Mahasiswa Doktoral di Korea Selatan Beri Saran Petani Surabaya Butuh Digitalisasi

oleh
Dimas Harris Sean Keefe.
Dimas Harris Sean Keefe.

 

SURABAYA| DutaIndonesia.com – Panen raya padi yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) bersama Kelompok Tani Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Sabtu (16/3/2024) lalu, menarik perhatian Dimas Harris Sean Keefe, diaspora yang juga PhD Student International Trade and Commerce di Pusan National University, Busan, Korea Selatan (Korsel). Selain padi, para kelompok tani di wilayah Kelurahan Made juga panen cabai dan kacang panjang.

Dimas sendiri tengah melakukan penelitian “soilless cultivation” dengan lingkungan terkontrol, di mana cahaya lampu menggantikan cahaya matahari, serta adopsi teknologi digital dalam pertanian. Dalam era teknologi modern, kata dia, digitalisasi telah menjadi faktor krusial dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas, termasuk dalam sektor pertanian.

“Namun, tantangan muncul karena lahan pertanian semakin terbatas akibat urbanisasi, perubahan penggunaan lahan, dan degradasi lahan di banyak daerah. Termasuk di Surabaya. Fenomena ini mendorong saya untuk melakukan penelitian tentang soilless cultivation dengan lingkungan terkontrol, di mana cahaya lampu menggantikan cahaya matahari, serta adopsi teknologi digital dalam pertanian,” kata Dimas kepada DutaIndonesia.com dan Koran Global News, Rabu (20/3/2024).

Soilless cultivation memungkinkan pertanian dilakukan di tempat-tempat yang tidak cocok untuk pertanian konvensional, seperti di dalam rumah kaca atau ruang terbatas lainnya. “Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa lumut gambut (peatmoss) lebih baik untuk soilless cultivation (budidaya tanpa tanah), diikuti oleh abu sekam padi dan perlite,” katanya.

Adopsi teknologi, kata dia, tidak hanya tergantung pada ketersediaan teknologi itu sendiri, tetapi juga pada sikap dan pemahaman petani terhadap teknologi tersebut. Petani dengan literasi yang cukup dan sikap positif terhadap teknologi digital cenderung lebih menerima inovasi dalam pertanian.

“Menurut saya, tantangan lahan pertanian yang terbatas di Kota Surabaya merupakan masalah yang kompleks yang membutuhkan solusi inovatif dan berkelanjutan. Namun, ada beberapa langkah sederhana yang bisa diambil untuk mengatasi masalah ini berdasarkan riset yang telah saya lakukan,” katanya.

Salah satunya, kata dia, Pertanian Vertikal dengan Teknologi: Petani dapat menggunakan sistem pertanian hidroponik dan vertikal di rumah kaca atau atap bangunan untuk memaksimalkan ruang yang terbatas. Selanjutnya Media Tanam Alternatif yang Terjangkau: Pertimbangkan penggunaan media tanam seperti lumut gambut, abu sekam padi, atau perlite untuk meningkatkan produksi tanaman dalam lingkungan dengan lahan yang terbatas.

“Peningkatan Literasi dan Pendidikan Pertanian: Dukung program pelatihan untuk meningkatkan pemahaman petani tentang teknologi pertanian modern. Ini akan membantu mereka mengadopsi praktik inovatif dalam menghadapi keterbatasan lahan,” katanya.

Minta Drone Spray

Seperti diketahui di tengah harga beras yang melambung tinggi, Pemkot Surabaya melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) menggelar panen raya padi bersama kelompok tani Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Sabtu (16/3/2024). Selain padi, para kelompok tani di wilayah Kelurahan Made juga panen cabai dan kacang panjang.

Dalam kesempatan ini, Kepala DKPP Kota Surabaya, Antiek Sugiharti, mengatakan, panen padi kali ini cukup memuaskan dan menguntungkan para kelompok tani di Kelurahan Made. Karena tanah seluas 0,9 hektare tersebut menghasilkan sekitar 3 ton padi.

“Panen padi ini upaya kita untuk menekan harga beras. Jadi kebetulan kelompok tani Sendang Biru yang ada di Kecamatan Sambikerep panen padi jenis premium, Ir 64. Juga bersamaan dengan panen cabai dan kacang panjang,” kata Antiek.

