SURABAYA| DutaIndonesia.com – Polemik Nikuba (Niku Banyu)–alat yang diklaim bisa mengubah air menjadi energi terbarukan guna menggantikan bahan bakar minyak (BBM) karya Aryanto Misel asal Cirebon Jawa Barat –mendapat respon dari Dr H Miftakhul Huda M.Sc. Pakar nanoteknologi yang sedang terlibat penelitian fuel cell — di mana nantinya kendaraan tidak lagi menggunakan BBM tapi cukup menggunakan hidrogen tanpa karbon–di Jepang ini berharap agar polemik yang merupakan pseudo-science (ilmu semu/palsu, Red.) tersebut bisa memacu Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menghasilkan hasil penelitian atau riset yang berkualitas. Termasuk penelitian di bidang energi baru terbarukan (EBT).
“Semoga dengan polemik yang merupakan pseudo-science ini memacu BRIN menghasilkan hasil penelitian/riset yang berkualitas,” kata peneliti yang juga Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jepang ini kepada DutaIndonesia.com, Rabu (12/7/2023).
Miftakhul Huda, yang juga Asisten Profesor di Universitas Nagoya, Jepang, merasa kasihan pada bangsa Indonesia bila terus diracuni dengan pseudo-science seperti polemik sekarang ini. Hal itu menjadi salah satu penyebab ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di Indonesia berjalan di tempat alias tidak berkembang.
Lalu apa secara keilmuan sudah ada air diubah menjadi EBT? Secara teori, kata Miftakhul Huda, bukan dari air langsung diubah menjadi bahan bakar untuk menggerakkan mesin kendaraan bermotor, tapi air diubah menjadi hedrogen dan kemudian menjadi listrik. “Teorinya bukan air langsung jadi energi tapi air-hydrogen-listrik,” ujarnya.
Jepang sendiri, kata dia, sedang mengembangkan air dipecah menjadi hidrogen dan oksigen. Selanjutnya baru digunakan sebagai sumber energi untuk fuel cell.
Namun demikian, Miftakhul Huda tidak mau berkomentar lebih detail soal Nikuba, apakah mendukung atau tidak riset tersebut sebab dia tidak tahu alat tersebut. Yang jelas, kata mantan Ketua PCI NU Jepang ini, proses dari air ke hidrogen dulu baru diubah menjadi energi listrik untuk menggerakkan mesin.
“Nah, dari air ke hidrogen ini yang butuh energi untuk memecahnya. Ke depan Jepang berusaha mengurangi energi yang dibutuhkan ataupun menggunakan solar cell atau energi cahaya atau PLTA dan lainnya sebagai sumber energinya. Soal Nikuba yang Anda tanyakan, saya gak tahu Nikuba seperti apa, jadi no comment. Hanya proses ilmiahnya seperti saya sebutkan di atas,” katanya.
Miftakhul Huda menegaskan riset perlu dibangun dengan basic ilmiah yang terang benderang. Tanpa basic ilmiah hal itu sulit dipercaya. “Saran saya, terkait polemik ini, cukup kirim 5 mahasiswa elektro dan 5 mahasiswa kimia saja untuk mempelajarinya dan membuat tiruannya secara mandiri lalu didemonstrasikan dan buat skripsinya,” katanya.
Lalu siapa pihak yang harus melakukan hal itu? Apalagi penemu Nikuba, Aryanto Misel, sudah tidak mau lagi berurusan dengan Pemerintah atau BRIN mengingat dia merasa sudah “dihabisi” dalam pro-kontra atas Nikuba ini? Peneliti asal Pekalongan Jawa Tengah itu menegaskan bahwa sebenarnya ini tanggung jawab pemerintah.
