Suka Duka Memimpin Muslimat NU Hongkong (2-Habis): Mualaf Penakut Itu Memandikan Jenazah, ‘Gajinya’ Langsung dari Allah

oleh
Hj Fatimah bersama tim pemulasaran jenazah Women Muslim Association Of Hongkong, masing-masing Hj Jamilah, Hj Latifah, Hj Asiyah, dan Hj Mariam.
Fatimah bersama Hj Syarifah, Hj Jamilah, Hj Asiyah, Hj Latifah Leung, Hj Marian, dan suaminya H Omar Yeung.

Tugas Mulia

Tugas memandikan jenazah sangat mulia. Tugas ini dia lakukan tanpa melihat kondisi jenazah tersebut. Apalagi di musim pandemi Covid-19, tugas ini harus dilakukan meski, misalnya, si jenazah meninggal dunia karena terpapar Covid-19.

Begitu pula bila jenazah kondisinya tidak utuh, seperti jenazah korban kecelakaan, atau seseorang yang melakukan tindakan fatal mengakhiri hidupnya dengan melompat dari gedung tinggi sehingga jenazahnya pun tidak utuh. Namun biasanya jenazah itu sudah dibetulkan lagi oleh dokter atau tenaga medis lain di rumah sakit yang menanganinya sehingga saat dimandikan sudah menyatu. Namun tetap saja belum sempurna seperti saat masih hidup.

Karena itu, pernah suatu ketika dia menolak tugas tersebut sebab kondisi jenazahnya belum sempurna. Namun, rekan-rekannya yang sudah lebih senior berusaha meyakinkan, bahwa, bila tidak mereka yang menanganinya, lalu siapa lagi. Sebab, sudah menjadi tugasnya memandikan jenazah, apa pun kondisinya.

“Mereka menasihati saya. Para senior bilang, memang tugas kita memandikan jenazah, bagaimana pun kondisinya, sebab bila tidak kita, siapa lagi. Kasihan jenazah itu. Akhirnya saya pun mau menanganinya,” ujar Fatimah.

Saat ini Fatimah bekerja bersama 4 rekannya dari Islamic Union. Mereka adalah Hj Jamilah (84 tahun) yang merupakan Ketua Women Muslim Association Of Hongkong, Hj Latifah, Hj Asiyah, dan Hj Mariam. “Semua usianya sudah kepala 7. Mereka semua warga lokal asli muslim dari lahir. Dan saya usianya paling muda,” katanya.

Fatimah mengatalan, jenazah dengan kondisi tidak utuh banyak menimpa WNI. Bekerja sebagai pekerja migran Indonesia (PMI) di Hongkong termasuk enak sebab gajinya lumayan besar. Namun, banyak pula PMI menghadapi masalah justru di tanah air, seperti suaminya selingkuh, menghabiskan uang hasil jerih payahnya bekerja di negeri orang, dan masih banyak lagi persoalan lain. Mereka yang tidak kuat iman, akhirnya memilih jalan pintas mengakhiri hidupnya dengan sangat tragis.

“Mereka terbang dari gedung tinggi dan akhirnya meninggal. Kami juga banyak menangani masalah-masalah PMI semacam itu,” katanya.

No More Posts Available.

No more pages to load.