Arya Daru Pangayunan, Fungsional Diplomat Ahli Muda di Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia (PWNI), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), mendapat tugas khusus dari negara. Kali ini bukan berdiplomasi, tapi bersama tim dari Kemenlu dan Kemensos, Arya Daru Pangayunan menjemput anak-anak Pekerja Migran Indonesia Overstayer (PMIO) di Taiwan. Berikut Bagian 2 laporan pemulangan anak-anak tersebut yang cukup dramatis:
Laporan: Arya Daru Pangayunan
[ngg src=”galleries” ids=”63″ display=”basic_thumbnail” thumbnail_crop=”0″]SAAT Bandara Taipei, kami dijemput oleh rekan-rekan dari KDEI Taipei: ada Mas Mike, junior kami yang bertugas disana; Mas Reza, Petugas Komunikasi KDEI; dan Mas Ronny, staf KDEI – yang mengantarkan kami ke Hotel S Aura Taipei tempat kami menginap.
Setelah check in dan beristirahat malam, pagi harinya kami menuju ke KDEI untuk rapat bersama Pak Novrizal, Kepala Bidang PWNI dan Penerangan Sosial Budaya (Pensosbud) KDEI Taipei, serta Mas Mike, dan Mas Ronny. Kami berdiskusi terkait agenda Tim selama berada di Taipei yaitu kegiatan bonding dengan ketujuh anak sebelum mereka dipulangkan pada tanggal 28 Juli 2023.
Kami tidak ingin anak-anak di hari-H pemulangan merasa tidak nyaman dan merasa “diculik” oleh orang-orang yang belum mereka kenal sebelumnya. Dalam rapat tersebut, kami memperoleh informasi bahwa selain 7 anak yang akan dipulangkan, saat ini masih terdapat sekitar 130 anak PMIO yang tersebar di berbagai panti di berbagai kota di Taiwan yang harus mulai dirancang pemulangannya.
Dalam pemulangan ini, KDEI membantu untuk menerbitkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) dan Direktorat PWNI membantu pembiayaan tiket pemulangan bagi anak-anak tersebut.
Usai rapat, kami didampingi oleh rekan-rekan dari KDEI menuju ke Panti Harmoni, sebuah panti swasta di Taipei, tempat ketujuh anak PMIO tersebut selama ini diasuh. Sebelum bertemu anak-anak, Tim bertemu dengan Zheng Wen Hui, Deputy Director Dinas Sosial Kota Taipei; Nicole Yang, Direktur sekaligus pendiri Panti Harmoni; serta jajaran pengurus dan pekerja sosial Panti Harmoni.
Dalam pertemuan tersebut, baik Deputy Director Dinas Sosial Kota Taipei dan Direktur Panti Harmoni menyampaikan apresiasi mereka atas program pemulangan anak-anak PMIO oleh Direkorat PWNI, Kemenlu dan Direktorat Rehabsos Anak, Kemensos, serta berharap program ini kedepannya dapat terus dilanjutkan sehingga seluruh anak-anak PMIO dapat kembali ke Indonesia untuk memperoleh hak pendidikan, mendapatkan pengasuhan keluarga, dan menjalani kehidupan yang lebih baik.
Saat pertemuan masih berlangsung, beberapa anak mulai mengintip pertemuan kami dari kaca luar ruangan. Kami pun mengakhiri pertemuan dan langsung bertemu dengan anak-anak. Ada seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang langsung menghampiri saya bernama Rafi alias Cao Cao – panggilan Mandarinnya. Anggota Tim yang lain pun rupanya telah dihampiri oleh masing-masing 1 anak:
Mbak Dian dengan Davin (4 tahun); Mbak Ariska dengan Dzaki alias Piao Piao (6 tahun); Bu Ipeh dengan Wahati alias Lulu (3 tahun); Bu Isni dengan Chelsea alias Ing Ke (5 tahun); Dokter Nova dengan Daffa alias Mang Kuo (7 tahun); dan Mas Ronny dengan Gibran alias Siao Mao – Mas Ronny dari KDEI juga ditugaskan untuk membantu kegiatan pemulangan dan menjadi penerjemah bagi kami selama kegiatan bonding serta perjalanan ke Indonesia.
Rupanya biodata Tim penjemput telah disampaikan kepada anak-anak oleh para pengasuh di panti 1 minggu sebelum kegiatan pemulangan ini, sehingga mereka sudah sedikit mengenal kami melalui foto. Kegiatan bonding dimulai dengan aneka permainan dan kegiatan menggambar bersama.
Kendala utama yang kami hadapi adalah bahasa, dimana anak-anak tersebut tidak ada yang dapat berbahasa Indonesia, hanya bahasa Mandarin. Kami pun berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, namun saya selalu berusaha berbicara dengan bahasa Indonesia ke Rafi, toh nanti setibanya di tanah air anak-anak ini harus menggunakan bahasa Indonesia. Namun demikian, jika dibutuhkan penerjemah, Mas Ronny dari KDEI siap membantu kami.
Setelah kegiatan bonding di dalam panti, agenda selanjutnya adalah bermain bersama di taman bermain outdoor. Taipei saat ini sedang mengalami musim panas sehingga cuaca di luar sangatlah terik, sehingga kami baru dapat memulai kegiatan outdoor setelah pukul 5 sore.
Kami jalan lebih dari 2 kilometer dari panti menuju taman bermain. Saya sendiri merasa cukup lelah karena saya jarang berjalan jauh, namun sepertinya anak-anak ini sudah terbiasa jalan kaki karena tidak ada satu pun dari mereka yang mengeluh.
Sampai taman bermain, anak-anak berlarian naik turun slide. Setelah puas bermain di luar, kami masuk ke Citylink Mall dimana kami mendampingi anak-anak bermain permainan arcade. Rafi sangat suka bermain game balap mobil dan balap motor. Sepanjang jalan Rafi selalu menggandeng tangan saya seakan-akan saya adalah ayahnya atau seperti orang yang sudah dia kenal lama. Setelah puas bermain arcade, kami jalan kembali ke panti dan santap malam bersama.
Di hari berikutnya, kami menggunakan bus bersama anak-anak menuju tempat bernama XPark di Taoyuan, 45 menit dari Taipei. XPark adalah semacam Seaworld yang menampilkan exhibisi berbagai hewan laut dengan akuarium besar.
Anak-anak tampak sangat antusias melihat hewan-hewan laut di akuarium. Selama kunjungan ke XPark anak-anak cukup mudah diatur dan tidak ada yang rewel sehingga kegiatan bonding dapat dikatakan cukup berhasil.
Di hari berikutnyapun demikian pada saat kami bersama anak-anak melakukan kunjungan ke Taipei 101 yang merupakan gedung tertinggi di Taipei. Dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut, diharapkan anak-anak memiliki memori yang indah akan Taipei dan kepindahan ke Indonesia tidak menimbulkan memori yang buruk bagi mereka. (Bersambung)