SURABAYA| DutaIndonesia.com – Pengukuhan Prof Dr Suparto Wijoyo sebagai Guru Besar Hukum Lingkungan Universitas Airlangga, Kamis (7/9/2023), berlangsung khidmat tapi santai gaya NU.
“Saya menyaksikan UNAIR berhasil menyajikan acara yang sakral, tapi penuh humor, santai saling gojlok antara Pak Rektor dengan Prof Suparto Wijoyo. Ini menyegarkan bagi dunia akademis,” tegas KH Abdul Hakim Mahfudz, akrab dipanggil Gus Kikin pimpinan Ponpes Tebuireng Jombang, saat sambutan di syukuran Prof Parto.
“Saya tadi yang juga hadir di acara pengukuhan menyaksikan ini gaya NU banget. Padahal sekarang rapat di NU malah serius sekali, tidak ada gaya humoris, akrab, sebagaimana kiai-kiai NU dulu. Malah sekarang dipakai UNAIR, “ tambah Gus Kikin yang juga memimpin doa di akhir acara pengukuhan.
Hal ini menandakan ada kemajuan ilmu, kemajuan budaya dan kemajuan intelektual.
“Mungkin karena Rektornya Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., M.T., juga santri, malah juga Kiai, jadilah acara cair dan indah. Bisa terjadi saling gojlok antara Pak Rektor dan Prof Parto di forum resmi,” katanya lagi
Selain Prof Parto, Rektor UNAIR, Prof Dr Mohammad Nasih SE MT juga memimpin langsung pengukuhan keempat guru besar. Mereka di antaranya adalah Prof Ririn Tri Ratnasari SE MSi; Prof Dr Dra Thinni Nurul Rochmah MKes; Prof Dr Suparto Wijoyo SH MHum; dan Prof Dr Dra apt Wiwied Ekasari MSi.
Prof Nasih dalam sambutannya mengatakan bahwa pengukuhan itu merupakan sarana untuk saling menimba ilmu. Selain itu, pengukuhan ini juga sekaligus menjadi momen mengukur dan memperlihatkan kehebatan serta kapasitas para guru besar di UNAIR.
“Pengukuhan ini menjadi sarana untuk saling berbagi ilmu, termasuk untuk memperlihatkan transparansi dan publikasi. Tentunya pengukuhan ini juga menjadi momentum untuk memperlihatkan dan mengukur kehebatan dan kemampuan guru besar kita,” terangnya.
Mendengar pidato para guru besar tentu sangat senang dan bangga karena risetnya menghadirkan sesuatu yang begitu bermakna untuk masyarakat. Sekali lagi, kami menyampaikan bahwa salah satu tugas cendekiawan adalah melihat dan membaca hamparan semesta untuk menghasilkan sesuatu yang luar biasa untuk masyarakat,” pungkasnya. (nas)