Politisi Perempuan Pimpin Jatim Patut Disyukuri, Ini Hitung-hitungan Pengamat Unair Bila Risma dan Luluk Lawan Khofifah

oleh
fahrul muzaqqi Unair
Fahrul Muzaqqi M.I.P

 

SURABAYA| DutaIndonesia.com – Tampilnya tiga politisi perempuan maju dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Jatim disambut positif masyarakat. Tiga politisi perempuan itu adalah Khofifah Indar Parawansa sebagai calon gubernur petahana didampingi cawagub Emil Elestianto Dardak. Khofifah-Emil dicalonkan gabungan parpol.

Sementara Cagub Tri Rismaharini didampingi cawagub Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) dicalonkan PDI Perjuangan, dan cagub Luluk Nur Hamidah didampingi cawagub Lukmanul Khakim diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Tiga perempuan itu sama-sama berpeluang menjadi Gubernur Jatim lima tahun mendatang.

Selain itu, ada dua politisi perempuan kini juga memimpin DPRD Jatim yakni Anik Maslachah dari PKB dan Wara Sundari Renny Pramana dari PDI Perjuangan. Keduanya resmi ditunjuk sebagai Ketua dan Wakil Ketua Sementara DPRD Jatim periode 2024-2029.

Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Fahrul Muzaqqi M.I.P., menyambut positif tampilnya politisi perempuan Jatim di panggung Pilkada maupun Pileg. Bahkan sekarang ada yang memimpin DPRD Jatim. Hal itu patut disyukuri.

Namun demikian, Fahrul melihat, di sisi parpol masih kurang dalam melakukan kaderisasi politisi perempuan, mengingat pemenuhan kuota 30% keterwakilan perempuan dalam Parlemen sesuai amanah Undang-undang No. 12/2003 tentang Pemilu dan UU Parpol, masih sebatas retorika di atas kertas saja, belum secara optimal direalisasikan oleh parpol.

“Ada tiga bakal calon pilgub Jatim, dan ketiganya dari kalangan perempuan, itu patut disyukuri, sebab masyarakat bisa mendapat lebih banyak lagi pilihan untuk pemimpinnya. Masyarakat lebih leluasa memilih. Siapa dari ketiga cagub perempuan itu yang bisa meyakinkan para pemilih. Mungkin dilihat dari kiprahnya selama ini, prestasi, atau kontribusinya pada masyarakat, tawaran visi misi, programnya, dan tentu saja dari sisi perspektif perempuannya,” kata Fahrul Muzaqqi kepada DutaIndonesia.com, Selasa (3/9/2024),

Namun Fahrul menggarisbawahi bahwa secara umum isu perempuan belum sepenuhnya optimal diwujudkan dalam kaderisasi parpol. Misalnya, paling tidak, 30 persen kuota perempuan di Parlemen sebagian masih formalitas, bahkan sebagian lagi belum terpenuhi. Masih berupa tawaran program saja. Sedang bila sekarang para perempuan mulai banyak memimpin Jatim, baik di eksekutif maupun legislatif, hal itu lebih karena performa politisi perempuannya itu sendiri. “Kualitas dari figur politisi perempuannya itu sendiri, belum karena kaderisasi yang dilakukan parpol,” katanya.

Merusak Reputasi Khofifah-Emil?

Lebih lanjut Fahrul Muzaqqi juga membeberkan hitung-hitungannya soal peluang Risma-Gus Hans dan Luluk-Lukmanul melawan petahana Khofifah-Emil. Ia menyebut, kans mereka sangat berat.

“Saya rasa, baik Risma-Gus Hans ataupun Luluk-Lukmanul masih sangat berat menghadapi Khofifah-Emil. Namun, yang namanya politik segala sesuatu masih bisa terjadi,” kata Fahrul dikutip dari detikJatim, Selasa (3/9/2024).

Fahrul menilai reputasi Khofifah-Emil selama memimpin Jatim 2019-2024 cukup baik. Selain itu, banyak prestasi yang ditorehkan Khofifah-Emil selama menjabat.

“Khofifah-Emil ini track record-nya baik, dan banyak prestasi selama memimpin Jawa Timur 5 tahun ini. Rasanya agak berat Risma-Gus Hans atau Luluk-Lukmanul untuk berusaha merusak reputasi Khofifah-Emil,” jelasnya.

Fahrul kemudian menganalisa bekal yang dimiliki Risma-Gus Hans. Menurut Fahrul, Risma punya bekal cukup baik, namun di sisi Gus Hans justru minor.

“Pencalonan Risma-Gus Hans dan Luluk-Lukmanul ini sangat mepet dan terkesan panik. Banyak spekulasi nama hingga bongkar pasang, sebelum mendaftar ke KPU,” jelasnya.

“Risma memang punya bekal pernah jadi Wali Kota Surabaya, tapi itu sudah 5 tahun sebelumnya yang lalu. Dan selama menjabat sebagai mensos belum ada gebrakan berarti yang dilakukan Risma. Bahkan terkesan Risma hanya melanjutkan saja program-program menteri sebelumnya,” jelasnya.

“Sementara Gus Hans secara elektoral jelas belum teruji. Kita tahu, Gus Hans sempat digadang-gadang maju di Pilbup Jombang, tapi nyatanya kita tahu partai-partai tidak ada yang melirik,” katanya.

Untuk Luluk-Lukmanul, Fahrul menilai dua figur ini kurang menjual di Jawa Timur. Baik Luluk dan Lukman tidak memiliki bekal mumpuni untuk berlaga di Pilgub Jatim 2024.

“Pun demikian Luluk Nur Hamidah yang notabene politikus yang banyak berkiprah di Jawa Tengah dan aktif di Fatayat. Secara massa, Luluk belum punya pendukung di Jawa Timur, kecuali dari basis pendukung garis keras PKB karena partainya mencalonkan Luluk,” jelasnya.

“Sementara Lukmanul, memang pernah jadi dewan di Jatim, tapi kiprahnya sangat minim didengar oleh masyarakat,” tambahnya.

Fahrul menambahkan ada indikasi dua paslon yang menjadi penantang Khofifah-Emil ini bekerja sama dalam hal merusak reputasi Khofifah-Emil.

“Namun saya lebih menduga ada pertarungan untuk mengganggu reputasi Khofifah-Emil secara pribadi. Kalau secara elektoral masih belum bisa mengimbangi sampai saat ini,” tandasnya. (gas/det)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.