SURABAYA | DutaIndonesia.com – Bank Indonesia (BI) Wilayah Jawa Timur terus berkomitmen mendukung perkembangan ekonomi syariah di Indonesia, khususnya di Jatim dengan menggelar Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Jawa 2021. Selain Tabligh Akbar juga ada seminar virtual yang digelar Kamis 30 September 2021.
Dalam kesempatan itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memaparkan tingkat literasi maupun inklusi keuangan syariah di Indonesia saat ini masih sangat rendah. Juga terdapat gap yang sangat jauh dengan keuangan konvensional sehingga diperlukan adanya upaya yang lebih ekstra.
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK, Kristianti Puji Rahayu mengatakan tingkat literasi atau pengetahuan tetang keuangan syariah di Indonesia pada 2019 tercatat baru sebesar 8,93 persen, sedangkan inklusi keuangan syariah masih sebesar 9,10 persen.
“Dibandingkan dengan keuangan konvesional, tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah kita terdapat gap yang sangat jauh. Walaupun literasi keuangan syariah ini setiap tahun ada pertumbuhan. Nah ini menjadi PR kita bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah ke depan,” ujarnya dalam seminar virtual.
Dia menjelaskan gap literasi keuangan syariah dengan konvensional ini mencapai 28,79 persen, dan gap inklusi keuangan mencapai 66,18 persen. Untuk keuangan konvesional sendiri tingkat literasinya mencapai 37,72 persen, dan inklusinya mencapai 75,28 persen.
“Indonesia dengan penduduk muslim terbesar yakni 87 persen atau 230 juta jiwa ini seharusnya memiliki potensi yang besar dalam pengembangan ekonomi syariah, dan memang masih ada tantangan-tantangan dalam pengembangannya seperti diferensiasi model bisnis/produk syariah yang masih terbatas, atau adopsi teknologi yang belum memadai, serta pemenuhan SDM belum optimal,” katanya.
Saat ini, lanjut Kristianti, Indonesia sebenarnya sudah berada di ranking ke-4 untuk indikator ekonomi syariah, dan rangking 6 untuk keuangan syariah.