Mengejar Cinta hingga India: Suka Duka Ana Jadi Menantu Keluarga Punjabi (Bagian 1)

oleh

Entah, mengapa perempuan Riau begitu berani. Tapi setidaknya dua perempuan asal Provinsi Riau berani berspekulasi soal jodoh dan pernikahan. Setelah Riau Hadidah–namanya memang Riau dan kisahnya bisa dibaca DI SINI-– yang berani mengejar cinta seorang preman hingga Turki, kini Ana Malhotra nekat menjemput cinta pemuda Punjabi, India Utara. Berikut kisahnya seperti dituturkan kepada Gatot Susanto dari DutaIndonesia.com.

NAMA saya Ana Malhotra. Sekarang saya tinggal di Kota Amritsar, Punjab, ujung utara India. Berbatasan dengan Pakistan. Kota Amristsar hawanya sejuk. Dekat pegunungan. Saya tinggal di kota kecil ini sejak menikah tahun 2009 sampai sekarang. Hanya kalau Lebaran saja pulang ke Indonesia. Tapi selama pandemi Covid-19 ini, sudah dua tahun kami tidak pulang. Sekarang ada rencana pulang ke Indonesia tapi tiket masih mahal. Jadi, masih ditunda sampai benar-benar aman.

Saya ke India memang sengaja mengunjungi calon suami. Dan akhirnya benar-benar menikah. Saya ketemu dengan suami secara daring. Melalui Yahoo Messenger. Tahun 2008. Saat itu media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lain-lain tidak seheboh seperti sekarang.

Saya chatting dengan orang luar negeri untuk memperdalam skill Bahasa Inggris. Maka, bertemulah secara online saya dengan pria Punjab bernama Deepak Malhotra. Saya sering ngobrol online dengan Deepak, yang biasa dipanggil Romey. Akrab. Bahkan, kemudian tidak hanya dengan Romey, tapi juga diperkenalkan dengan keluarganya. Dia memperkenalkan dengan ibunya. Juga anggota keluarga lain. Semua dilakukan secara online. Pakai webcam. Semacam video call kalau sekarang.

Jadi, kalau sekarang ada kerja daring, sekolah, atau kuliah daring, saya sudah lama berpacaran secara daring hehehe…Ya, dengan Deepak Malhotra ini. Saat itu, saya kerja dan sempat kuliah di Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau. Sedang Deepak tinggal di Amritsar. Setelah sekitar satu tahun, saya pun memberi tahu keluarga di Riau soal Deepak yang sudah ada di hati saya. Secara kebetulan keluarga kami kumpul sebab sedang Lebaran haji atau Idul Adha.

Keluarga saya asalnya dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tapi saya lahir dan besar di Pulau Kijang, Kabupaten Inhil, Provinsi Riau. Saat keluarga berkumpul untuk berlebaran haji itulah, saya memberanikan diri mengutarakan niat untuk pergi ke India.

Bukan sekadar pergi untuk berlibur atau mencari kerja. Saya jelaskan bahwa saya menjemput jodoh saya di sana. Bahkan, bila Allah SWT meridhoi dan cocok, saya akan menikah dengan pria India itu. Tentu saja keluarga kaget. Ibu saya tidak percaya. Mana mungkin anaknya yang asal desa dan hidup sederhana pergi jauh. Apa bisa bahasa India? Apa bisa bahasa Inggris? Semua ditanyakan kepada saya.

Tapi saya berusaha meyakinkan beliau bahwa saya bisa. Keluarga saya terbuka soal masa depan anak-anaknya. Tidak pernah memaksakan kehendak. Bila itu sudah menjadi pilihan saya, mereka pun akan merestuinya. Bahkan, ibu bilang, bila bertemu orang yang cocok, saya memang harus cepat menikah. Sebab, khawatir jadi perawan tua. Nanti tidak ada pria yang mau. Itu kata ibu.

Maka, saya pun pergi. Menjemput kekasih. Dengan mimpi-mimpi indah di negeri Punjabi. Tentu dengan percaya diri. Dan berani. Betapa tidak, perjalanan Riau ke India sangat jauh. Penerbangan pun harus transit melalui Singapura atau Malaysia, kemudian ke New Delhi, lalu harus melakukan perjalanan darat yang cukup jauh menuju Kota Amritsar, yang berada di perbatasan Pakistan dan Khasmir. Apa pun bisa terjadi dalam perjalanan panjang ini bagi seorang perempuan yang pergi seorang diri. Namun, saya tetap pergi.

Dari Riau saya ke Malaysia. Saat berada di Bandara Internasional Kuala Lumpur, saya bertemu seorang pria asal India. Pria ini kaget saat saya memberi tahunya bahwa saya mau pergi ke Amritsar. Dia pun tidak percaya. Saat saya tunjukkan tiket penerbangan dan lain-lain, baru dia pun percaya. Tapi dia mengingatkan agar saya berhati-hati sebab India, kata dia, masih rawan. Masih banyak terjadi aksi kriminal. Saya mengangguk. Dan mengucapkan terima kasih. Saya sungguh senang ada orang yang peduli. Walau sekadar mengingatkan. Apalagi ini di luar negeri.

YouTube player
Video wawancara dengan Ana Malhotra.