Dr Natarianto Indrawan, Diaspora RI di Amerika Komitmen Kembangkan Green Energy: Mentransfer Semua Teknologi Hijau yang Didapat di AS ke Indonesia

oleh
Dr Natarianto Indrawan saat pemaran seni budaya Indonesia di Amerika.
Dr Natarianto Indrawan saat pemaran seni budaya Indonesia di Amerika.

 

Salah seorang diaspora Indonesia di Amerika Serikat, Dr Natarianto Indrawan, sukses tidak hanya di bidang keilmuan, tapi juga bisnis dan sosial. Ahli energi baru terbarukan (EBT) asal Belitung ini sekarang tengah merintis bisnis EBT baik di Tanah Air maupun di Amerika Serikat. Berikut penuturan Natarianto Indrawan kepada wartawan DutaIndonesia.com dan Global News, Gatot Susanto, Rabu (19/12/2023).

 

Oleh Gatot Susanto

 

SAYA dan keluarga saat ini tinggal di Negara Bagian Oklahoma, atau biasa disebut heartland. Sebutan Oklahoma sebagai jantungnya Amerika itu karena daerah ini berada di tengah AS.

Saya memiliki tiga anak, sedang istri, ya ibunya anak-anak, mengajar di sekolah yang sama. Sekolah Islam. Ada dua sekolah Islam di kota tempat saya tinggal. Sekolah swasta ini memperoleh subsidi dari pemerintah. Mulai Januari 2024, semua sekolah swasta Islam, Katolik, maupun Kristen, akan mendapat subsidi dari pemerintah, sehingga 95 persen biaya SPP untuk para siswa ditanggung oleh pemerintah. Dengan demikian, orang tua murid hanya membayar 5%-nya saja.

Istri saya mengajar di sekolah ini. Alhamdulillah bisa menambah pengalaman membimbing atau mengajar anak-anak dengan berbagai latar belakang budaya dan negara.

Saat ini saya masih tinggal di apartemen. Belum membeli rumah sendiri. Ada alasan mengapa saya belum memiliki rumah sendiri di Amerika. Hal itu karena saya sedang merintis usaha produksi hidrogen dan amonia hijau atau green ammonia.

Hidrogen itu salah satu tantangannya adalah sulit di transportasi, sehingga harus dijadikan liquid dulu. Itu artinya harus dipres. Meski demikian tetap rawan terjadi kebocoran. Nah, yang paling mudah itu dijadikan amonia, sebab kendaraan sekarang sudah ada yang berbasis amonia.

Amonia tak ada masalah dalam hal penyimpanan dan transportasi, sebab sudah biasa dipakai di industri pupuk. Jadi proses produksi hidrogen menjadi amonia atau amonia menjadi hidrogen itu sekarang menjadi fokus usaha yang sedang kami kembangkan.

Ketika pusat industri ini nanti sudah ditentukan, kami menargetkan di salah satu bagian wilayah Oklahoma utara, baru kemudian kami akan memilih tempat tinggal menetap di wilayah tersebut.

Kota tempat tinggal kami cukup menyenangkan. Hubungan bertetangga kanan kiri semua baik-baik. Termasuk dengan orang-orang lokal juga baik. Tidak ada masalah.

Sedang pekerjaan saya sehari-hari, pertama, memantau proyek pembangunan Ponpes/Madrasah Al Furqan di tanah kelahiran saya di Belitung, tepatnya di Desa Bantan, seluas 6 hektare. Madrasah ini sudah beroperasi sejak tahun 2021 lalu dengan kurang lebih sekarang ada 35 santri tahfid Al Quran.

Pengasuh pesantrennya adalah Bapak Egi Kusumo, seorang mualaf yang dulu misionaris senior di sebuah gereja. Beliau bergabung dengan kami sejak 2018. Beliau membimbing anak-anak di sana yang berasal dari desa sekitar. Kami juga banyak sekali menerima para mualaf untuk menimba ilmu di pondok pesantren ini.