Antiek mengatakan, panen raya kali ini bersamaan dengan panen cabai dan kacang panjang, karena menggunakan pola tanam tumpangsari. Pola tanam tumpangsari ini, bertujuan untuk menghindari adanya serangan hama terhadap tanaman cabai dan padi.

Pola tanam tumpangsari ini, diterapkan oleh empat kelompok tani di wilayah Kelurahan Made. Dengan cara seperti ini, maka padi yang dihasilkan berkualitas baik dan melimpah.

“Kita kombinasikan. Jadi mengobati dengan cara alami, sekaligus bisa dipanen. Kalau kita lihat cabai yang tidak diberikan tumpangsari akan diserang hama, tetapi kalau yang ada tumpangsarinya dia tidak bisa diserang hama. Nah, tumpangsarinya adalah kacang panjang sehingga tidak bisa diserang hama,” jelas Antiek.

Dia menyebutkan, panen padi di Kelurahan Made pada tahun 2024, baru dipanen sekali ini. Sedangkan cabai, sudah kelima kalinya, dan kacang panjang hampir 12 kali panen. “Setahun (panen padi) tiga kali. Itu kalau nggak hujan,” sebutnya.

Dia mengungkapkan, panen raya padi tersebut akan dimanfaatkan oleh warga di Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep. Padi sebanyak 3 ton tersebut mampu memenuhi kebutuhan seluruh warga di Kelurahan Made selama setahun mendatang.

“Yang panen di sini kebetulan bisa untuk mencukupi kebutuhan di kampungnya dalam setahun. Jadi tidak dijual, sehingga meminimalkan kebutuhan beras sehingga tidak membeli (beras) dari luar,” ungkapnya.

Dia menambahkan, tanam padi yang dilakukan oleh empat kelompok di wilayah Kelurahan Made adalah salah satu cara Pemkot Surabaya menekan laju inflasi. Menurutnya, jika di satu wilayah kampung bisa memenuhi kebutuhan pangan dalam setahun, maka tak akan membeli bahan pangan dari luar atau pasar.

“Sehingga kebutuhan atau permintaan bahan pokok di pasar akan berkurang. Tentunya hal itu berpengaruh pada permintaan,” tambahnya.

Agar kelompok tani di wilayah Kelurahan Made terus produktif, lanjut dia, Pemkot melalui DKPP Kota Surabaya terus melakukan pendampingan. Mulai dari memberi bantuan pupuk, alat dan mesin pertanian (alsintan), benih, hingga pestisida.

“Misal kalau ada hama burung, kita berikan bantuan jaring. Jadi, intervensi ini adalah upaya pemkot untuk mendukung kegiatan kelompok-kelompok tani,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Mulyo, Suliono, mengatakan, warga di Kelurahan Made sangat terbantu dengan adanya panen raya ini. Sebab, kebutuhan beras di wilayah Kelurahan Made sudah tercukupi hingga setahun ke depan.

“Selain itu kan gotong royong warga di sini setiap tahunnya kan ada. Kadang ketika ada hajatan itu masing-masing warga ada yang menyumbang beras, kadang ada beras satu kilo itu pun nggak habis, karena warga di sini itu rukun dan gotong royongnya yang kuat,” kata Suliono.

Suliono mengungkapkan, bahkan ketika ada kenaikan harga beras, warga di wilayah Kelurahan tidak pernah sampai panic buying. Hal itu disebabkan hasil panen dari kelompok tani di kawasan ini sudah cukup memuaskan.

Suliono berharap, ke depannya Pemkot bisa memberikan peralatan yang lebih canggih lain agar panen yang dihasilkan bisa lebih maksimal. Misalnya, lanjut Suliono, ada bantuan alat drone spray untuk mempercepat kerja para kelompok tani.

“Itu kan salah satu teknologi baru yang sangat perlu dikembangkan di sini. Mengingat kecepatan serangan OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan penanganan, kalau dengan alat itu (drone spray) lebih cepat, satu hektar bisa cuma 20-30 menit,” pungkasnya. (gas/kmf)

 

 

No More Posts Available.

No more pages to load.