” Tujuannya agar menghindari pseudo-science seperti ini berkembang di masyarakat. Bila pers tidak mengangkatnya jadi berita, saya rasa isunya juga akan hilang sendiri. Tentu kita gak bisa nanya vaksin corona ke dukun beranak kan? Sebab dunia penelitian ada mekanismenya sendiri. Semoga pers Indonesia juga ikut belajar mekanisme di dalam dunia penelitian agar Indonesia semakin maju,” ujarnya memberi perumpamaan.

Sebelumnya alat yang diklaim bisa mengubah air jadi bahan bakar bernama Nikuba viral lagi. Nikuba baru-baru ini terbang ke Milan, Italia, untuk melakukan presentasi di hadapan produsen otomotif asal Italia. Kabar itu disampaikan langsung oleh laman resmi TNI AD yang menyebut bahwa Nikuba mendapat atensi langsung dari pabrikan otomotif Eropa. Tak tanggung-tanggung pabrikan tersebut survei langsung ke Cirebon–tempat kelahiran Nikuba.
Nikuba dikabarkan mendapat kesempatan presentasi di Milan pada 18 Juni 2023. Pangdam III/ Slw besama Aryanto Misel, penemu Nikuba, telah menyiapkan tim terdiri dari Sumardi Dadang dan Immanuel Hutapea guna memenuhi undangan dari pabrikan Eropa tersebut.
“Tiba saatnya Nikuba sebagai alternatif solutif akan mencoba terbang untuk dipresentasikan pada dunia. Meski memerlukan proses, namun ide, tindakan, komitmen dan keyakinan terhadap Nikuba sebagai alternatif energi terbarukan dapat menjadi peluang di masa yang akan datang,” kata Pangdam III/Slw Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo.
Pulang dari Milan, kabarnya Nikuba sudah mengantongi kerjasama dengan perusahaan penyuplai energi untuk produsen otomotif Lamborghini dan juga Ferrari. “Perjanjian kerja sama dengan perusahaan penyedia sumber energi bagi Ferrari dan Lamborghini,” kata Kepala Penerangan Kodam III Siliwangi, Kolonel Inf Adhe Hansen.
Bahkan Aryanto Misel mengaku temuannya itu disambut antusias oleh perusahaan otomotif di Italia. Aryanto juga berniat menjual temuannya itu senilai Rp 15 miliar. “Dari pihak otomotif di Milan antusias sekali,” kata Aryanto dalam wawancara dengan stasiun TV nasional yang diunggah ulang di sosial media.
Dia juga rela bila teknologinya dibeli oleh pihak asing. Aryanto justru enggan berharap ke pemerintah. Berbanding terbalik dengan perusahaan otomotif Italia, Aryanto justru mengaku temuannya sudah “dibantai habis”. “Saya enggak butuh mereka (pemerintah atau BRIN), saya sudah dibantai habis pak enggak mau,” aku Aryanto.
BRIN sebelumnya mengatakan bakal menyediakan fasilitas riset untuk penemu Nikuba. BRIN sudah mengirimkan tim untuk melihat hal tersebut tapi tim masih perlu riset lanjutan. Kepala BRIN Laksana Tri Handoko pun menggelar jumpa pers Rabu (12/7/2023).
BRIN sendiri pernah mengajak Aryanto Misel untuk mengembangkan Nikuba bersama-sama. Pasalnya, Nikuba adalah bahan bakar berbasis hidrogen yang memiliki banyak variasi dan temuan. Ia menjelaskan, dalam ranah sains diperlukan kehati-hatian hingga temuan dapat dibuktikan secara saintifik.
“Kalau di sains, kita harus berhati-hati, jadi kita akan melihat bersama-sama, kita kembangkan sampai terbukti secara saintifik bisa diterima oleh komunitas ilmiah,” ujar Handoko.
Handoko juga mengatakan bahwa pihaknya tidak dalam posisi memberi pengakuan atas suatu temuan saat ditanya soal ketertarikan negara lain terhadap Nikuba. Kendati demikian, ia menegaskan bahwa BRIN dapat memfasilitasi masyarakat yang memiliki ide inovasi. (gas/tbn)