Saya sehari-hari memantau progres pondok ini. Mencoba menggalang dana untuk membangun beberapa fasilitas. Saat ini baru ada fasilitas masjid kecil, hasil bantuan dari masyarakat serta donatur lokal.

Kedua, kami merintis bisnis energi baru terbarukan di Tanah Air. Saat ini saya memantau usaha yang tengah kami rintis di Indonesia bersama dua rekan lainnya. Nama usahanya Bumar Energi Mandiri. Bergerak di bidang energi bersih, termasuk chemical trading dan waste energy.

Semua teknolgi yang kami peroleh di AS kita transfer ke perusahaan kami yang ada di Indonesia ini. Perusahaan ini sudah beroperasi dengan kantor pusat di Bekasi. Kalau secara grup, sebab ini perusahaan rintisan, sudah kami tuntaskan beberapa bulan kemarin dengan sekitar 50 karyawan.

Ketiga, saya juga membantu komunitas di LPDP bidang energi. Untuk memberikan advokasi dan merintis usaha juga, bersama-sama dengan alumni LPDP, khususnya di bidang energi, untuk pembangunan di Indonesia. Saat ini payungnya bernama Ikatan Lingkar Entrepreneur dan Cendekia (Ilec). Ini baru selesai akta notarisnya dan akan kita kembangkan beberapa usaha, sesuai dengan expertis alumni LPDP.

Selain itu membantu secara lepas advokasi dan konsultasi kepada rekan-rekan di jajaran Kementerian ESDM maupun BUMN seperti Pertamina, PLN, dan PGN.

Komunitas Muslim Amerika

Selain itu juga beraktivitas membantu komunitas cendekia global sebagai reviewer berbagai jurnal. Kegiatan ini terus saya lakukan guna membantu akademia dan berbagai riset agar terus berkembang, khususnya di bidang energi hidrogen dan energi bersih lainnya, termasuk gasifikasi, yang juga tak lepas dari produksi hidrogen. Teknologi gasifikasi sangat potensial untuk dikembangkan di tanah air.

Selain itu, kegiatan lainnya adalah sering terlibat dalam membantu para imigran di daerah kami terutama dari Afghanistan. Untuk itu kami berkoordinasi dengan sejumlah pihak guna mengatasi kesulitan mereka. Misalnya, untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah, atau hal-hal primer lainnya yang dibutuhkan.

Komunitas muslim sekitar Oklahoma City berkembang pesat. Setidaknya terdapat sekitar tujuh masjid di Oklahoma City. Padahal, lima tahun lalu kurang lebih hanya 5 masjid saja, tapi sekarang sudah bertambah.

Kota besar yang dekat dengan Oklahoma City itu adalah Dallas, Texas. Kurang lebih 3 jam perjalanan darat. Di Dallas, Texas, ada lebih 70 masjid, termasuk wilayah dengan perkembangan Islam yang terpesat di Amerika.
Kami juga membantu para refugees, pengungsi, imigran. Kami selalu berusaha membantu satu sama lain. Karena itu, diperlukan juga pengetahuan terkait latar belakang satu sama lain.

Maka, perlu pula diadakan gathering agar saling kenal, sehingga semakin banyak institusi pendidikan atau lainnya yang bisa dibangun bersama. Salah satunya ya keberadaan dua sekolah Islam tadi. Sekarang sudah ada sekitar lebih 500 murid di dua sekolah tersebut. Dalam perjalanannya kemungkinan besar jumlah siswa dan juga jumlah masjid akan terus bertambah.

Kegiatan pribadi lainnya adalah sebagai reviewer proposal riset di institusi/lembaga global. Salah satunya saya terdaftar di National Science Center, Polandia.

Untuk pekerjaan ini, awalnya mereka kontak agar saya bersedia menjadi reviewer setiap kali ada proposal yang masuk di Pemerintah Polandia. Saya dilibatkan untuk membantu mereview proposal riset tersebut dan dibayar. Hal ini berbeda dengan jurnal, kalau jurnal itu moral obligasi sebagai bagian dari komunitas akademis, kita membantu secara sukarela. Namun, untuk pekerjaan di institusi pendidikan riset global kita dibayar. (*)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.