Laporan Alce Ganyau dari Jepang: Menikmati Pesona Gunung Fuji hingga ‘Selendang Sutra’ Shiraito Waterfall

oleh

Hari ini setahun yang lalu pertama kali kami menginjakkan kaki di negeri yang dijuluki matahari terbit ini.

[ngg src=”galleries” ids=”20″ display=”basic_slideshow”]

TAK disangka negara yang tidak pernah kumasukkan ke dalam daftar sebagai negara yang ingin kukunjungi justru menjadi negara tempat tinggalku sementara ini.

Hari pertama datang langsung masuk Condo mewah di lantai 50 membuat saya shock dan lama terdiam melihat hutan beton yang tinggi.

Untung saya segera dibuatkan SIM Jepang sehingga bisa sering melipir ke hutan sekarang.

Apa kesanku selama satu tahun di sini? Di negeri Sakura, Jepang, ini? (klik foto-foto cepretan indah Alce Ganyau tentang pesona wisata Jepang pada galeri di atas)

Culture Jepang yang disiplin, kerja keras, super bersih, teratur, ikut aturan, tidak kepo dengan orang lain, individual tapi tetap menolong jika ditanya, kurang lebih sama dengan Culture di negara Jerman, membuat kami semua cocok tinggal di sini dan gampang beradaptasi.

Negara yang boleh dikata tidak ada copet, garong, dan sebagainya membuat saya merasa berani dan bebas lenggang kangkung ke mana pun sendiri walaupun sudah gelap gulita.

Walaupun tidak bisa berbahasa Jepang, tidak sulit bagiku tinggal di sini karena kami tinggal di kota besar.

Lebih banyak orang yang bisa berbahasa Inggris dan mbah Google kesayanganku siap sedia membantu.

Yang paling nyesak di sini, tetap biaya hidup yang mahal. Biaya makan sebenarnya yang paling mahal. Mau makan ala apa aja tetap mahal dibandingin negara Europe, belum lagi porsinya yang mungil.

Bagi kami sendiri, biaya makan ini tambah extra mahal karena 2 orang di rumah ini tidak bisa disodori makanan Asia melulu. Sedangkan belanja 1 kali untuk breakfast komplit ala kami di Jerman aja bisa menghabiskan 50-60 € easily, padahal itu pun masih harus kita olah lagi sendiri dan cuma breakfast di rumah.

Ya, sudahlah

Untuk Ribka, putriku, teman dan sekolahnya tidak masalah. Sekolahnya yang di Sekolah Jerman membuatnya jadi nyaman tidak ada kendala bahasa dan teman-temannya juga banyak. Bisa nangis Bombay dia kalau pindah lagi nanti.

Ini foto gunung Fuji dari berbagai angle dan sudut untuk teman-teman supporterku.

Lalu Shiraito Waterfall.

Terletak di barat daya kaki Gunung Fuji. Termasuk dalam 3 besar air terjun terindah di Jepang. Air terjun selebar 150 meter ini dialiri oleh mata air gunung berapi dan mengalir dari tepi tebing setinggi 20 meter dalam aliran putih tipis yang menyerupai benang atau selendang sutra yang menggantung – itulah arti dari nama air terjun ini.

Dasar air terjun mudah diakses dari jalan melalui jalan setapak hanya dalam beberapa menit.
Beberapa toko suvenir berjejer di jalan setapak yang mengarah ke air terjun.

Sepanjang jalan, ada pemandangan indah Air Terjun Otodome. Namun, sayangnya Air Terjun Otodome saat ini ditutup, kita hanya bisa melihat dari sudut samping kiri sedikit tapi bukan tempat yang cocok buat foto-foto.

Tempat ini menjadi tempat hits yang sangat sering ingin dikunjungi orang yang tinggal di Tokyo dan Yokohama ketika autumn di sekitar gunung Fuji tiba.

Aku pun ingin mengunjungi tempat ini karena melihatnya dari postingan IG para photographer Jepang yang ku kepoin.

Alhasil, Corridor ini sebenarnya kecil banget tempatnya mungkin cukup keliling 5 menit aja sudah selesai. Tapi efek photography-nya jika datang di saat musim dan waktu yang tepat seperti musim gugur ini memang luar biasa.

Maka harus melihat kalender autumn di daerah Fuji ya karena beda lokasi beda timing.

Kalau kebelet kepengin pipis di sini bakal kesusahan. Saya baru heran Jepang yang biasanya toiletnya ada di mana-mana justru di dekat-dekat sini tidak ada? Apa saya yang tidak tahu ya? Akhirnya terpaksa harus masuk restoran dan pesan makanan supaya bisa pipis. Itu cara saya menjaga etiket.

Tempat ini berdekatan letaknya dengan lokasi saya mengambil foto gunung Fuji yang saya posting sebelumnya.

Mamak-mamak photography teman seperjuanganku di kelas pasti megap-megap lihat foto daun ini. Ya secara moto (fotografi) daun maple asli itu sebuah impian banget. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.