Rutte menolak seruan untuk permintaan maaf resmi negara tahun lalu ketika protes yang dipicu oleh kematian George Floyd dalam tahanan polisi melanda dunia. Dan dalam debat parlemen Belanda tentang rasisme, Rutte mengatakan permintaan maaf semacam itu dapat mempolarisasi masyarakat dan membawa kembali kenangan menyakitkan bagi sebagian orang.
Ketua Umum Komite Utang Kehormatan Belanda serta tergabung dalam Gerakan Kebangkitan Indonesia, Batara Hutagalung, juga mengatakan Indonesia sama sekali tidak butuh permintaan maaf WaliKota Belanda atas keterlibatan kotanya dalam perbudakan kolonial. Bahkan pernyataan dia malah merendahan martabat atau menghina rakyat Indonesia. Mengapa? Sebab, Femke bukan kelasnya mengurusi masalah ini.
”Bukan kelas dia meminta pernyataan maaf atas kolonialisme atau segala hal mengenai perilaku Belanda termasuk keterlibatan kota Amsterdam atas Indonesia. Yang harus berkata seperti itu seharusnya bukan dia. Yang berkata mengenai nestapa kolonial Belanda di Indonesia adalah harus Raja Belanda langsung. Bukan juga perdana menteri atau pejabat sekelas walikota di Belanda. Ini soal sangat serius. Ini soal kehormatan Indonesia,” kata Batara Hutagalung, dikutip dari Republika Jumat(2/7/2021).
”Dan ini juga bukan soal harga diri Indonesia yang disepelekan. Tapi sudah terkait harga diri berbagai bangsa yang mendiamai wilayah Asia Tenggara di mana Belanda menjajah wilayah itu hingga sekitar 350 tahun lamanya. Jadi ini bukan soal Indonesia saat ini saja, namun sekali lagi soal berbagai negara yang ada di kawasan Asia Tenggara itu,” katanya.