, uang itu untuk berobat ayahnya yang sakit.

Niat baik tak selalu ditangkap sebagai kebaikan. Itulah yang aku alami sepulang dari apartemen Chaimae. Dia bereaksi sangat keras atas kue dan uang yang aku tinggalkan di apartemennya. Bahkan, dia mau melapor polisi.

Aku pun terkejut. Apa-apaan ini? Lapor polisi!? Apa jadinya kalau pemuda Indonesia digerebek polisi dan seorang cewek di hotel?

Malu! Sudah kasih tak sampai malu lagi. Jangan sampai ini terjadi. Aku pun memberanikan diri menghubunginya. Tapi dia menolak. Aku hanya bisa chat dia.

“Sungguh tega kamu perlakukan aku seperti ini! Aku bukan penjahat.”

“Kalau kamu ulangi lagi, aku akan benar-benar panggil polisi. Jangan pernah ke apartemenku lagi.” Dia mengancam. Nadanya tegas.

“Uang kamu akan aku kembalikan ke hotel!” Dia melanjutkan.

“Tidak!” kataku,”Aku sudah pindah ke hotel lain.” Lagi-lagi aku bohong.

Hening sejenak. Kemudian terdengar isak tangis di seberang sana.

“Aku besok pulang. Selamat tinggal, semoga kau bahagia! Maaf bila telah membuatmu sedih!”

Tangis Chaimae terdengar agak keras. Aku pun tak kuasa menahan air mata yang tiba-tiba meleleh. Cinta membuat diriku cengeng. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.